Memang bukan hal yang mudah untuk bangkit dari keterpurukan, apalagi bila berbicara tentang perasaan kita yang hancur berantakan setelah memberikan hati dan kepercayaan kita pada orang yang salah. Sangat jarang kita bisa menemukan orang yang bisa pulih dengan cepat setelah mengalami badai kehidupan seperti ini. Bila kita menemukan seseorang yang begitu mudah untuk bangkit, maka boleh jadi ada dua hal penyebabnya.
Pertama, orang-orang seperti ini mungkin memang tidak pernah menaruh perhatian yang serius dalam hubungannya sehingga dia tidak terlalu tenggelam dalam euphoria cintanya, dan kedua, boleh jadi mereka menaruh segenap perasaan dan kepercayaannya pada seseorang, namun dia juga jauh-jauh hari telah mempersiapkan planning B bila saja kemungkinan buruk terjadi.
Orang-orang tipe kedua ini adalah mereka yang sudah mapan dan cukup dewasa dalam memandang dan memulai sebuah hubungan. Mereka mampu mengontrol perasaan sedari awal sehingga apapun ujungnya kelak, mereka sudah bersiap untuk kemungkinan terburuk. Namun sayang sekali, kadang kita luput untuk menjadi orang-orang seperti ini.
Sekarang, bila ternyata kita sudah terlanjur dihantam kesedihan setelah ditinggalkan oleh orang yang kita begitu percayai, apakah kita masih bisa pulih?
Jawabannya iya.
Kapan? Tergantung.
Setiap orang memiliki elastisitas dan ketahanan tersendiri dalam menghadapi keterpurukannya. Teman-teman kita mungkin hanya butuh beberapa bulan untuk keluar dari keterpurukannya, tapi ada juga yang butuh waktu bertahun-tahun baru bisa sembuh. Itupun belum sepenuhnya sembuh. Luka itu kadang masih datang dalam momen-momen tertentu.
Namun meskipun setiap orang memiliki ketahanan yang berbeda, satu hal yang patut kita pahami adalah setiap orang pasti akan menemukan jalannya nanti. Dibalik kesedihan kita hari ini, kita kelak pasti akan menemukan lagi orang yang tepat untuk mengisi waktu kita. Yang perlu kita pastikan adalah, jangan sampai keterpurukan ini membuat hati kita terkunci sehingga meskipun orang yang sangat baik telah datang mengetuknya, kita masih saja tak bergeming. Kita rugi dua kali. Ditinggalkan dan melewatkan kesempatan.
Salah satu kiat yang bisa kita lakukan adalah berkomunikasi. Cobalah mencari teman dan keluarga yang secara personal dekat dengan kita namun mereka adalah para survival yang telah selamat dari perjuangan menghadapi badai kehidupan semacam itu. Ingat, jangan pernah berbicara dengan orang-orang yang sedang patah hati, karena boleh jadi yang mereka ajarkan kepadamu hanyalah betapa sulitnya dia melupakan mereka yang jelas-jelas telah menghancurkan kepercayaanmu.
Kamu harus ingat bahwa ini semua hanyalah persoalan waktu. Kamu merasa ini sangat lama hanya karena kamu membandingkan dirimu dengan yang lain, dan salahnya lagi adalah kamu membandingkannya dengan orang yang salah. Bandingkanlah dirimu dengan mereka yang telah berhasil selamat dari perjuangan ini. Hampir sebagian besar dari mereka yang terus terpuruk dalam kesedihan adalah mereka yang seringkali berada dalam lingkaran pertemanan yang salah. Teman-teman mereka ini adalah orang-orang yang mengafirmasi perasaan bersalah dan kehilangan itu.
Bukannya memberikan kata-kata semacam “Badai pasti berlalu”, malah memberikan sugesti berupa “Yang sabar yah, aku tahu itu pasti sakit banget”. Kata-kata semacam ini nampak sangat biasa, tapi nyatanya, resonansi yang disebarkan berupa kata “sakit banget” itu adalah sebuah langkah fatal. Bayangkan bila kita memiliki puluhan teman yang memberikan kata serupa? Habislah kita. Ingat. Bukan masalahnya yang besar, melainkan cara kita mengelolanya yang salah.
Maka cobalah membuka pikiran kita, bahwa nyatanya sakit hati itu adalah sebuah proses kehidupan yang wajar. Dia adalah fase yang menandakan bahwa hati kita masih hidup. Pedang yang kuat adalah hasil dari logam yang dibakar dan ditempa beratus-ratus kali. Kita harus menerima bahwa kita semua adalah logam yang akan dibakar dan ditempa. Kita hanya perlu memastikan bahwa kita berada di tangan pandai besi yang tepat.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”