Semenjak internet ditemukan, media sosial telah merevolusi cara kita berhubungan dengan orang lain yang sayangnya revolusi tersebut tidak seperti yang diasumsikan oleh para penggunanya. Media sosial memungkinkan kita untuk mengumpulkan ribuan “teman” secara cepat tanpa perlu memikirkan jarak dan waktu, namun nampaknya masih belum dapat menggantikan sepenuhnya hubungan yang kuno. Apa yang dilakukan oleh media sosial sebenarnya merupakan cara untuk kita mempertahankan kodrat sebagai makhluk sosial di dunia yang retak dan dinamis ini.
Kemudahan dalam berinteraksi kapanpun dan dimanapun merupakan solusi yang dibuat oleh media sosial demi memberikan kenyamanan bagi para penggunanya. Di era modern sekarang, mobilitas sosial merujuk pada peningkatan yang signifikan. Interaksi secara daring menjadi sebuah alternatif untuk para manusia modern dalam menjangkau lingkungan sosial yang dimilikinya. Mungkin sempat terlintas dalam benak kita bahwa lingkungan pertemanan yang kita miliki sebenarnya diisi oleh beberapa lingkaran sosial kecil, hal ini terjadi bukan disebabkan oleh terbatasnya teknologi melainkan oleh manusia itu sendiri.
ADVERTISEMENTS
Lingkaran Sosial
Robin Dunbar dari Institut Antropologi Kognitif dan Evolusioner Universitas Oxford memberikan pernyataan unik melalui hasil penelitiannya yang disebut Angka Dunbar. Angka tersebut merupakan perkiraan batas yang dimiliki manusia untuk membina hubungan sosial yang stabil. Hubungan tersebut menandakan seberapa ingat orang yang dikenalnya dan bagaimana mereka saling bergantung satu sama lain.
Dunbar menjelaskan bahwa manusia mencurahkan 40 persen dari waktu sosialnya yang terbatas setiap minggu untuk lima orang paling penting, ini tentu mengejutkan bahwa dia juga berpendapat manusia hanya dapat menjalin sebanyak 150 hubungan sosial yang bermakna selama hidupnya. Jadi menurut teori tersebut, lingkaran sosial pada manusia terbagi dalam beberapa lapisan. Lingkaran sosial paling kecil terdiri dari 5 orang yang benar-benar akrab dengan kehidupan Anda sehari-hari. Lalu meningkat menjadi 15 orang yang disebut dengan grup simpati dimana mereka merupakan teman baik yang dapat melihat Anda menangis, satu lapisan di atasnya berjumlah 50 yaitu teman santai yang sering Anda ajak berkumpul bersama, selanjutnya adalah 150 teman biasa namun berarti.
Pada penjelasan di atas, umumnya kita berinteraksi dengan mereka hampir seumur hidup. Lalu terdapat 500 kenalan dan 1500 orang yang bisa Anda kenali wajahnya. Dalam praktiknya, semuanya bergantung kepada seberapa kuat atau lemahnya Anda dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
“Hampir semua orang di bumi hidup dalam suatu komunitas kecil, pedesaan, perkotaan yang padat, semuanya saling berhubungan di mana jumlah teman yang Anda saling kenal dan beberapa jumlah teman setiap orang mungkin saja sama” ujar Dunbar dalam sebuah artikel yang ditulisnya.
Di era modern sekarang, mobilitas menjadi suatu hal yang umum terjadi sehari hari. Dimana seiring berjalannya waktu, karena disebabkan pekerjaan atau suatu hal lain kita cenderung jarang untuk berinteraksi bahkan dengan teman terdekat kita. Dunbar berpendapat, kedekatan emosional dapat menurun sekitar 15 persen dalam setahun karena tidak adanya ruang interaksi secara tatap muka, sehingga apabila dalam lima tahun seseorang bisa saja berubah dari teman akrab menjadi lapisan terluar dari 150 teman Anda.
ADVERTISEMENTS
Asumsi Terhadap Media Sosial
Media sosial diklaim dapat meyelesaikan masalah dengan memungkinkan menjalin hubungan sebanyak mungkin dengan orang yang kita suka, kapanpun dan dimanapun. Pada dasarnya kita menyiarkan informasi kepada dunia.
Kata “menyiarkan” ini merujuk oleh bagaimana suatu media sosial bekerja, terdapat kelemahan mendasar dalam logika yang terjadi. Pengguna seakan lupa terhadap komponen penting dalam rumitnya menjalin hubungan, yaitu melalui pikiran.
Sederhananya, pikiran kita tidak dirancang untuk memungkinkan memiliki lebih dari sejumlah orang yang sangat terbatas di suatu lingkaran sosial. Investasi emosional dan psikologis yang dibutuhkan sebuah hubungan dekat sangatlah besar, sedangkan modal emosional yang kita miliki sangatlah terbatas.
Seperti fitur menambah teman atau pengikut pada media sosial misalnya, Anda bisa saja “berteman” dengan 500, 1000, atau bahkan 5000 orang di berbagai platform media sosial yang Anda miliki. Akan tetapi, menurut Dunbar hanya sekitar 150 orang saja yang melihat kehidupan sehari-hari Anda secara teratur. Dunbar juga menambahkan, semakin banyak “teman” yang dimiliki, maka presentase hubungan makna yang mendalam, seperti rasa kewajiban untuk timbal balik dan terlibat kedalamnya semakin rendah.
Bertentangan dengan ekspektasi dan tujuan pengguna dalam menggunakan media sosial yaitu menjaring banyak hubungan kepada orang lain, kebanyakan tidak menyadari bahwa sebenarnya kita berhubungan “secara akrab” dengan orang yang sama dalam dunia sosial kita secara nyata. Namun bukan berarti media sosial tidak melakukan tugas yang penting, kita dapat melihat bagaimana mereka menjaga kita untuk tetap menjalin hubungan dengan orang lain.
Di era media sosial sekarang, makna dalam suatu hubungan sering kali dianggap remeh, banyak dari penggunanya salah dalam mempersepsikan bahwa jumlah pertemanan seakan dijadikan tolak ukur dalam menentukan status sosial yang dimilikinya. Kita harus menyadari bahwa media sosial hanyalah sebagai penghubung bagi kita untuk tetap memepererat hubungan yang suatu saat akan layu.
Dapat disimpulkan media sosial melakukan hal lain yang mungkin lebih penting tanpa kita sadari, yaitu memungkinkan untuk mengintegrasikan kembali hubungan dengan orang lain serta membangun kembali ikatan pertemanan yang terputus. Jadi penting bagi kita untuk menentukan keputusan mengenai bagaimana menginvestasikan waktu kita yang terbatas untuk berinteraksi dengan orang lain. Manfaatkan waktu dengan sebaik baiknya untuk memberikan makna yang mendalam terhadap hubungan Anda dengan orang lain.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”