Seksualitas masa kecil
Saat saya masih duduk di bangku sekolah dasar, tepatnya kelas 5 SD, begitu masuk pelajaran IPA dengan materi reproduksi tentunya hal ini sangat membuat saya semangat untuk mengikuti pelajaran tersebut. Ada hal-hal yang tak pernah dibicarakan sebelumya yang berkaitan tentang bagaimana pengenalan terhadap alat kelamin pada manusia, yang membedakan antara kelamin manusia berjenis laki-laki dan perempuan dan bagaimana cara manusia bereproduksi menghasilkan jabang bayi.
Tentunya materi tersebut mengundang gelak tawa para murid (terutama laki-laki) karena dalam lingkup keluarga hal tersebut tak pernah dibicarakan. Jangankan pada seusia anak yang sedang duduk di kelas 5 SD, untuk seorang yang sudah dewasa atau yang akan menikah sekalipun seksualitas tak pernah dibicarakan.
Seksualitas hanya resmi dibicarakan oleh pasangan yang sudah menikah, selebihnya dianggap ilegal untuk membuka pembicaraan. Alasannya sederhana bagi orang tua:Â berbicara seksualitas adalah hal tabu dan tak patut dibicarakan karena bersinggungan dengan moralitas.
Paradigma orang tua terhadap pembicaraan seksualitas
Dalam pemikiran orang tua, orang tua akan merasa sangat gelisah ketika membicarakan seksualitas dengan anak-anaknya secara terbuka. Orang tua akan memilih bungkam walau terkadang orang tua pun juga tidak tahu banyak tentang seksualitas sehingga tidak banyak menjelaskan apapun terhadap anak-anak. Dalam hal ini orang tua sebagai pengendali keluarga pun tunduk pada budaya sekatan seksualitas demi moralitas.
Remaja, seksualitas dan sosial media
Di era digital yang serba cepat dengan keterbukaan informasi yang luas, sudah seharusnya orang tua merefleksikan diri dan menyadarkan bahwa peran dan tanggungjawab mereka telah berubah dari penyekat menjadi penyaring dalam konteks ini tentang seksualitas pada anak.Â
Tugas orang tua adalah menyaring segala informasi yang didapat anak melalui media sosial lalu mendiskusikan dan memberi pemahaman yang benar tentang seksualitas itu sendiri.
Rasa penasaran anak tidak akan berhenti. Mereka akan mencari sumber informasi lainnya dan di era digital seperti sekarang ini semuanya difasilitasi. Ketika orang tua tidak dapat mengontrol anak yang mencari informasi tentang seksualitas, maka yang terjadi sang anak tidak akan mau berbicara seksualitas dengan orang tuanya karena dianggap tak asyik dan sia-sia. Maka ruang lingkup pertemanan-lah menjadi alternatif terbaik untuk membicarakan hal tersebut.
Seberapa penting membicarakan seksualitas?
Salah satu tujuan membicarakan seksualitas adalah agar setiap orang dapat menghargai dan bisa menjaga serta bertanggung jawab terhadap tubuh sendiri dan orang lain. Karena berbicara seksualitas bukan hanya berbicara seks saja, di luar itu masih besar lagi cakupannya. Seksualitas merupakan aspek penting bagi kehidupan manusia dengan mencakup seks, identitas, peran gender, orientasi seksual, dan reproduksi.Â
Artinya menanamkan pemahaman seksualitas secara dini terhadap anak-anak hal yang mutlak dan mendesak. Lebih dari itu kita harus sepakat juga bahwa seksualitas harus dibicarakan untuk menumbuhkan kesadaran tentang fenomena kekerasan seksual.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”