Hei kamu, yang tiba-tiba menanyakan kabar setelah sekian tahun pergi membawa luka.
Aku telah lama pergi dari kesakitan atas kepergian tiba-tibamu karena dia yang saat itu menggantikanku. Kau bilang dia jauh lebih dari aku, saat itu aku sakit dan tidak bisa memaafkanmu. Entah berapa lama akhirnya aku menyadari bahwa yang salah bukan kamu, tapi aku yang membiarkan rasaku terlalu dalam tanpa menyisahkan logika.
Tenang, aku sedang bahagia-bahagianya ketika DM Instagramku berbunyi dan menunjukkan nama yang sejauh ini ingin kulupakan;Â Namamu!
Tenang, aku sedang tidak dendam padamu, hanya saja memaafkan bukan berarti melupakankan? Dewasa adalah ketika kita sama-sama belajar memaafkan dan mencintai diri sendiri dari kesakitan yang kita lewati. Mungkin salahku, saat itu tidak peka bahwa kalimatmu tidak hanya ditujukan untukku, apalagi kesetiaanmu. Kebodohanku adalah percaya pada semua katamu. Tentu saja kamu tidak pernah salah karena aku yang memutuskan dengan bodohnya mencintaimu.
Kini aku bahagia dengan dia yang sekarang telah susah payah mencoba mengerti lukaku dahulu. Dia yang dengan telaten mengurus luka yang kau tinggalkan untukku. Dia yang dalam doanya diam-diam mendoakan kesembuhan hatiku. Dia yang dengan sopan mengetuk dan meminta izin menggantimu.
Hei kamu!
Kamu tak pernah salah. Hanya saja aku tak bisa dan tak sebodoh dahulu untuk meninggalkan dia yang mengobati demi kamu yang menyakiti. Maafkan kepintaranku kini dan lupakan kebodohanku dulu.Â
Jika kita tak sengaja bertemu, mari kita seolah bahagia dengan dunia kita masing-masing agar tak ada sesak didada. Karena jujur untuk luka yang dulu kau ukir, aku telah memaafkanmu dan amat sangat mencintai diriku sendiri. Dan jika sesekali kau mengenangku, kenanglah aku sebagai pembelajaran terakhir untuk ketidaksetiaanmu. Jangan lakukan itu pada orang setelah aku karena yang lain bisa saja mendoakan kesakitanmu tak sepertiku yang mendoakan kebahagiaanmu.
Hei kamu!
Tak ada yang perlu disesali dari perjalanan kita berdua termasuk masa lalu yang pedih itu. Denganmu aku pernah bahagia, pernah tertawa dan pernah menangis. Aku pun tak pernah menyesal dan menyalahkanmu atas semua yang terjadi. Kujadikan masa lalu itu sebagai pembelajaran yang membentukku kini. Jika bukan karenamu aku takkan bertemu dia yang kini dengan sepenuh hati kucintai.Â
Lanjutkan hidupmu tanpaku, jangan berharap untuk kembali karena semua tak lagi sama. Ada hati yang kini kujaga seperti dulu kumenjagamu. Ada cinta yang kini kubiarkan  tumbuh seperti dlu kumencintaimu. Bedanya adalah kau tak ada didaftar masa depanku sedangkan dia telah kujadikan masa depan hingga ujung usiaku. Berbahagialah kamu sepertiku, belajarlah dari luka masa lalu itu bahwa penyesalan adalah penghambat masa depan. Belajarlah menerima semua konsekuensi hidup atas pilihan yang kamu ambil. Tidak denganku duniamu pun akan terus berjalan, tanpaku kamu pun bisa bahagia.
Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”