Salah satu hal yang saya takuti dalam menjalani pernikahan adalah ketika saya harus menjadi anggota baru di keluarga suami saya. Karena hakikat pernikahan tidak hanya menyatukan dua manusia yang berbeda, tetapi juga menyatukan dua keluarga yang berbeda pula.
Saya termasuk orang yang mudah canggung dan gugup ketika berhadapan dengan orang yang baru dikenal, dalam hal ini adalah mertua dan kakak ipar. Memang, sebelum memutuskan untuk menikah pun keluarga suami sudah menyambut kedatangan saya dengan baik. Namun, kekhawatiran tersebut tetap saja ada kala akhirnya saya resmi menjadi anggota baru keluarga mereka.
Saya sering mendengar cerita teman-teman saya yang memiliki mertua yang cerewet, galak, dan kolot. Tidak hanya mertua, mereka juga sering mengeluhkan sikap kakak iparnya yang kurang baik, suka ikut campur masalah rumah tangga, dan lain sebagainya. Bahkan, banyak kasus perceraian yang terjadi bukan karena faktor dari pasangan tetapi karena faktor dari mertua dan ipar.
Jujur saya khawatir jika nanti saya mendapatkan karakter mertua dan kakak ipar yang serupa. Saya khawatir terjadi hal yang tidak saya inginkan saat menjalani rumah tangga. Namun saya mencoba untuk meyakinkan diri saya sendiri bahwa keluarga suami bisa menerima kehadiran saya dan bisa memperlakukan saya sebagaimana keluarga mereka sendiri.
Satu hari setelah menikah, keluarga suami mengajak saya untuk menginap di rumah mereka (kebetulan ayah mertua dan kakak ipar perempuan saya tinggal dalam satu rumah, dan mertua perempuan sudah lama meninggal dunia). Kedatangan saya pun disambut dengan ramah meskipun hati saya terasa tidak karuan karena khawatir nanti berbuat kesalahan atau bersikap yang kurang menyenangkan di depan mereka. Saya pun berusaha untuk bersikap baik dan sewajarnya di rumah keluarga suami.
Hari-hari yang saya lewati di rumah keluarga suami terasa berjalan dengan lancar tanpa kendala apa pun. Tanpa saya sangka, sikap keluarga suami begitu hangat kepada saya. Saya begitu terenyuh dengan sikap ayah mertua yang menganggap saya seakan seperti anaknya sendiri.
Beliau murah senyum, sering mengajak saya mengobrol, menanyakan kabar keluarga saya, dan menyiapkan saya makan. Ya, menyiapkan makan! Ayah mertua saya sangat pandai memasak dan tidak memperbolehkan saya memasak karena beliau ingin saya mencicipi masakan buatannya.
Kakak ipar perempuan saya pun tidak kalah baiknya. Beliau memiliki hobi yang sama dengan saya, yakni membaca buku. Di rumahnya, saya bisa dengan bebas membaca koleksi bukunya. Beliau juga sempat merekomendasikan beberapa buku yang menarik bagi saya. Bahkan saya pernah meminjam beberapa buku miliknya. Karena memiliki hobi yang sama, membuat saya merasa nyaman dan leluasa berdiskusi tentang buku dengannya.
Selain senang membaca, kakak ipar saya juga merupakan sosok yang selalu ada di setiap saya sedang berada dalam kesulitan. Beliau selalu menawarkan bantuan ketika mengetahui saya sedang berada dalam kesusahan. Oleh karena itu, saya sering sharing dan bercerita berbagai hal kepada beliau.
Bisa dibilang, antara saya dengan mertua dan kakak ipar tidak pernah mengalami konflik yang serius, dan saya sangat bersyukur akan hal itu. Dan saya berharap, pembaca di sini pun diberikan karunia yang sama.
Saya memahami bahwa tidak semua orang bisa mendapatkan keberuntungan memiliki mertua dan ipar yang baik. Dan tulisan saya ini tidak bermaksud untuk mendiskreditkan atau membanding-bandingkan satu keluarga dengan keluarga yang lain. Hanya saja, anugerah memiliki mertua dan ipar yang baik merupakan hal yang patut untuk disyukuri, sekecil apa pun kebaikan tersebut.
Namun, jika anda harus mengalami hal yang sebaliknya, jangan berkecil hati dahulu. Manusia diberikan sifat dan karakter yang berbeda. Selain itu, manusia juga dibekali dengn naluri berkasih sayang yang berbeda pula. Bisa jadi dibalik sikap mertua atau ipar yang kurang menyenangkan di depan mata kita, terselip rasa sayang yang begitu besar terhadap kita, hanya cara penyampaiannya saja yang berbeda.
Mertua dan ipar merupakan keluarga kedua setelah orang tua kita. Sudah sepatutnya kita menghormati mereka selayaknya orang tua kita sendiri. Jika memang ada hal yang kurang menyenangkan dari mereka, jangan terburu-buru menghakimi atau bahkan melakukan sesuatu yang bisa menimbulkan konflik yang lebih panjang lagi.
Bila ada hal yang kurang menyenangkan dari keluarga pasangan, jika memungkinkan cobalah untuk berdiskusi terlebih dahulu dengan pasangan kita. Ungkapkan keluhan dan keresahan kita dengan cara yang baik agar pasangan tidak tersinggung. Urutkan akar permasalahannya agar pasangan kita mengerti dan bisa membantu mencari jalan keluarnya.
Intinya, komunikasi yang baik itu penting bagi pasangan suami istri. Apapun permasalahan yang dihadapi, sudah sepatutnya untuk diselesaikan bersama-sama apalagi jika sudah menyangkut keluarga besar. Karena rumah tangga yang harmonis adalah dambaan bagi setiap pasangan suami istri.
Ketika anda memutuskan untuk menikah dengan pasangan, maka anda bukan hanya menikahi pasangan anda tetapi juga menikahi keluarga pasangan anda. Ketika anda memutuskan untuk hidup bersama dengan pasangan, maka anda tidak hanya membawa nama baik anda tetapi juga nama baik keluarga.
Hidup berumah tangga bukan hanya harus bersabar terhadap sikap pasangan, tetapi juga bersabar dengan segala karakter mertua dan ipar. Maka bersyukurlah jika kita diberikan anugerah berupa mertua dan ipar yang baiknya luar biasa. Semoga kita semua diberikan keluarga yang baik dan harmonis, ya!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”