Laju senja, pasrah gelap tiba, tertunduk, termenung, terkulai, terlunta, cemas akan guna. Begitulah sepenggal lirik lagu Wijayakusuma yang terdengar sopan di telinga saya lewat suara khas Ardhito Pramono. Selain liriknya yang puitis, lagu ini semakin menarik perhatian saya karena perpaduan musiknya yang unik. Berawal dari piano hingga dikombinasikan dengan suara gamelan lengkap dengan suara sinden yang merdu.
Mungkin tidak semua orang menyukai suara gamelan. Bahkan ada yang menganggap suara gamelan memberi kesan mistis. Saya sendiri sudah sangat familiar dengan suara gamelan karena sejak kecil, hampir setiap hari bapak saya mendengarkan lagu-lagu Jawa yang diiringi dengan suara gamelan. Suara gamelan sangat melekat diingatan saya. Namun, saat saya dewasa dan mulai merantau, suara gamelan pun sudah jarang terdengar lagi di telinga saya.
Hingga pada suatu hari, terlintas postingan feed Instagram dari Perpusnas.go.id yang membuka pelatihan gratis bermain gamelan. Hati saya langsung tergerak untuk mengikuti pelatihan tersebut sekalian mengisi waktu luang di hari sabtu dan minggu. Saat masuk ruang gamelan, terlihat beberapa macam gamelan seperti demung, bonang, gambang, kenong, saron, rebab, gong, dan kendang yang tertata rapi. Gamelan terbagi menjadi dua bagian yaitu laras slendro serta laras pelog.
Sebagai pemula, saya dilatih untuk memukul demung. Di hadapan saya sudah ada tujuh bilah perunggu dengan bentuk persegi panjang bertuliskan angka satu sampai dengan tujuh. Saya memainkan Lancaran Kebogiro, laras pelog. Teknik memukulnya dengan cara tangan kanan memukul bilah sesuai dengan angka atau nada. Pada saat akan perpindah ke nada selanjutnya, tangan kiri memegang nada yang sebelumnya dipukul bersamaan dengan tangan kanan memukul nada selanjutnya. Awalnya saya merasa kesusahan karena tangan kanan dan kiri mempunyai tugas yang berlawanan. Setelah beberapa kali latihan akhirnya saya menemukan feel-nya dan tangan saya mulai terbiasa.
Tantangan berikutnya untuk bermain gamelan adalah keselarasan nada antar gamelan yang dimainkan beberapa orang dengan karakter yang berbeda-beda. Di sini dibutuhkan teamwork karena setiap gamelan mempunyai peran masing-masing. Ada beberapa gamelan yang dipukul tidak bersamaan, misalnya demung dipukul setelah terdengar pukulan dari bonang. Saya juga harus mendengarkan kendang sebagai pengatur tempo karena dalam satu lagu temponya bisa berubah-ubah yang awalnya cepat melambat kemudian dipercepat lagi begitu seterusnya. Masing-masing pemain gamelan harus fokus dan berkonsentrasi serta tidak boleh egois hanya mendengarkan gamelan yang dipukulnya.
Deretan nada yang membentuk suatu lagu juga mau tidak mau harus saya hafalkan agar permainan gamelan semakin lancar. Hal ini bisa melatih ingatan saya agar tidak mudah lupa. Walaupun sesekali saya bisa melihat nada dari kertas yang dibagikan pelatih atau melihat di papan tulis. Bermain gamelan juga membantu saya berkomunikasi dengan pemain gamelan yang lain yang awalnya tidak saling mengenal satu sama lain. Saat saya mulai bermain gamelan, sejenak saya lupakan permasalah hidup dan mulai fokus dengan nada-nada yang akan saya mainkan. Sekalinya terlintas hal-hal lain dalam fikiran saya, seketika itu juga konsentrasi saya buyar dan saya tertinggal dari teman-teman lainnya. Hal ini menyebabkan suara gamelan menjadi tidak harmonis.
Bunyi yang khas dan indah dari gamelan bisa menenangkan fikiran dan membuat saya rileks. Bahkan, jika sudah bermain gamelan saya akan keasyikan dan melupakan sejenak penat di kepala. Gamelan juga telah mengajarkan saya untuk fokus pada masa sekarang. Mengurangi overthinking pada masa depan dan menerima masa lalu dengan ikhlas. Menyadari bahwa dalam hidup, saya tidak hanya butuh didengar tetapi juga butuh mendengar. Tidak hanya berpendapat dan minta dimengerti tetapi juga harus bisa mengerti pendapat orang lain. Belajar untuk tidak menyela orang lain yang sedang berpendapat dan tdiak membanding-bandingkan dengan pendapat/pengalaman saya sendiri. Mencoba mengerti bawa setiap orang mempunyai cara pandang yang berbeda-beda. Bermain gamelan juga menjadi salah satu upaya saya untuk tetap melestarikan budaya Indonesia.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”