Meski Telah Kuputuskan untuk Memaafkanmu, Bukan Berarti Aku Masih Ingin Bersamamu

memaafkanmu bukan berarti ingin bersamamu

Malam ini langit begitu tenang, bulan pun bersinar setelah hujan tadi sore. Sisa-sisa hujan masih terasa dinginnya. Aku melangkahkan kakiku menuju tempat pemberhentian bus, biasanya jam segini sudah terlalu penuh. Langkah demi langkah aku hirup udara malam ini, sangat sejuk. Langkahku terhenti pada kedai kopi kesukaanku, sudah lama aku tidak menikmati secangkir kopi di kedai itu mungkin sudah setahun yang lalu. Aku putuskan untuk mampir sebentar di kedai kopi itu, aku rindu caramel frappucinno nya. Memang sih udara dingin lebih nikmat kopi hangat, tapi aku lebih suka dingin.

Advertisement

Tempat duduk pojok sebelah kanan adalah tempat favoritku, dari tempat ini aku bisa melihat kearah jendela dan melihat pengunjung yang datang. Biasanya aku bersama seseorang duduk di sini sambil bercerita keseharian kami, tugas-tugas berat di kantor, bahkan rencana pernikahan. Sudah setahun berlalu, bagaimana kabarmu?

“Hai…”

Seseorang menepuk pundakku dari belakang, mengganggu lamunanku. Sentuhan dan suara itu masih jelas terekam di memoriku. Laki-laki itu menarik kursi dan duduk disampingku. “Kok sendirian aja, aku ganggu ya?” katanya lagi. Dia berbicara seolah tak ada yang terjadi antara aku dan dia setahun lalu.

Advertisement

“Oh enggak kok, aku iseng aja mampir ke sini. Gimana kabar kamu?” tanyaku. “Hmm…” dia hanya menghela nafas dan tidak melanjutkan jawabannya dan hanya hening di antara kami. Aku dan dia pernah menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai namun pada akhirnya aku harus mengakhirinya.

Kami hanya diam menatap kearah jendela dan mungkin otak kami sedang memutar memori-memori kenangan yang kami punya. “Kita bertemu di sini lagi mungkin karena takdir” katanya. Dia bilang takdir yang mempertemukan kami lagi, entah ini takdir buruk seperti masalalu atau takdir yang lebih buruk. “Kenapa takdir?” tanyaku.

Advertisement

Dua orang yang sudah berpisah kemudian bertemu kembali di tempat mereka berpisah itu merupakan takdir yang jelas. Entah untuk melanjutkan cerita atau sekedar mengenangnya. Apapun takdir itu, mungkin dua orang itu masih punya cerita yang belum selesai.

“Aku cuma mau minta maaf untuk kesalahanku setahun yang lalu. Aku telah memilih jalan yang salah. Mengkhianatimu adalah penyesalan yang masih aku sesali sampai saat ini. Aku sadar saat itu aku hanya tergoda oleh paras cantiknya dan masih ingin bermain-main. Sedangkan kamu mati-matian memperjuangkanku di depan orang tuamu yang jelas-jelas tidak suka padaku sampai akhirnya kamu sendiri yang harus menanggung malu karena harapanmu padaku sirna,” Jelasnya.

Kesalahan terbesarku adalah terlalu mencintaimu. Aku menggantungkan semua harapanku padamu, laki-laki pembual. Aku menutup mata, hati dan telinga hanya untuk percaya pada pembual itu. “Hahaha.. aku sudah lupa kok, tenang saja aku sudah memaafkanmu.” Bohong kalau aku bilang sudah lupa, aku masih ingat betul bagaimana ia membohongiku dan janji-janji tanpa kepastian itu. Ia tidak akan pernah tagu bagaimana aku bangkit dari keterpurukanku.

“Benarkah? Lalu apa bisa kita kembali lagi? Aku sungguh masih sangat mencintaimu.”

“Tidak.. kamu hanya masa lalu yang sudah kubuang jauh-jauh. Aku bukan lagi wanita yang seperti dulu, lugu dan percaya apapun katamu. Aku sudah berbeda, perasaanku pun begitu. Aku mungkin memaafkanmu tetapi aku tidak bisa meneriimamu lagi, karena hatiku sudah pernah patah olehmu.”

“Tolong beri aku kesempatan kedua, aku tidak akan melakukan hal bodoh itu lagi. Aku benar-benar sudah berubah” katanya.

“Maaf… tidak ada cinta yang tersisa lagi untukmu. Kamu lihat cincin ini? Aku sudah dimiliki oleh laki-laki yang baik dan sangat mencintaiku. Aku akan menikah minggu depan. Laki-laki yang berusaha meyakinkanku lagi untuk jatuh cinta. Aku jatuh cinta padanya dan siap untuk menghabiskan hidup bersamanya.”

Dia hanya terdiam dan taka da jawaban yang keluar dari mulutnya. Aku melihat betapa kecewanya dia karena tidak mendapat kesempatan itu. Aku tak peduli.

“Aku pulang dulu sudah malam dan bus terakhir sudah menungguku. Terima kasih untuk perbincangan hari ini. Undangan pernikahanku akan kukirim ke rumahmu lewat kurir. Hati-hati di jalan,”

Terima kasih padamu yang telah mengajarkanku jatuh dan bangun dalam cinta. Berkatmu aku belajar menerima segala takdir d ihidupku. Percayalah, jodoh mungkin datangnya berliku karena kita mungkin harus belajar dulu dari seseorang untuk mengerti bagaimana cara takdir memainkan perannya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

une femme libre