Halo, perkenalkan namaku Adlina Nurfauza. Pada 18 tahun yang lalu, tepatnya pada 22 Juni 2004, aku lahir di salah satu rumah sakit di Jakarta. Aku terlahir sebagai anak bungsu yang memiliki seorang kakak laki-laki dan orang tua yang sangat luar biasa bagiku. Aku saat ini merupakan salah satu mahasiswa kedokteran di Universitas Sebelas Maret di Surakarta. Dahulu, aku tidak terpikirkan sedikitpun bahwa aku di umur 18 tahun ini akan menjadi salah satu mahasiswa kedokteran yang mungkin merupakan impianku dan juga mungkin impian dari banyak orang. Disini aku akan menceritakan bagaimana aku bisa mencari alasan di balik mimpiku.
Ketika aku kecil, aku tidak pernah berpikir keras saat ditanya mengenai impian dan cita-cita. Aku hanya memiliki satu jawaban yang singkat dan padat, yaitu dokter. Namun, ketika ditanya alasan keinginanku itu, aku hanya terdiam. Saat itu aku sendiri tidak mengerti mengapa aku ingin menjadi seorang dokter. Satu-satunya yang ada di pikiranku adalah bahwa itu hanyalah keinginanku, tidak ada alasan lain bagiku untuk menjadi dokter. Aku sendiri tidak memiliki relasi ataupun keluarga dari kalangan dokter sehingga menurutku tidak ada alasan lain mengapa aku ingin menjadi dokter saat itu.
Beberapa tahun berlalu, aku semakin paham dan sadar bahwa untuk menjadi seorang dokter itu tidaklah mudah dan membutuhkan sesuatu untuk dikorbankan dan diperjuangkan. Saat itu, aku duduk di bangku sekolah dasar. Sebelum masuk ke jenjang sekolah dasar, aku hanyalah seorang siswa yang tidak memiliki ambisi dan hanya menangis ketika di sekolah. Beberapa temanku bahkan terpikir untuk tidak menemaniku hanya karna aku tidak bisa mengikuti pelajaran dan terlihat sangat bodoh untuk berada di kelas. Akan tetapi, ketika aku masuk ke jenjang sekolah dasar, aku akhirnya mencoba untuk mengubah hidupku.
Aku mulai semua dengan perlahan mencoba untuk bisa hidup berdampingan dengan teman-temanku yang lain. Aku sendiri perlahan paham bahwa aku bukanlah seseorang yang cerdas dan jenius, seperti teman-temanku yang lain, tetapi aku bertekad untuk bisa setara dengan mereka menggunakan usahaku. Jika mungkin yang terpikirkan oleh seorang anak di bangku sekolah dasar adalah bermain, aku sendiri akhirnya mengorbankan waktu bermainku untuk aku bisa mengejar teman-temanku.
Aneh dan iri rasanya ketika melihat teman-temanku bermain dan bersenang-senang menikmati hidupnya. Akan tetapi, aku mengesampingkan perasaan tersebut dan tetap fokus pada tujuanku. Aku sendiri pun membuktikannya bahwa usahaku tidak sia-sia. Aku akhirnya lulus di luar targetku. Aku lulus dengan nilai yang ternyata bisa mengalahkan teman-temanku yang lain. Nilaiku tersebut juga akhirnya bisa menuntunku untuk bisa meneruskan pendidikanku ke jenjang sekolah menengah yang terbaik di Jakarta.
Kisahku di sekolah menengah sedikit berbeda dengan kisahku di jenjang sebelumnya. Pilihanku yang ingin bersekolah di salah satu sekolah terbaik di Jakarta ternyata bukanlah pilihan yang salah. Aku mendapatkan suasana dan lingkungan yang sangat berbeda dibandingkan dengan lingkunganku di jenjang sekolah dasar sebelumnya. Di sana aku mendapatkan teman-teman yang sangat suportif terhadap perjuanganku untuk meraih impian.
Begitupun dengan mereka tentunya, mereka masing-masing sudah memiliki rencana untuk impiannya. Di saat itu kami semua saling mendukung satu sama lain untuk raih impian kami. Aku tidak lagi berjuang sendirian karena saat itu aku memiliki orang-orang yang berada di sampingku. Meskipun begitu, kami tetap saling berkompetisi secara sehat. Kami tak segan untuk saling membantu jika ada salah satu dari kami yang terjatuh atau tertinggal dalam pelajaran. Mungkin jika ditanya tentang posisi ternyamanku adalah ketika aku berada di sekolah menengah.
Meskipun aku sangat nyaman ketika berada di sekolah menengah, banyak hal-hal yang juga sebenarnya terjadi ketika aku berada di sekolah menengah. Aku banyak kehilangan orang-orang terdekatku secara hampir bersamaan. Masa-masa tersebutlah yang justru memperkuat alasanku untuk terus melajutkan perjuanganku untuk menjadi soerang dokter. Diawali ketika nenek dari ibuku yang sakit tidak mendapatkan sedikit pun penanganan dari rumah sakitnya hingga nenekku menutup usianya ketika aku berusia 12 tahun.
Tak lama, hanya berjarak beberapa bulan, kakak sepupuku yang masih berusia 20 tahun menutup usianya karena penyakit yang diidapnya. Aku dan keluarga sampai saat ini belum mengetahui dan mendapatkan kejelasan mengenai penyakitnya yang datang secara tiba-tiba itu. Dokter sendiri pun hanya tahu bahwa penyakitnya berhubungan dengan saraf, tetapi belum mengetahui jelas mengenai penyakit yang diderita oleh kakak sepupuku karena kakak sepupuku menghembuskan napasnya yang terakhir ketika penyakitnya masih diteliti di laboratorium rumah sakit. Tak lama dilanjutkan oleh 2 uwa-ku yang meninggal di saat yang hampir bersamaan karena sakit dan kecelakaan.
Beberapa bulan kemudian, adik dari ibuku juga menutup usianya yang masih tergolong muda disebabkan karena penyakitnya yang sudah diderita selama beberapa tahun. Selanjutnya ketika aku menghadapi ujian akhir di sekolah menengahku, aku mendapat kabar bahwa nenek dari ayahku meninggal yang setelah itu tak lama adik dari ayahku juga meninggal karena penyakit kanker. Bahkan, sehari setelah pengumuman kelolosanku di kedokteran pun, aku mendapat kabar bahwa 2 kakak sepupuku meninggal dunia di waktu yang hampir bersamaan.
Dari sekian banyak orang-orang terdekatku yang meninggal dunia, banyak dari mereka disebabkan karena kurangnya penanganan yang tepat dari rumah sakit. Aku sendiri sangat menyayangkan akan hal tersebut. Akan tetapi, hal tersebut juga yang akhirnya semakin mendorongku untuk menjadi seorang dokter agar tidak ada hal-hal serupa yang terjadi di keluargaku.
Lambat laun, kini aku masih berada dalam perjalanan untuk memperjuangkan impianku. Banyak langkah yang masih aku harus hadapi begitupun tantangan-tantangan yang tentu tidak sedikit. Akan tetapi, dengan motivasi dan alasan yang kuat, aku percaya aku akan bisa terus memperjuangkannya hingga nanti. Ketika ternyata aku terjatuh, aku bisa melihat rekaman dan catatan perjuanganku yang dahulu berikut dengan alasan memperjuangkan impianku yang cukup kuat untuk membangkitkan diriku kembali.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”