Ya Pantas Kamu Sulit Bahagia. Tolak Ukurmu Saja Nikmat Hidup Orang Lain~

mengapa kita sulit bahagia

Setiap manusia di dunia ini bergerak menuju satu tujuan, yaitu kebahagian. Tanyakanlah pada siapa saja yang kamu temui. Terselip pencarian makna kebahagiaan di balik setiap yang mereka lakukan dan perjuangkan di dunia ini. Entah itu mereka dapatkan dari segi materi, fisik, mental atau pun hal lainnya.

Advertisement

Banyak yang mengira setelah mereka mendapatkan hal tertentu bahagia akan mengikuti. Iya mungkin saja, mereka akan merasakan kebahagiaan sejenak. Tapi seringnya tidak. Selalu saja ada hal lain yang mereka inginkan dan menganggap jika mendapatkan pula hal ini, itu akan membuatnya semakin bahagia.

Manusia memang sudah diciptakan selalu merasa tidak puas. Setelah mendapatkan hal ini, tidak puas rasanya jika tidak mendapatkan hal itu dan begitu seterusnya bahkan bertambah tamak dalam keinginannya.

Setelah menyusun daftar keinginannya, mulailah mereka bertindak melakukan berbagai hal untuk mencapai tujuan. Beberapa dari mereka berhasil dan beberapa gagal. Sebenarnya bukan gagal, hanya saja belum waktunya. 

Advertisement

Akan tetapi, begitulah manusia. Seringnya kita melihat sesuatu hanya dari satu sudut pandang. Menyesalkan hal tersebut, mengapa tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sementara hal itu bekerja untuk orang lain. Mulailah kita membanding-bandingkan apa yang kita peroleh dengan apa yang diperoleh orang lain.

Namun, sejatinya bukan tentang hal yang kita diperoleh, tetapi apa yang telah diberikan dan ditetapkan oleh Sang Pencipta tentang hal tersebut. Tidakkah kamu sadari bahwa segala apa yang ada di bumi ini sejatinya tidak ada yang pasti?

Advertisement

Sekeras apapun kamu berusaha dan berdoa, jika memang hal tersebut tidak pernah ditakdirkan untuk kamu miliki, maka tak akan pernah kamu miliki.

Sebaliknya, mungkin tidak pernah terlintas dibenakmu untuk memiliki hal tersebut,  tetapi karena memang sudah ditetapkan untuk menjadi milikmu ia akan tetap menujumu sekalipun kamu menolaknya. Tapi, kembali lagi pada sifat manusia. Walaupun sudah tahu akan ketentuan-ketentuan tersebut, tetap saja selalu ada sikap 'tidak terima' terhadap apa yang terjadi padanya.

Membanding kan diri dengan orang lain seperti menjadi 'pelarian' atas ketidakterimaannya tersebut. Membandingkan diri pun tak sepenuhnya berkonotasi negatif. Pada beberapa hal tertentu, perbandingan memang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas diri seseorang. Hanya saja pada kebanyakan perbandingan, selalu saja materi, fisik dan pencapaian orang lain yang menjadi tolak ukur utama


Selalu melihat ke atas dan membandingkan diri dengan seseorang yang mungkin lebih kaya, lebih berada, lebih cantik, lebih cerdas, atau siapapun yang memiliki sesuatu yang lebih atas dirimu.


'Gimana yah rasanya kalau aku punya ini, punya itu?'

'Gimana rasanya yah kalau aku jadi dia? Bisa beli ini itu, bisa jalan-jalan kemana saja.'

Gimana…… gimana…. dan gimanaaa….

Tapi pernahkah kamu memikirkan atau apakah pernah terlintas di benakmu?

Bagaimana rasanya jadi orang yang untuk makan saja harus bersusah payah?

Bagaimana rasanya tidur dengan perut kelaparan?

Bagaimana rasanya tidak punya rumah dan harus hidup di jalanan?

Pernahkah kamu menginginkan untuk menjadi seperti mereka?

Tentu saja tidak, bahkan untuk mengkhayalkannya saja kamu pasti tak mau. Bahagia atau tidak, sebenarnya bergantung pada diri kita sendiri. Bagaimana kita menyikapi setiap kejadian dan apa yang diberikan kepada kita. Bagaimana kita berterima kasih dan bersyukur atas segala sesuatu yang kita miliki. Bagaimana kita bisa mengolah perasaan agar tak perlu iri dengan apa yang orang lain dapatkan.

Bahagia adalah hak setiap manusia. Bahagialah dengan caramu sendiri. Karena cara orang lain bahagia belum tentu jalanmu untuk bahagia. Tetapi kebahagiaan orang lain bisa jadi kebahagaimu pula.

Jangan menunggu untuk bahagia, buatlah bahagia datang menghampirimu. Jemput dan rangkul kebahagiaan itu.

Karena apa? Karena kamu berhak untuk bahagia.



Salam dariku,

-yang juga sedang memperjuangkan kebahagiaan

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Sedang belajar :)

Editor

Not that millennial in digital era.