+ Kalau aku ajak kamu duduk di pelaminan hari sabtu atau minggu, kira-kira kamu mau?
– Tergantung keseriusanmu. Kalau sudah serius dan waktunya pasti aku mau.
+ Untuk serius aku harus terlihat bagaimana sih?
– Punya banyak hal yang tak bisa kutolak saat kamu ke rumahku.
+ Contohnya?
Ia terhenti sejenak. Tak menjawab. Mungkin mencari jawaban yang tepat. Takut salah. Kalau salah, bisa-bisa dia tak kelihatan baik di mataku. Aku sudah membayangkan, dari mulutnya, akan terucap kata-kata yang lebih banyak membuat hatiku ciut. Apakah yang tak bisa ditolak olehnya? Pekerjaan yang mapankah? Kesiapan imanku- kah? Atau apa?
Banyak sekali yang ingin kusampaikan padanya, di sini. Tentang 'Mengapa Kita Tak Duduk Bareng di Pelaminan Saja?" yang sering aku utarakan sepertinya ia masih menganggap bercanda. Sungguh itu bukan usaha sekadar menggoda. Pelaminan memang tempat duduk, tapi kita tak sebenar-benarnya duduk. Hampir puluhan menit bahkan beberapa jam mungkin kita akan berdiri. Bayangkan berdiri! Memasang senyuman dan mengucapkan terima kasih kepada mereka yang datang menghampiri.
Sesekali memang duduk, karena pegal atau waktunya sesi foto. Tapi pelaminan yang sebenarnya, tak pernah benar-benar lama kita duduki. Kita akan berdiri. Menunggu tamu satu-satu menghampiri, menyalami dan mengucapkan 'selamat'. Seindah apapun dan semewah apapun, pelaminan hanya satu hari diciptakan dan bukan untuk kita duduki sepuasnya ternyata.
– Tunjukan sama aku kamu sudah pasti menjatuhkan pilihan hati!
+ Kalau ternyata hatiku seribu pun, rasanya hanya ada satu kamu di pilihanku itu.
– Kamu juga harus berani, sampaikan rencana hidup bila denganku pada kedua orang tuaku.
+ Aku berani kok. Satu-satunya yang bikin aku takut ialah tak bisa hidup denganmu.
Ia tersenyum. Rasanya duduk di pelaminan bila dijumlahkan untuk sepasang pengantin hanya 20 menit dari 3-4 Jam acara resepsi. Karena sisanya berdiri. Sekali lagi aku tegaskan, sisanya berdiri. Ia belum juga 'ngeuh' kalau kuajak duduk di pelaminan artinya aku benar-benar ingin di-amin-kan banyak orang dan kemudian lebih banyak berdirinya menghadapi hidup selanjutnya.
Dari duduk yang hanya sementara itu, aku ingin kemudian berdiri dengannya menghadapi hari-hari.
+ Aku juga punya ketulusan di dadaku, rasanya kamu harus coba?
– Keseriusan, keberanian dan ketulusan bukan kata-kata biasa.
+ Iyalah harus dibuktikan.
– Hmm. Apalagi sekadar kamu ucapkan.
(Hari ini aku bersamanya ke kondangan pernikahan, suatu saat aku dan ia akan mengundang kalian)*
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.