Makanan pun datang menghampiri Tina. Nasi putih plus ayam goren geprek siap untuk disantap mengisi kekosongan rongga perut. Tangan kanan Tina aktif menguraikan butiran nasi dan mentrasnportasikannya ke mulutnya. Di saat yang bersamaan, tangan kirinya sedang asyik berjoget di atas layar HP. Indra penghilatannya berperilaku seperti celengan masjid, dari kiri ke kanan lalu dari kanan ke kiri. Dari piring nasi menuju layar hape, begitu seterusnya hingga nasinya habis, atau sebaliknya baterei hapenya yang habis.
Terdapat banyak aplikasi yang digunakan Tina. Tak hanya sebatas alat komunikasi saja, di dalamnya, di HPTina tersemat media sosial yang bi(a)sa digunakan untuk memberitahukan sedang apa Tina sekarang. Dan lagi, fitur "status keadaan" tak hanya dimiliki oleh satu aplikasi saja pada hape Tina, masih banyak teman lainnya yang memiliki fitur yang sama. Memberitahukan kondisi atau apa yang dikerjakan kepada teman-temannya di media sosial menjadi hal yang sudah biasa bagi Tina. Bahkan mungkin menjadi kewajiban yang harus dilakukan beberapa waktu dalam sehari.
Penggunaan media sosial, khususnya dalam kasus "aku lagi apa" lumrah terjadi saat ini. Ya sah sah saja orang mau apa dengan media sosial yang dia gunakan. Mau dia upload foto atau video atau hanya sekedar tulisan bijak pun tak masalah. Itu adalah hak yang dia punya. Sesuatu seperti ini pun menjadi aktivitas yang sangat diminati. Tujuannya pun beragam, ada yang mungkin hanya sekedar berbagi pengalaman atau ternyata mencari simpatisan.
"Apa yang lagi kamu rasakan" begitulah slogan salah satu aplikasi media sosial yang sering kita lihat. Bergairahlah rasa ingin menjawab tantangan tersebut, "inilah apa yang kurasakan", cari foto atau video juga bisa tulisan curhat dengan emoticon yang mengikutinya untuk dijadikan jawaban dari pertanyaan tantangan tersebut.
Tak sampai situ, panggung yang baru saja dibuka akan menarik berbagai pengunjung dari belahan dunia (yang barang tentu adalah teman yang sudah dikonfirmasi). Respon pun berdatangan, ada yang suka ada juga yang mengomentari. Mungkin si Tina akan semakin excited melihat respon yang diberikan. Apa lagi jumlah like bertambah dan berbanding lurus dengan kepopuleran status yang semakin naik pesat.
Status yang dibuat menjadi sebuah jualan yang bikin candu pengguna. Satu like sangat berarti. Terus dan terus menampilkan status dengan berbagai tema. Meraup perhatian dari sebanyak banyaknya yang melihatnya. Status yang di maksudkan untuk berbagi pengalaman dan kejadian kadang kadang berubah menjadi pemberitahuan yang kurang kerjaan. Sekali lagi, itu sah sah saja untuk dilakukan.
Menurut penelitian, dengan adanya respon yang diberikan apalagi respon itu adalah positif (like atau komen atau repost) menjadi sebuah rangsangan untuk merasakan hal yang serupa lagi dan lagi. Pun demikian dengan saya, mengunggah status dengan nilai berbobot secara formalitas tentunya menjadi hal yang candu. Beberapa saat setelah launching status, tak menunggu waktu lama untuk melihat respon dunia. Siapa yang melihat, berapa banyak like atau komen yang diberikan. Nyatanya ini menjadi hal yang menyenangkan untuk dilakukan.
Kembali kepada Tina dan mungkin kebanyakan dari kita sangat sering untuk membuka aplikasi medsos dengan berbagai tujuan. Tetapi ternyata tetap ada hal yang selalu sama ingin kita rasakan. Sebuah respon atau curahan perhatian setelah status diluncurkan. Aktivitas ini pun menjadi sebuah kecanduan. Hebatnya kadang tak peduli seberapa esensinya status yang dipergunakan, yang dilihat dan diharapkan hanyalah respon kesukaan.
Esensi disini adalah sebenar benarnya makna dari konten yang ada. Sering kita jumpai, dan mungkin saya juga sering melakukannya, status dengan bobot yang sangat dalam. Isinya bisa diambil dari ayat ayat Kitab Suci ataupun kutipan kebijaksanaan hingga apapun yang dapat menarik perhatian. Penggunaan konten tersebut tentu saja boleh, anggapan menyebarkan kebaikan tentunya menjadi landasan. Namun nyatanya, tujuannya hanya sekedar mencari perhatian atau sebuah rasa simpati. Sensasi mengalahkan esensi.
Bagus jika hal tersebut menjadi inspirasi bagi yang melihat status. Karena yang dia tahu hanyalah "kamu menyebarkan kebaikan". Dampak positif didapatkan oleh orang tersebut dan memberikan rasa terimakasih dengan menekan tombol like berbentuk jempol atau hati. Sebaliknya, bagi kita yang hanya beternak like, yang didapat hanya rasa ketagihan. Niat awal memang bukan dari kehendak hati tetapi dari kehendak nafsu akan simpati.
Tapi sekali lagi, itu sah sah saja. Mau konten apapun yang diberikan atau diunggah nantinya, mau yang berbau kebaikan, ujaran kebencian, curhatan, bahkan foto syur sekalipun itu terserah. Namun ingat apa sih yang kau dapatkan? Kalau cuma like dan kepopuleran maka para oppa jauh lebih mudah untuk dikenang. Semoga kita dapat lebih bijak dalam menggunakan media sosial untuk berbagi bukan hanya sekedar menjaga eksistensi.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”