Jatuh Cinta dalam Diam Memang Menyesakkan. Namun, Aku Tetap Memilih Bertahan Bersama Waktu dan Harapan

jatuh cinta dalam diam menyesakkan

Pertama kali aku melihatmu ketika perayaan HUT RI ke 74 di dekat tempat tinggalku. Kebetulan kampungku sejak 9 tahun yang lalu dipilih sebagai pusat pemerintahan kecamatan. Tampilanmu memalingkan duniaku, parasmu yang ayu berhasil membuat hatiku terjatuh, wajahmu pancarkan keteduhan. Seketika ingin mengenalmu lebih jauh dengan berusaha sekuat tenaga dalam mendapatkan perhatianmu. Mungkin dengan cara demikian kelak akan membawaku lebih dekat untuk lalui hari bersamamu pada akhirnya.

Advertisement

Setelah mencari lebih jauh ternyata kamu merupakan seorang pendidik dari salah satu sekolah menengah atas di desa tetangga. Kehadiranmu di kampung yang telah membesarkanku sejauh ini demi mengikuti kamping pramuka tingkat kecamatan yang bersamaan dengan perayaan HUT RI ke 74.

Di suatu senja, kala melihatmu lewat di depan rumah sungguh berhasil membius pandanganku. Wajahmu berhasil membuat orang lebih lama menatapmu dari biasanya. Jika tidak berlebihan melambungkan parasmu yang ayu, engkau patut digelari sebagai makhluk Tuhan yang paling aduhai cantiknya. Baik nian ciptaan-Nya. Indah sekali jika lalui hari bersamamu.

Tidak menunggu lama usai memuja parasmu dalam diam, toh alangkah lebih baiknya jika mengenalmu lebih dekat. Aku pun menyuruh salah satu anak muridmu yang kebetulan memiliki hubungan kekerabatan denganku. Ia pun melayani permintaanku dengan menemuimu untuk mendapatkan nomor telepon yang engkau gunakan.

Advertisement

Sempat membangun komunikasi dengan mengirim pesan via aplikasi WA meski puncaknya tidak dibalas sama sekali. Bukankah laki-laki ditakdirkan oleh pencipta untuk berjuang lebih gigih? Bukankah laki-laki sering diabaikan dalam masa-masa yang bernama pedekate? Bukankah laki-laki dipaksakan untuk melangkah lebih cepat dari biasanya? Bukankah makhluk yang bernama laki-laki sebisa mungkin militan dalam kehidupan yang diarungi?

Lalu di esok harinya, saat aku pergi ke gereja untuk memuji nama Tuhan, ternyata kamu juga menghadiri ibadah di gereja yang sama. Melihat kehadiranmu lagi-lagi berhasil memalingkan duniaku. Kerap kali aku berusaha untuk menatapmu lebih lama, sayang pandanganku tertutup oleh jemaat yang berdiri di depanku. Alhasil, untuk memandangmu tentu sia-sia jadinya. Tuhan tentu tidak berkehendak agar umatnya tidak fokus saat beribadah di rumah-Nya, apalagi gara-gara menatapmu, ciptaan-Nya sendiri. Aku saja yang sedang mencari gara-gara. Dan, itu berkatmu.

Advertisement

Aku tidak memiliki pilihan lain di situasi seperti itu, sebab semua orang pernah mengalami keadaan yang bernama jatuh cinta. Setiap orang saat mengalaminya kadang berkelakuan aneh, entah memilih mengungkapkan isi hati secara langsung, memantau dalam diam atau bertahan dalam pilihan sebagai pengagum rahasia.

Setelah ibadah selesai, aku sempat menegurmu di pintu keluar gereja. Bertegur sapa sebagai sesama saudara seiman tentu tidak dilarang, barangkali setelah pertemuan di rumah Tuhan akan membawa hati saling bertautan memadu kasih sebagai sepasang kekasih. Sapaanku dibalas dengan senyum yang ayu. Sumpah senyumanmu sungguh meneduhkan.    

Sebelum janur kuning melengkung, semua orang punya hak untuk mendekatkan diri dengan siapa saja. Tentu cara-cara yang dipakai tidak melawan hukum. Jangan heran akan ada 1001 cara akan dipilih demi mendapatkan tambatan hati.

Pembaca Hipwee yang budiman, dalam urusan merayakan masa muda, kita tentu pernah melacurkan diri dalam tingkah-tingkah konyol untuk mendapatkan pujaan hati. Lagi-lagi, tidak ada yang salah selama itikad kita baik untuk memadu kasih bersamanya. Karena itu, merangkulnya untuk bersama dalam dekapan harus dilakukan dengan sepenuh hati.  Itikad saja tidak cukup, namun membutuhkan usaha yang gigih.

Dalam situasi mengagumimu dalam diam, aku memilih untuk bertahan bersama waktu. Mungkin di suatu waktu kelak, hatimu luluh dengan membalas pesan yang pernah aku kirim. Aku tetap mengharapkanmu agar ada waktunya kita bersua di bawah senja. Mendaraskan cerita dengan sejuta mimpi-mimpi yang diajukan pada senja.

Sekarang di bawah senja, aku selalu memanjatkan permohonan agar waktu membawa kita bersua. Entah merayakan waktu sebagai sepasang kekasih atau setidaknya sebagai sepasang sahabat. Dengan cara yang begitu, aku telah memenangkan pertarungan sebagai laki-laki yang tak mengabaikan masa muda.

Percayalah, dalam diam ada namamu yang diharapkan untuk duduk di sisiku. Tetap menjadi pendidik yang baik untuk anak-anak bangsa. Jangan lupa sirami dunia dengan senyumanmu yang indah. Selamat bertugas Bu Guru!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta Kopi Colol dan Sopi Kobok. Tinggal di Manggarai Timur, Flores. Amat mencintai tenunan Mama-mama di Bumi Flobamora.

Editor

une femme libre