Mengenal Istilah Sabotase Diri, Apa Kamu Pelakunya?

Loh, diri sendiri kok disabotase?

Apa kamu pernah punya keinginan untuk melakukan atau mencapai suatu hal, tapi di saat yang sama kamu selalu menunda dan nggak kunjung melakukan hal tersebut? Keinginan sudah ada sih, tapi nggak ada usaha untuk mulai melangkah karena ada sesuatu yang rasanya seperti menghambatmu. Kamu nggak tahu apa masalahnya dan nggak bisa menyelesaikan. Kamu kemudian merasa nggak berharga karena nggak bisa mencapai hal yang kamu inginkan, dan kamu berakhir dengan menyalahkan situasi yang terasa menyulitkan.

Advertisement

Kamu merasa bahwa kamu adalah korban dari keadaan. Kalau seperti itu, masalahnya bukan bukan dari luar, tapi dari dalam diri. Fenomena seperti itu dapat dijelaskan melalui kacamata Psikologi dan biasa disebut sebagai sabotase diri.

Apa itu sabotase diri?

Perilaku menghalangi usaha atau keberhasilan diri sendiri secara tidak sadar dengan berbagai macam alasan (Ardian, 2021). Lebih mudahnya, yaitu ketika kamu mau melakukan sesuatu, tapi di saat yang sama kamu juga menghalangi dirimu untuk melakukannya dan mencari alasan yang membenarkan kenapa kamu nggak jadi melakukan hal itu.

Advertisement

Otak manusia memiliki kecenderungan untuk mencari-cari alasan untuk membenarkan perilaku yang membuat kita nyaman. Itulah yang membuat kita cenderung lebih senang untuk berdiam diri dan berada di zona nyaman. Kita selalu mencari alasan kenapa kita nggak bergerak dan berusaha untuk membenarkannya, bukan berusaha mencari solusi agar bisa mulai bergerak. Bingung kan? Tapi ini nyata.

Sabotase diri bisa terjadi karena kita terjebak dalam pola pikir 'Yes, but'. Pola pikir semacam ini membuat kita sering memikirkan hal yang ingin dituju, tapi di saat yang sama, kita menciptakan hal lain yang bertentangan dengan tujuan kita. Inilah yang membuat seseorang menjadi terjebak.

Beberapa contoh yang bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari:

Advertisement


Aku pengen hidup sehat, tapi kok ribet ya?

Aku pengen jogging, tapi males bangun pagi

Aku pengen lancar bahasa asing, tapi nggak pede buat ngomong

Aku pengen ketemu orang baru, tapi takut kalau nanti canggung


Tapi, tapi dan tapi terus sampai akhirnya kita nggak jadi melakukan hal yang sebetulnya kita inginkan. Tahu nggak kenapa?Karena kalimat sebelum kata tapi selalu kehilangan makna pentingnya, seolah-olah nggak berguna.


Kamu cakep sih, tapi nggak baik


Dari kalimat di atas, kata 'cakep' seolah jadi kehilangan makna pentingnya. Gimana kalau kalimatnya dibalik jadi seperti ini?


Kamu baik sih, tapi nggak cakep


Sama aja. Kata 'baik' itu jadi seolah nggak berguna dan kata 'cakep' seolah lebih penting daripada sifat baiknya.



Lalu, apa solusinya?

Cara paling sederhana yang bisa kamu coba adalah dengan mengubah pola pikir dari 'Yes, but' jadi 'Yes, so' alias 'Ya, jadi…' Hal ini akan membantumu untuk melihat tujuan dan langkah yang harus diambil menjadi lebih jelas. Contohnya kaya gini:


Aku pengen hidup sehat, jadi aku harus jaga pola makan, pola tidur, dan rutin olahraga

Aku pengen jogging, jadi besok aku harus bangun pagi

Aku pengen lancar bahasa asing, jadi aku harus rajin belajar dan latihan ngomong

Aku pengen ketemu orang baru, jadi aku harus pede


Gimana, jadi terdengar lebih enak kan? Kamu bisa coba mengubah pola pikirmu mulai dari hari ini dan rasakan bedanya. Nggak mudah memang, tapi bisa jika memang dibiasakan. Sebuah perubahan butuh proses dan nggak ada yang instan. Tapi kalau kamu terus berusaha sedikit demi sedikit, setiap harinya, perubahan itu akan dengan senang hati menyambutmu nanti.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang mahasiswa tingkat akhir yang lagi skripsian. Suka berbagi informasi seputar kesehatan mental dan komunikasi interpersonal, serta hal-hal lain yang masih relevan. Lebih suka menuangkan isi kepala ke dalam tulisan karena lebih enak aja gitu.