Definisi Cantik Tiap Orang itu Berbeda. Kenapa sih Harus Mengikuti Standar Mereka?

Standar kecantikan


Setiap lingkungan memiliki standar tersendiri, termasuk standar cantik yang entah dibuat oleh siapa.


Advertisement

Namun berdasarkan pengamatan, standar cantik di lingkungan sosial biasanya hampir selalu bertolak belakang dengan keadaan realitanya, misalnya kebanyakan standar cantik di Indonesia ialah berkulit putih. Namun sebenarnya, rata-rata penduduk asli Indonesia cenderung memiliki tipe kulit no. 4, 5, dan 6 yaitu kulit cokelat cenderung gelap. Alhasil banyak produk yang menggunakan embel-embel "putih" di setiap produk, sebagai strategi marketing. Seakan-akan kulit cokelat atau sawo matang cenderung dianggap tidak cantik, karena tidak memenuhi kualifikasi standar cantik yang telah dibuat.

Bukan hal yang aneh bagi hampir banyak wanita yang berambisi menjadi putih. Karena jika tidak, maka akan merasa seperti tidak memenuhi  standar cantik yang ada. Namun, setiap orang memiliki standar cantik yang berbeda beda bukan? 

Memang tidak ada salahnya mengikuti tren, tapi bagaimana jika kita sudah berusaha sekuat tenaga, namun hasilnya tidak sesuai dengan tuntutan standar di lingkungan sosial? Yang tidak menutup kemungkinan malah akan menimbulkan stress. Jadi, kenapa kita tidak mencoba menciptakan definisi cantik on our own?

Advertisement

Agar cantik nya tidak hanya karena terbawa arus saja, namun juga yang memiliki value. Cantik menurut pandangan penulis ialah ketika wanita memiliki adab, ilmu dan prinsip, sehingga dirinya tidak mudah goyah dan tidak asal mengikuti arus. Itulah wanita yang luar biasa. Karena, jika hanya mengikuti standar kecantikan sosial yang mungkin tidak sesuai dengan kondisi kita yang ada kita pasti akan selalu merasa insecure.

Yang mana insecure rentan menimbulkan rasa minder, yakni rasa tidak percaya diri akan dirinya sendiri. Menganggap diri lebih rendah dari wanita lainnya. Namun, ketika wanita memiliki value atau kelebihan tersendiri, maka mereka pun tidak minder untuk bersaing dengan wanita yang memiliki standar cantik yang ada di pasaran. 

Advertisement


Jadilah wanita sebagai manusia yang sebaik-baiknya bukan secantik-cantiknya, dunia ini adalah perhiasan dan sebaik baiknya perhiasan adalah wanita shalihah.


Fastabiqul khairat, berlomba-lombalah dalam kebaikan, bukan berlomba lombalah dalam urusan kecantikan. Jika generasi millenials mungkin menganut prinsip YOLO (you only live once), dengan cenderung memiliki makna bahwa kamu bebas melakukan apa saja  karena hidup hanya, tapi perlu dipertimbangkan lagi secara matang dalam konteks ini. Kita memang memiliki kebebasan untuk melakukan apapun segala sesuatu, namun bukan berarti juga kita terbebas dari konsekuensi. Terkadang manusia terlalu menyibukkan diri dalam urusan hawa nafsu, dan menyuarakan tentang hak. Namun, mengabaikan tentang kewajiban sebagai manusia yang sebenarnya. Seharusnya terjadi keseimbangan antara hak (kebebasan dalam bertindak) dan kewajiban  (sesuatu yang harus dipenuhi). Jangan sampai hak kebebasan kita kian disalahgunakan.

Memang wanita yang memiliki anugerah keindahan pada wajahnya pada realitanya seringkali diperlakukan khusus. Adapun salah satu kutipan dari platform lain yang begitu relate kalu dipikirkan betul-betul yakni


“Orang–orang akan datang dan pergi, mereka akan datang kalau menurut mereka kamu menarik atau menguntungkan. Kalau tidak dapat keduanya atau salah satu, ya mereka akan pergi.”


Sad but it’s true. Maka, jangan jadikanlah pandangan manusia sebagai tolak ukur, karena hakikatnya manusia itu unpredictable. Jadikanlah pandangan allah sebagai tolak ukur, karena penilaian Yang Maha Esa mutlak dan tidak terpengaruh oleh faktor–faktor eksternal lainnya, layaknya yang manusia lakukan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

Not that millennial in digital era.