Global competence adalah sebuah keniscayaan yang sudah tidak bisa dihindari lagi. Semua jenis pekerjaan yang saat ini bermunculan dulunya tidak pernah terpikirkan, begitupun modifikasi dan kolaborasinya. Kebanyakan dari para inovator tersebut adalah anak muda. Semua hal tersebut dapat terjadi karena persaingan yang tidak hanya terjadi antar kota saja, tetapi juga antar negara, bahkan lintas batas negara. Untuk menghadapi tantangan perubahan zaman yang semakin tidak bisa diukur dan diperkirakan lagi, maka pemahaman akan global competence sangat dibutuhkan oleh para pemuda.
Kali ini, AIESEC in UPN Veteran Yogyakarta berbincang dengan salah satu board of advisor kami, yaitu Ibu Rukmowati Brotodjojo. Selain menjadi seorang dosen di Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta, Bu Rukmo, begitu beliau akrab disapa, adalah seseorang yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan globalisasi, termasuk di dalamnya global competence.
Bu Rukmo menuturkan, beliau tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa di masa depan akan ada sebuah platform yang memobilisasi para driver ojek untuk mendapatkan penumpang dengan lebih cepat. Bahkan, yang tidak pernah dibayangkan lagi, aplikasi tersebut saat ini juga bisa menyimpan uang para penggunanya layaknya bank, padahal mereka bukan perbankan. Hal ini bisa terjadi karena penguasaan teknologi informasi dan transportasi yang saat ini semakin pesat dan itu semua dilakukan oleh anak-anak muda.
Ini adalah peluang yang besar sekaligus tantangan yang besar juga bagi kita semua, khususnya anak muda, karena selain muncul kemudahan, juga muncul persaingan yang semakin tidak ada batasnya. Maka kemampuan untuk menguasai global competence bagi anak muda menjadi sangat penting, demikian disampaikan Bu Rukmo.
Salah satu indikator global competence adalah pemahaman lintas budaya, seperti apa yang menjadi tujuan AIESEC untuk memberikan cross cultural understanding bagi para anggotanya. Hal ini tentu sangat diperlukan mengingat segala sesuatunya akan bersifat global, maka pemahaman ini sangat perlu untuk dimiliki para pemuda. Dari segala sesuatunya yang bersifat global, bisa saja timbul kolaborasi global yang tidak terpikirkan sebelumnya.
Namun, kolaborasi global ini bisa saja terhambat apabila kita tidak memiliki pemahaman lintas budaya yang kuat. Apabila kita tidak memiliki pemahaman lintas budaya yang kuat, maka bisa terjadi bentrok antar budaya. Kolaborasi yang tadinya diharapkan tidak akan terwujud dengan baik, sehingga pemahaman lintas budaya sangat diperlukan, dan AIESEC sudah sejak lama memikirkan hal tersebut, pungkas Bu Rukmo.
Bu Rukmo memang baru beberapa bulan menjadi advisor bagi AIESEC in UPN Veteran Yogyakarta. Namun, beliau sudah mengikuti kegiatan-kegiatan AIESEC sejak lama dan beliau menilai bahwa kegiatan-kegiatan AIESEC sangat cocok untuk memenuhi pemahaman akan global competence. Beliau memuji beberapa kegiatan yang diselenggarakan AIESEC. Salah satunya adalah Global Leadership Class.
Bu Rukmo menilai, leadership akan selalu menjadi basic skill bagi siapapun itu sehingga dengan kegiatan yang mengundang fasilitator dari berbagai negara ini bisa membuat peserta memiliki pemahaman lintas budaya dari orang luar negeri secara langsung. Hal ini membuat proses sharing knowledge tentang leadership yang dilakukan menjadi lebih maksimal, sekaligus menjadi sarana untuk meningkatkan pemahaman basic tentang global competence itu sendiri, demikian disampaikan Bu Rukmo.
Tidak hanya yang bersifat global, Bu Rukmo juga memuji kegiatan AIESEC yang diselenggarakan dalam skala lokal, tetapi masih dikatikan dengan kompetensi global, yaitu Impact Circle yang mengangkat tema social startup yang dikatikan dengan SDGs nomor 8, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. Sekedar informasi, Sustainable Development Goals adalah tujuan pembangunan yang dirancang berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada secara global. Ibu sangat mengapresiasi kegiatan AIESEC yang selalu disesuaikan dengan SDGs dan kebutuhan global competence yang mana ini sesuai juga dengan misi AIESEC yang memang sudah mempersiapkan kebutuhan global competence ini jauh jauh hari bahkan sebelum banyak orang memikirkannya, pungkasnya.
Di samping itu, AIESEC memiliki sistem yang sangat bagus karena melibatkan sedikit anggotanya untuk menjadi panitia dalam sebuah kegiatan, tetapi bisa bergantian dengan anggota-anggota yang lain untuk menjadi panitia di kegiatan yang lain. Hal ini dinilai sangat efektif dan efisien untuk membuat sebuah kegiatan yang berdampak luas. Alangkah lebih baiknya apabila keanggotaan AIESEC ini bisa menjangkau lebih banyak mahasiswa di luar program studi yang sudah biasa ada diantara keanggotaan AIESEC sehingga dampak yang dihasilkan lebih besar lagi dan pemahaman akan global competence bisa lebih luas lagi, tidak terbatas di prodi-prodi tertentu saja, demikian disampaikan Bu Rukmo.
Selain itu, AIESEC juga harus lebih menaruh perhatian kepada SDGs yang masih jarang dibahas untuk bisa diangkat menjadi tema kegiatan. Bu Rukmo mengingatkan bahwa sebuah gerakan pemuda harus terus berkembang dan berimprovisasi, Jangan sampai karena kita sudah merasa baik, kita jadi lupa untuk bertumbuh dan berkembang. Keep the good work and let’s improve our movement, demikian ditutup oleh Bu Rukmo.
AIESEC adalah organisasi pemuda terbesar di dunia yang fokus untuk mengasah leadership skill anggota-anggotanya. Kami terus mengembangkan program-program kami agar relevan dengan kebutuhan pemuda saat ini, terutama yang berkaitan dengan kompetensi yang harus dimiliki secara global. Kami tunggu kehadiran kalian di kegiatan-kegiatan kami!
Info lebih lanjut mengenai AIESEC: aiesec.or.id
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”