Melepaskanmu dalam Dentingan Lonceng Angin

Dan lonceng angin itu kembali berdenting, dentingan yang tetap masih sama tapi yang saat ini ada tersisa hanya hati yang sepi

Tidak banyak yang tersisa dari sebuah perasaan yang ditinggalkan, mungkin yang terlihat hanya genangan air mata yang sebetulnya tidak ingin diperlihatkan mengalir di pipi. Hati dan hari sepi hanya sang semesta yang paling tahu seperti apa rasanya. Duduk terdiam ditemani dentingan lonceng angin dan sesekali menerbangkan pikiran kembali ke masa bahagia yang pernah dimiliki, sungguh bukan pekerjaan menyenangkan yang ingin diulangi tiap senja datang.

Advertisement

Bahkan rasanya tidak hanya senja saja yang terasa sebegitu sepinya, pagi yang datang pun terasa begitu membosankan, ketika tidak ada lagi pesan masuk di layar ponsel yang biasanya selalu aku tunggu ketika masa-masa itu masih milik kita.

Kabar darimu dulu bukan hal yang pernah aku merengek meminta, tapi kamu selalu punya cara membuat aku sejatuh-jatunya mencinta lewat perhatian dan kepedulian dari hal terkecil sekalipun yang kamu berikan, itu kenapa momen yang aku lewati sekarang bahkan dalam hitungan menit bahkan detik, hanya mengingatkan semua tentang kamu membuatku gila hanya karena ingin tahu kabar tentangmu dan apa yang sedang kamu lakukan saat sudah lagi tidak bersama.

Ini bahkan terasa seperti seolah terpisah dalam dunia yang berbeda, tidak lagi bisa melihatmu walau hanya kadang menunggu sebuah momen kebetulan atau sekedar berkabar lewat pesan singkat. Bukan masing-masing dari kita tidak mampu, hanya mungkin tidak mau atau belum mau lebih tepatnya menurutku.

Lalu buat apa memilih berpisah, kalau pada akhirnya kembali bertukar kabar layaknya dulu dan akhirnya menyia-nyiakan usaha move on yang dengan susah payah dilakukan selama ini.

Advertisement

Dentingan lonceng memutar semua yang dulu kita punya, dulu aku punya senyuman dan rasa sabarmu yang sungguh membuat aku betah berlama-lama bersamamu dan kamu punya wanita yang sungguh menyukai semua lebih dan kurangmu dari semua kisah masa lalu yang kamu punya. Tapi pada akhirnya, cinta itu tidak pernah cukup mengalahkan ego yang seenaknya merajai hati. 

Pertemuan suatu hari akan menemui akhirnya, semua orang pun tahu itu. Hanya mungkin aku saja yang kurang cukup mempersiapkan diri untuk menantikan saat-saat akhir dari pertemuan itu. Terlalu tinggi menggantungkan mimpi dengan menyertakan kamu di dalamnya.  

Advertisement

Dan rintik gerimis hujan menyentuh ujung pelipis mataku, bahkan hujan pun mengerti, semendung apa senja yang aku lalui setiap harinya semenjak kamu memilih untuk pergi berlalu. Meninggalkan cerita, meninggalkan jejak langkah dan meninggalkan luka yang harus aku obati sendiri. Hariku dulu adalah tentang kamu, hariku yang kini adalah tentang bagaimana berjalan dalam senja yang mendung bahkan tetap mampu menari di tengah hujan yang turun dengan deras.

Pada akhirnya kita akan menemukan kebahagiaan kita masing-masing nanti di depan sana, kebahagiaan yang sempat tertunda karena kita dulu pernah saling menggantungkan dan upaya kita tidak cukup untuk memenuhi itu semua. 


Karena menemukan kebahagiaan ketika tidak lagi bersama, adalah tentang bagaimana berjuang untuk tersenyum walau hatimu menangis. Tetap berdiri tegar walau sesungguhnya tidak ada daya lagi yang tersisa dan tetap berjalan maju menatap kedepan walau harus sesekali menoleh ke belakang hanya untuk sekedar tahu sejauh mana kita sudah berlari meninggalkan kisah yang memang tidak digariskan semesta untuk bisa dijalani bersama…


 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penyuka rintik hujan juga aroma hijau pegunungan sambil menantikan dia yang digariskan semesta untuk menua bersama dalam tiap kesederhanaan perhatian & hangatnya sebuah pelukan.