Stres adalah reaksi tubuh saat seseorang mengalami tekanan, ancaman, ataupun perubahan. Masalah dalam hubungan sosial dan tuntutan lingkungan yang diiringi dengan harapan sering sekali menimbulkan stres dalam diri seseorang. Stres dapat terjadi pada setiap individu dari berbagai tingkat umur, mulai dari masa kanak-kanak, remaja, bahkan sampai lanjut usia. Perlu diketahui walaupun stres wajar timbul pada setiap individu, namun kita patut memiliki coping mechanism yang baik untuk meminimalisasi dampak dari stres.
Coping mechanism adalah upaya yang digunakan dalam menghadapi atau mengurangi stres dan trauma untuk mengelola emosi yang menyakitkan. Coping mechanism dapat membantu orang menyesuaikan diri terhadap peristiwa yang menimbulkan stres sembari membantu mereka mempertahankan kesejahteraan emosional. Strategi coping ini bertujuan untuk mengatasi situasi yang dirasa menekan, menantang, dan membebani suatu individu.
Orang yang mahir menyesuaikan diri dengan situasi stres melalui coping mechanism akan lebih kurang mengalami kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya. Inilah alasannya mengapa coping mechanism merupakan bagian esensial dari perilaku manusia, agar berhasil menavigasi melalui rintangan yang menantang dan kerap keruh yaitu kehidupan.
Menurut Lazarus dan Folkman (1984) ada dua jenis coping mechanism yang dapat dilakukan oleh individu, yaitu problem focused coping atau coping yang berpusat pada masalah dan emotion focused coping atau coping yang berpusat pada emosi. Kedua jenis coping mechanism ini dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk menghadapi stres, yaitu dengan mengubah stressor yang dapat dikontrol secara positif.
Problem Focused Coping (PFC) Problem focused coping meliputi tindakan yang diarahkan kepada pemecahan masalah secara langsung. Individu cenderung akan menggunakan pendekatan strategi ini apabila merasa bahwa masalah yang dihadapinya masih dapat dikontrol. PFC dapat diarahkan pada lingkungan maupun pada diri sendiri.
Yang termasuk dalam strategi problem focused coping yaitu dengan melakukan suatu reaksi atau usaha-usaha tertentu yang bertujuan untuk mengubah suatu keadaan yang sedang dihadapi dengan pemecahan akar penyebab ataupun berusaha untuk memperbaiki masalah mendasar. Misalnya seorang siswa yang merasa cemas akan ujian mendatang, berusaha lebih giat untuk belajar agar bisa sukses di ujian. Kemudian jika merasa kesulitan untuk memahami materi, maka siswa dapat meminta bantuan teman ataupun guru yang bersangkutan.
Emotion Focused Coping (EFC) Menurut Isono (2000) bahwa emotion focused coping dilakukan dengan penggunaan strategi untuk meredakan emosi individu yang ditimbulkan oleh stressor, tanpa berusaha untuk mengubah situasi yang menjadi penyebab munculnya stres secara langsung. Emotion focused coping dapat dilakukan dengan bereaksi untuk menciptakan penilaian positif dengan kerap mengambil hikmah atas kejadian yang menimpa. Kemudian strategi lainnya ada accepting responsibility, yaitu bereaksi dengan menerima segala sesuatu yang terjadi dan beradaptasi dengan kondisi yang sedang dialami. Emotion focused coping juga meliputi pengendalian diri (self controlling) yaitu reaksi yang kita berikan dengan melakukan regulasi dalam perasaan dan tindakan. Seseorang yang melakukan pengendalian diri biasanya akan berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak dan menghindari untuk melakukan sesuatu dengan tergesa-gesa.
Meskipun tampaknya strategi emotion focused coping hanya mengabaikan masalah, namun strategi ini juga tak kalah penting. Terkadang kita dihadapi oleh situasi yang tidak dapat diubah seperti misalnya kehilangan seseorang atau terkena musibah dan dalam kasus ini kita membutuhkan  strategi untuk fokus pada apa yang dapat kita kendalikan, yaitu diri kita sendiri, yang disebut sebagai strategi emotion focused coping
Coping mechanism tidak semuanya bersifat positif, terdapat juga beberapa coping mechanism yang bersifat negatif. Contoh coping mechanism negatif yang pertama yaitu avoidant coping mechanism. Strategi avoidant coping yaitu dengan memberikan reaksi akan perasaan yang tertekan dengan cara mengalihkan perhatian dari masalah tersebut, dimana strategi coping  ini tidaklah efektif untuk jangka panjang.
Kemudian ada denial, yaitu aksi berupa penolakan masalah dan menganggap masalah tersebut tidak terjadi. Strategi selanjutnya yaitu isolasi, dengan menarik diri dari lingkungan. Lalu yang terakhir yaitu konfrontasi, yang ditunjukkan dengan usaha-usaha dalam menyelesaikan masalah secara agresif.
Pentingnya untuk kita sebagai individu yang tak pernah lepas dari masalah untuk mengetahui cara coping yang terbaik sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi. Karena pada umumnya coping mechanism yang bersifat negatif justru akan semakin menimbulkan kecemasan dan merusak kepercayaan diri. Jika merasa mengalami stres yang sudah berkepanjangan, tidak ada salahnya untuk mencari pertolongan ke tenaga profesional.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”