“People come and go. That’s okay. That’s life.”
Banyak orang yang bilang, seiring bertambahnya usia, lingkaran pertemananmu akan semakin kecil. Tapi, akan lebih berkualitas, atau dengan kata lain, kamu bisa menemukan siapa saja teman sejati yang benar-benar peduli dengan dirimu. Meskipun begitu, kamu tidak bisa menghindari datang dan perginya banyak orang ke kehidupanmu. Berapapun usiamu, kamu harus selalu belajar untuk menyambut dan merelakan orang lain.
Sebenarnya, hal seperti ini tidak hanya terjadi di lingkungan sosial. Dalam sebuah keluarga di rumah pun, orangtua harus merelakan anaknya pergi untuk mengadu nasib ke kota lain. Mereka pun tidak bisa menghindari hal itu terjadi, karena anak mereka juga butuh untuk keluar dari zona nyaman dan mengembangkan dirinya, sehingga ia bisa menjadi sosok yang patut dibanggakan. Di sisi lain, orangtua juga harus bisa menyambut kehadiran anggota keluarga baru yang dibawa oleh anak mereka, yang nantinya akan berjanji untuk selalu mencintai serta menjaga anak mereka.
Hidup memang selalu seperti itu. Tapi, hidup bukan melulu soal kehadiran dan kepergian orang lain. Hidup adalah soal bagaimana kamu menyikapi itu semua. Menyambut kehadiran orang-orang yang berharga ke dalam hidupmu akan membuatmu merasa sangat bahagia seperti melayang di udara, sampai kamu lupa untuk menginjakkan kaki ke tanah. Merelakan kepergian orang-orang yang berharga dari hidupmu juga akan membuatmu merasa sangat sedih seperti jatuh ke dasar tanah yang paling dalam, sampai kamu lupa kalau kamu masih punya banyak kesempatan untuk terbang tinggi. Siklus ini akan terus berputar seperti lingkaran setan.
Satu hal yang mungkin harus kita pahami, bahwa setiap orang harus terus bergerak dan berkembang untuk tetap hidup. Kita pasti pernah merasakan kehadiran sahabat, kekasih, atau siapapun itu yang sangat berharga di hidup kita. Kita selalu mengutamakan mereka. Kita selalu menghabiskan banyak waktu bersama mereka. Kita sangat dekat, sampai tiba saatnya kita tidak lagi berbicara dan berbagi banyak hal dengan mereka. Semua terasa asing, semua terasa jauh.
Saat hal itu terjadi, mungkin kita harus mulai memahami, bahwa mereka harus melanjutkan pergerakan dan perkembangan mereka. Mereka butuh untuk mengetahui dan mendapatkan lebih banyak hal lagi, dan mungkin, waktu mereka untuk tumbuh dan berkembang bersama kita memang hanya cukup sampai saat ini.
Ada satu kutipan dari buku Limitless Campus karya Rene Suhardono, yang intinya kira-kira seperti ini,
“Kalau kamu cuma melihat dari content, kamu tidak akan pernah merasa bahagia. Tapi, kalau kamu bisa melihatnya dari context, maka apapun keadaannya, kamu akan selalu merasa bahagia.”
Content yang dimaksud di sini adalah hal-hal yang berhubungan dengan duniawi, misalnya pekerjaan yang mapan, gaji yang besar, pacar yang cantik, dan sebagainya. Sedangkan, context adalah tentang keyakinan dari dirimu sendiri. “Aku bahagia”, kalau kamu menanamkan ini di dalam dirimu, maka apapun kesulitan yang kamu hadapi, kamu akan merasa baik-baik saja. Kamu akan tetap bisa merasa bahagia.
Sangat sulit, memang. Aku pun masih berusaha untuk memahami dan mencoba melakukannya. Semoga aku, kamu, dan siapapun yang membaca ini bisa memahami dan melakukannya kelak, sampai nanti hal ini bisa menjadi sebuah kebiasaan yang tidak bisa diganti. “Semoga aku bahagia” adalah doa yang sangat sederhana, tapi juga sangat dibutuhkan. Karena saat siklus kehidupan berputar, waktu berlari, serta semua orang datang dan pergi, tidak ada yang bisa kita andalkan sebagai sumber kebahagiaan, selain hati kita sendiri.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”