Beberapa kali sering bertukar pikiran dengan istri dan sampai pada pertanyaan 'kamu punya idola ngga?'
Lalu saya jawab setelah dipikir-pikir lagi dan sudah melewati masa sekarang kayaknya ngga punya idola deh. Jawaban yang jujur dan juga apa adanya.
Percakapan tentang idola itu awalnya adalah dari keresahan saya sendiri. Di mana di saat dewasa seperti sekarang, saya tidak punya sosok idola yang benar-benar saya kagumi.
Kalau ditanya idola saya siapa, jujur saya tak bisa menjawab. Valentino Rossi memang betul saya kagumi, tapi Rossi terlalu jauh untuk ditemui.
Kemudian vokalis dari band Arctic Monkeys yaitu Alex Turner. Memang betul dia idola saya tapi lagi-lagi sama seperti Rossi, dia susah untuk dijangkau.
Melihat beberapa perubahan tren dan juga era yang semakin cepat berkembang tentu anak-anak kecil usia SD hingga SMP sudah mengetahui siapa idola mereka. Siapa figur yang ingin sekali mereka ikuti jalan hidupnya.
Tapi bagi orang-orang dewasa yang bisa dibilang sudah merasakan asam garam kehidupan, menemukan satu sosok idola itu susah sekali.
Mungkin anak-anak di zaman seperti sekarang sudah paham dengan youtuber, influencer, selebgram dan beberapa profesi lain yang dulu tidak ada.
Mereka mengetahui bahwa kehidupan youtuber A misal, bergelimang harta, mempunyai pengikut yang banyak, membawa dampak yang baik ke kehidupan mereka.
Juga tentang influencer yang sering sekali membagikan nasihat atau justru kata-kata manis yang sanggup membius dan ‘kena’ di hati pengikutnya.
Ada juga selebgram yang hanya bermodalkan wajah, kemudian peralatan untuk memperlihatkan apa yang sempurna di tubuh dan juga hidupnya untuk dibagikan ke khalayak luas.
Semua hal tersebut adalah hal baru yang sekarang ini sering terlihat oleh saya dan juga kalian.
Hal-hal yang memang sudah menjadi keseharian. Sebuah pekerjaan yang dinamis dan juga parameter bagi saya atau mungkin anda untuk membeli sesuatu.
Kemudian dari percakapan dengan istri saya tersebut, tercetuslah pernyataan kalo dari sekian banyak orang, akun, youtuber atau influencer yang mempunyai pengikut yang masif dan juga militan, kenapa ngga membantu anak-anak di Indonesia ya?
iya tahu. Indonesia ini ngga akan selesai dijelajah satu sampai dua bulan. Tapi setidaknya orang-orang dengan pengikut yang sangat banyak ini, bisa mengangkat atau juga menemukan bakat anak Indonesia terpendam lainnya.
Kemudian saya juga yang menutup pertanyaan tersebut ah tapi ngapain juga ya. Aku bukan siapa-siapa juga di semesta ini. Dan bukan hak aku juga untuk ngasih tau para artis, selebgram, youtuber yang udah ada sekarang
Keengganan itu hanya ada di pikiran saya saja.
Coba mungkin teman-teman bisa bayangkan, jika orang-orang keren yang ada di Jabodetabek bisa berpencar ke seluruh Indonesia untuk mencari bakat-bakat terpendam, saya rasa akan beragam keunikan yang kita dapat.
Ekspos media, media sosial, dan seluruh unsur media juga harus turun tangan, membantu beberapa kabar yang bisa jadi baik seperti ini.
Bisa jadi di Aceh ada anak pintar di bidang sosial, kemudian di Biak, lalu di Bau-Bau, ada lagi di Soppeng, dan di Maumere, kemudian masih banyak lagi.
Terkadang beberapa keinginan digital yang selalu saya baca di media, tentang nanti tidak adanya lagi uang kertas di Jabodetabek, perangkat lunak, artificial intelligence, serta unsur teknologi lain selalu berbanding terbalik dengan apa yang ada di lapangan.
Lagi-lagi di Twitter sering saya dapati beberapa kisah pilu dan kelu. Bahwa mungkin yang anak-anak butuhkan di luar pulau Jawa, bukanlah kecanggihan teknologi. Mereka hanya butuh buku dan belajar serta hidup yang layak dan seimbang.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”