Covid-19, siapa yang tidak kenal dengan nama itu. Nama yang belakangan ini menjadi topik perbincangan kaum penguasa dan mereka para pengais asa. Nama yang menjelma sebagai perusak segala rencana.
Bukan hal yang aneh jika banyak perubahan gaya hidup terjadi setelah wabah tersebut datang. Mulai dari selalu menjaga kebersihan diri sendiri, juga menjaga jarak dengan sesama. Hal ini perlu agar kita bisa saling menjaga satu sama lain.
Banyak kebijakan yang diambil pemerintah agar penularan wabah ini bisa di minimalisir, salah satunya adalah aturan yang melarang mengadakan pesta. Bagi sebagian orang, kebijakan ini membuat segala rencana yang telah dibuat hancur berantakan. Waktu, usaha dan tenaga yang dihabiskan untuk mengatur sebuah pesta yang indah hilang sia-sia bersama dengan munculnya aturan tersebut. Uang yang sudah dikeluarkan untuk membayar beberapa vendor pun tidak dapat kembali, sehingga memaksa kita untuk mengambil jalan tunda. Ya, tunda dulu pernikahan kita.
Namun apakah ada kepastian tentang waktu penundaan ini? Apakah jika menunda di tahun depan wabah ini sudah pasti berakhir? Tidak, tidak ada jawaban pasti untuk itu. Meski wabah ini benar akan hilang, stigma yang tertanam tentang bengisnya wabah ini tak mudah sirna di benak khalayak. Pasti akan ada beberapa orang yang menjadi enggan untuk berkumpul. Namun itu bukan kesalahan mereka.
Tak semua orang rela untuk mundur jauh dari rencana yang mereka siapkan. Ada juga yang hanya menggelar upacara akad ataupun pemberkatan dan merelakan rencana pestanya, meski keputusan tersebut menyisakan ruang kosong dalam angan. Saat ini kita dipaksa untuk memilih keputusan terbaik dari yang terburuk. Tetap melangsungkan pernikahan dengan hanya menyelenggarakan upacara akad pun memiliki sisi yang sulit diterima calon mempelai.
Menikah tanpa resepsi jelas meninggalkan kesan kurang pada acara nikah itu sendiri. Bagi sebagian orang, pernikahan adalah momen sekali seumur hidup. Momen sakral yang sangat ditunggu dan ingin di nikmati bersama saudara maupun kerabat dekat. Meski jauh dari kata ideal, mungkin upacara akad menjadi pilihan bagi sebagian besar calon pengantin. Mengingat arti pernikahan itu sendiri bukan terletak pada pesta, namun sah nya seorang lelaki untuk mengatur kehidupan wanita dalam sebuah bahtera rumah tangga.
Selain itu, mengadakan resepsi setelah beberapa bulan pernikahan berjalan pun bisa dilakukan, meskipun keintiman dan gairah yang lahir tak sebesar saat menjalani resepsi pernikahan. Akan tetapi, segala keputusan yang hendak kita ambil agar terlebih dahulu melalui jalan diskusi dengan orang tua. Tidak apa jika akhirnya kita harus menunda dan berkutat dengan keadaan yang serba tidak jelas, atau hanya menggelar upacara akad dan membuang jauh sebuah pesta yang indah.
Yang terpenting adalah komitmen dari masing-masing calon mempelai untuk bisa saling menjaga perasaan, dan memberikan semangat saat keadaan tidak berjalan sesuai dengan rencana. Hal ini berat dan sulit untuk dijalani, tapi berdua kita pasti bisa.
Salam dariku yang berada di barisan yang sama dengan kalian. Yang juga menggantungkan angan berharap lahirnya sebuah harapan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”