Meski Niatnya Ingin Memberikan Motivasi, tapi Jangan Sampai Jadi Toxic Positivity!

Motivasi dan Toxic Positivity beda tipis

Apa yang pertama kali kamu pikirkan saat membaca kata "toxic", sesuatu yang beracun? Atau sesuatu yang buruk?. Lalu apa yang kamu pikirkan saat membaca kata "positivity", sesuatu yang bersifat positif dan baik bukan?

Advertisement

Apa hubungan dari kedua hal yang saling bertolak belakang ini?

Mungkin sebagian besar dari kita bingung akan makna yang sebenarnya dari toxic positivity. Toxic positivity dapat diartikan menjalani hidup dengan selalu berfikir positif setiap harinya.


"Justru bagus kan jika setiap hari bisa berfikiran positif"


Advertisement

Eitsss tunggu dulu, tidak semua hal positif jika dilakukan terus menerus akan berdampak positif juga terhadap tubuh kita lho…simak sedikit alasannya.

Toxic positivity dapat kita lakukan pada diri sendiri maupun pada orang lain. Contoh toxic positivity yang sering kita lakukan pada diri sendiri adalah ketika kita sedang menghadapi sebuah masalah, kita selalu berpikir bahwa kita selalu bisa menyelesaikan masalah dengan mandiri dan selalu berpikir bahwa segala sesuatu akan berhasil. Secara tidak langsung, kita tidak mendidik diri kita untuk kecewa ataupun sedih. Padahal yang sebenarnya terjadi terkadang rasa sedih dan kecewalah yang bisa membuat kita bangkit secara perlahan.

Advertisement

Contoh lainnya adalah toxic positivity terhadap orang lain, hal ini sering terjadi kepada orang terdekat. Seringkali kita merasa sedih dan terpuruk akan suatu hal, dan salah satu cara untuk mengatasinya adalah berbagi dengan orang terdekat. Sering kali tanpa kita sadari respon kita terhadap mereka yang sedang sedih atau ada masalah adalah


"Sabar aja, nanti juga berlalu"



"Kamu kuat kok, jangan lemah seperti ini"



"Masih banyak orang yang lebih parah dari dirimu~"


Dan kalimat-kalimat lain yang justru secara tidak kita sadari makin memperburuk mental orang lain. Dari sini pasti kamu ingat bahwa kamu pernah memberikan kata-kata semacam itu kepada teman terdekatmu, maupun mendapat kalimat-kalimat tersebut saat kamu "curhat" kepada salah seorang sahabat. Jika iya, mulai sekarang cobalah untuk menerima keluh kesah atau membiarkan seseorang yang tengah sedih untuk melepaskan kesedihannya, dengan menangis mungkin. Agar mereka bangkit dengan sendirinya, tak perlu memaksakan seseorang untuk tidak terlihat sedih atau kuat, karena lama kelamaan akan menjadi sesuatu yang terpendam dan berdampak buruk terhadap kesehatan mental di kemudian hari.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswa Semester 6 Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Editor

Not that millennial in digital era.