Berstatus sebagai pelajar/mahasiswa/fresh graduate bukan jadi alasan untuk kamu tidak berani terjun di dalam usaha apapun bidangnya (sesuai dengan passion-mu). Justru, kamu bisa memanfaatkan masa muda ini dengan mulai berkarya yang bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain. Selain itu, otak mudamu lebih mudah untuk menemukan ide yang kreatif. Inilah yang memotivasi Afiqie Fadhihansah, alumni S1 Universitas Brawijaya yang saat ini berstatus mahasiswa S2 di National Central University, Taiwan, jurusan computer science.
Afiqie, mulai menekuni usaha yang telah ia geluti sejak di bangku kuliah S1. Jarak dan waktu tak menjadi penghalang untuknya berkreasi untuk bangsa. Lelaki yang juga founder dari Netmedis Indonesia (bergerak di bidang teknologi kesehatan) ini tidak menyangka usahanya bisa berkembang pesat seperti sekarang. Ia mulai menekuni usaha tersebut sejak kuliah S1 semester akhir.
Keisengan terjun di wirausaha awalnya ia mulai dari menulis perencanaan bisnis dan mengikutkannya di ajang kompetisi bisnis tingkat Asia bersama rekan-rekannya tahun 2013, alhamdulillah timnya menjadi pemenang juara pertama business competition yang diadakan oleh School on Internet (SOI) Asia di Tokyo, Jepang dengan membuat aplikasi sistem rekam medis terintegrasi. Pada tahun yang sama, ia juga pernah menerima penghargaan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI di ajang bergengsi Indonesia ICT Award (INAICTA) di Jakarta. Berawal dari itulah ia mulai tertarik terjun langsung di dunia bisnis.
Disamping itu, usaha jual keripik hingga properti kos-kosan pernah ia geluti. Jatuh bangun ia rasakan hingga tamat kuliah S1. Setelah lulus ia tak memutuskan untuk melamar kerja, namun melamar wanita yang saat ini dinikahinya, hehe. Justru dengan itu, ia mulai bersemangat untuk membangun usaha bersama istrinya. Usaha yang ia tekuni saat ini dengan istrinya adalah produksi alat stimulasi kecerdasan otak janin Sabuk Cerdas Brain Booster di bawah kelola perusahaan CV. Netmedis Indonesia yang ia kelola. Produknya sudah menasional, mulai dari Aceh hingga Sulawesi pernah merasakan produk buatannya. Selain itu ia juga menyediakan platform untuk ibu hamil agar memudahkan mengakses informasi seputar kehamilan dan kelahiran.
Ceritanya tak sampai disitu, disaat usahanya mulai berkembang, justru ia memberanikan diri untuk mendaftar beasiswa kuliah S2 di Taiwan. Hingga ia diterima kuliah S2 dan dikaruniai seorang anak, tak membuat ia merasa jenuh dan puas untuk menimba ilmu. Kembali menjadi mahasiswa adalah keinginannya yang terpendam sejak lulus S1 untuk mengembangkan ilmunya yang didapat. Lantas bagaimana dengan usahanya? Ia menceritakan bahwa meski kuliah di luar negeri, istrinya yang sementara meng-handle usahanya di Indonesia, enak ya kalau sudah menikah, apapun bisa dikerjakan berdua. Ia juga berkeinginan mengekspor produknya keluar negeri.
Kepada redaksi ia menuturkan, ketika kita ingin mendirikan sebuah usaha, misalkan startup company (perusahaan rintisan yang siap berkembang pesat), biasanya kita berfikir bagaimana cara cepat untuk menumbuhkan dan membesarkan usaha impian kita tersebut. Tumbuh dengan cepat adalah karakteristik dari sebuah startup sebagai salah satu parameter penilaian berjalan tidaknya bisnis model yang direncakan oleh pendirinya. Menjawab kebutuhan konsumen serta mempertahankan eksistensi brand di tengah persaingan yang ketat adalah salah satu tugasnya. Kita harus mencari keunikan dan cara yang paling efektif dan mudah untuk memberikan solusi ekonomi bagi masyarakat, untuk dituntut menjadi kreatif dan kritis.
Namun, keinginan untuk bertumbuh cepat tersebut terkadang dibiaskan oleh pemikiran bahwa startup harus menggarap atau menyasar hal-hal besar saat itu juga, contohnya seperti modal dan market yang besar. Ia sangat salut dengan beberapa lulusan SMK yang sudah berani membangun startup sejak dini meskipun kebanyakan diantaranya tidak melanjutkan ke jenjang lebih tinggi, bahkan karyawannya adalah para lulusan mahasiswa perguruan tinggi. Jadi jika lulusan SMK yang terampil saja adalah seorang bos, harusnya mahasiswa bisa lebih dari itu!
