Mengapa Banyak Pribadi dengan Nilai A Bekerja pada Pribadi dengan Nilai C?

Bagi kamu yang karyawan, sudahkan kamu bertanya kepada pemilik perusahaanmu bagaimana dahulu ia semasa sekolah hingga kuliahnya? coba tanyakan. Jika jalannya mulus-mulus saja, kamu hanya menemukan satu orang yang beruntung, namun kebanyakan dari pengusaha di luar sana memiliki permikiran yang berbeda, banyak juga yang mendirikan usaha dengan tidak sekolah atau kuliah formal, malainkan belajar dari kehidupan, sang guru yang memiliki segalanya.

Advertisement

Bagi kamu yang mahasiswa sudahkah bertanya bagaimana nilai mu akan membawamu hidup setelah lulus kuliah? Jangan terlena dengan bangku perkuliahan. Bangku perkuliahan benar-benar menjadi zona nyaman dan bebas. Bisa membuat lupa untuk alasan apa kita sampai pada bangku kuliah. Bisa jadi justru memang kuliah tanpa tujuan. Tidak mengapa, masih ada waktu untuk memperbaiki hal ini. Tidak ada kata terlambat agar esok tidak ada kata penyesalan.

Sebelum berlanjut ke dalam diskusi yang panjang, kita ubah paradigma kita dahulu. Kita samakan persepsi agar nanti tulisan saya ini tidak sia-sia.

Mengapa pendidikan kian hari terasa menghampakan manusia yang memiliki hati? Mengapa dunia makin ke sini makin cepat tanpa batas dan tanpa jeda, padahal manusia butuh jeda untuk merasa. Jawabannya karena proses kehidupan yang sudah berubah. Pendidikan sudah mulai bergeser dari fungsi memberikan pelajaran menjadi lahan bisnis, sehingga menghasilkan generasi yang bingung setelah lulus kuliah. Generasi bingung setelah lulus kuliah merupakan mereka yang dimanjakan selama kuliah. Dan berakhir pada meja karyawan. Tidak ada yang salah dengan karyawan, namun menjadi karyawan yang baik dan bertanggung jawablah, bukan hanya sekadar karyawan abal-abal kerja untuk uang.

Advertisement

Di dalam buku "Why students A work for C Students" yang ditulis oleh Robert Kiyosaki banyak membahas hal ini. Sebenarnya berfokus pada dunia pendidikan yang masih berfokus pada karyawan, bukan pendidikan keuangan. Menurut Robert Kiyosaki pendidikan keuangan penting, bukan untuk kita menjadi serakah dan tamak, namun untuk memahami manajemen ekonomi. Hal ini penting, bahkan di dalam keluarga sekalipun.

Sebenarnya sama saja pribadi dengan IPK 4 atau pun 2. Pilihannya hanya ada dua, sukses atau gagal. Bagi pribadi dengan IPK sempurna tentu mudah sekali untuk mendapatkan pekerjaan sesuai impiannya semasa kuliah. Lalu pertanyaannya bagaimana dnegan mereka yang tersingkirkan sarat administrasi (IPK buruk)? hanya ada tiga pilihan, bangkit dan mendaftar lagi, atau membangun usaha, atau pasrah dalam kegagalan?

Advertisement

Jika pribadi yang ber IPK buruk merupakan seseorang dengan semangat tinggi, ia akan mencari jalan ke luar, bisa jadi ia mendirikan usaha kecil-kecilan yang terus ia tekuni hingga menghasilkan usaha dengan omset yang baik. Ketika seorang pengusaha mendirikan usaha, ia ingin memiliki karyawan terbaik, dan jadilah ia membuka lowongan bagi mahasiswa yang ber IPK tinggi. Begitu siklus yang bisa terjadi mengapa mahasiswa yang tersingkirkan bisa sukses kelak.

Mahasiswa dengan IPK 4 hanya sibuk dengan kuliah, tugas dan beberapa organisasi jika ia sempatkan. Namun mahasiswa dengan IPK buruk tentu akan bergaul dengan banyak orang, mempelajari di luar hal perkuliahan dan juga berbaur dengan pengalaman real di lapangan. Hal ini bisa membedakan perilaku dari ke dua pribadi.

Jadi bagi kalian yang ber IPK buruk jangan khawatir, tetap semangat saja dan terus berjuang. Albert Einsteen pernah menuliskan begini

" Semua orang terlahir genius. Tapi jika kamu melihat hiu dari kemampuan dalam memanjat pohon, maka hiu itu selamanya akan dilihat bodoh"

Maksudnya adalah begini, bahwa setiap orang memang terlahir genius dan dengan kemampuan masing-masing. Bisa jadi kamu bodoh di bidang kuliah, namun cari kegeniusanmu yang lainnya. Kembangkan diri, banyak mencoba banyak hal dan banyak bergaul.

Namun, apa yang saya tulis ini bisa saja menjadi salah ketika baik pribadi dengan IPK bagus dan buruk sama-sama tidak berusaha. Sebenarnya IPK hanyalah sebuah lambang angka yang bagi saya tidak mencerminkan apa-apa. Semua kembali lagi pada diri pribadi masing-masing. Sudah sampai mana usaha yang dilakukan untuk sukses? Sudah samapai mana doa-doa berterbangan untuk menjemput rizki? Sudah sampai mana kaki menapak untuk memulai menjalankan sesuatu?

Tulisan saya bisa menjadi sesuatu yang mustahil dan bohong jika pribadi tidak berbuat apa-apa. Sebelum saya tutup tulisan ini, saya akan jelaskan satu hal penting tentang “Kebanyakan pribadi tahu harus melakukan apa, namun kurang keberanian untuk melakukannya,” jadi pada intinya adalah keberanian dalam bertindak.

Jadi pejuang tangguh. Lawan kelemasan diri dan mulai bangkit. Berjalan pelan-pelan akan membuat kita tidak sadar bahwa kita sudah bergerak.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Putri Tami- Begitu saja.

6 Comments

  1. Moh Lutfi Toha berkata:

    Pembenaran dengan berbagai alasan.

  2. Putri Tami berkata:

    Ya sebenarnya tidak ada benar dan salah, hanya alasan di baliknya yang membuat demikian.