Terkadang memulai dari yang kecil adalah sebuah cara terbaik dalam membesarkan startup kita. Sama seperti nasehat Aa Gym yang terkenal tentang perubahan diri: mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil, dan mulai dari sekarang. Memulai dengan hal yang kecil bukan berarti kita menargetkan pencapaian kecil untuk startup kita, tapi kita bisa menciptakan ruang lingkup yang lebih sederhana untuk bisa memverifikasi model bisnis kita dengan cepat.
Memulai dari yang kecil juga membuat kita lebih mudah mendominasi market/layanan spesfik tersebut dibandingkan kita menyasar market besar/layanan besar di waktu awal dalam waktu bersamaan.
Pahami apa itu startup
Jika melihat banyaknya nama startup sukses di Indonesia seperti Kaskus, Bukalapak, Tokopedia, dll, membuat banyak dari kita tergiur mendirikan bisnis ini. Padahal untuk memulai startup, katanya, bukan hanya tentang menjadi terkenal dan punya keuntungan besar. Banyak yang harus dikorbankan pendiri (founder) untuk membangun startup yang dijalankan bisa terus beroperasi.
Ikuti passion-mu
Yang pertama kali dilakukan menurutnya adalah menentukan ide bisnis, para mahasiswa bisa memulainya dengan memilih ide bisnis sesuai dengan passion. Dengan hal yang disukai ini, kita akan semakin termotivasi mengembangkan passion menjadi hal yang menguntungkan. Kita pun bisa terus mencoba hal lainnya di bidang yang sudah ditekuni dengan perkembangannya di masyarakat.
Jangan takut gagal
Memang, membangun bisnis bukan suatu hal yang mudah dilakukan, namun bukan jadi alasan juga untuk tidak mencobanya. Jangan takut gagal. Dengan mencoba berbagai metode kamu jadi tahu strategi yang tepat untuk model bisnis yang kamu tekuni. Mencoba semua hal baru tidak ada salahnya.
Selanjutnya, berangkat dari pengalaman ini maka akan tercipta pemikiran yang lebih kreatif untuk melihat peluang pasar. Menurut Afiqie, yang saat ini juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjend) Forum Mahasiswa Muslim Indonesia (FORMMIT) di Taiwan ini, dengan mencoba hal baru akan mengarahkan pelajar/mahasiswa pada motivasi yang positif dalam memulai bisnis.
Jangan berfokus nilai
Banyak mahasiswa yang gagal karena menganggap perkuliahan hanya untuk mendapat nilai yang tinggi. Padahal seharusnya, situasi belajar di kampus seharusnya dapat membentuk karakter mahasiswa menjadi lebih matang dan berpengalaman. Beberapa universitas telah menyediakan kurikulum kewirausahaan, bahkan sudah banyak juga setaraf Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang juga memilikinya.
Pola pikir yang sudah dibangun sejak usia dini dapat menambah nilai positif dalam membangun bisnis. Caranya yang tepat adalah dengan banyak membaca dan mencari informasi yang berkaitan dengan kewirausahaan. Kamu harus aktif dan rajin mencari beragam informasi untuk menambah wawasan khususnya dalam bidang startup berbasis teknologi.
Aktif mengikuti perkembangan zaman
Selain juga harus aktif datang ke berbagai seminar kewirausahaan, katanya, juga tak kalah penting adalah aktif mencari informasi. Dengan mengikuti informasi terkini, kita akan mengenal banyak tokoh di dunia startup dan bertanya langsung apa saja kepada mereka.
Lakukan! Praktekkan! Bantu bangsa ini!
Setelah memahami apa itu usaha (utamanya startup) dan kemudian kita berminat ingin membangunnya, maka tak cukup hanya membaca tulisan ini saja, karena teori tanpa praktek ibarat ilmu hanya masuk di telinga kanan dan keluar di telinga kiri, hehe. Selain itu, kebermanfaatan yang diperoleh dari bisnis yang kita kembangkan tentu bukan hanya untuk pribadi saja, tapi juga bermanfaat untuk negara (tentu dengan taat membayar pajak) dan bisa membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain, alias mengurangi pengangguran terdidik di Indonesia.
“Selamat membangun usaha!” ujar Afiqie.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Up