Setiap orang punya titik balik hidup yang berbeda-beda. Titik balik hidup itu sendiri apa sih sebenarnya?
Menurut psikolog, Alexander Sriewijono, titik balik adalah sebuah momen penting dalam kehidupan seseorang dimana mereka menemukan sebuah pencerahan melalui peristiwa-peristiwa dalam hidupnya dan membuat mereka bangkit dan berubah menjadi orang yang lebih baik serta menginspirasi orang lain.
Lalu, kapan titik balik ini datang dalam kehidupan kita? Well, setiap orang orang punya waktu dan momen yang berbeda untuk ketemu dengan titidak balik dalam kehidupan mereka. Aku sendiri ketemu dengan titik balik ini ketika menginjak usia 22 tahun yaitu saat aku baru menyelesaikan pendidikan S1. Kala itu, aku tidak tahu harus ngapain lagi karena tiba-tiba semua tidak berjalan sesuai dengan harapanku.
Harapanku, dan mungkin juga semua orang yaitu lulus sekolah atau kuliah langsung kerja, memiliki karir yang bagus, gaji yang lebih dari cukup, bisa membahagiakan keluarga. Namun kenyataanya, aku sudah melamar pekerjaan kesana-kemari, tapi yang di dapat penolakan terus. Setiap hari yang dipikirin,"Kapan ya aku bisa dapat pekerjaan?"
Sementara itu, waktu terus berjalan. Bulan wisuda juga sudah jauh berlalu. Kata orang kalau bisa jangan menganggur terlalu lama, karena semakin lama menganggur maka semakin sulit mendapatkan pekerjaan. Hatiku semakin ketar-ketir tidak karuan. Apalagi ditambah dengan teman-teman yang satu per satu sudah mulai kerja. Melihat dari postingan mereka di laman Facebook, Instagram, maupun media sosial lain sepertinya mereka bahagia dengan pekerjaan mereka itu. Kalau kata Kak Gita Savitri Devi,
"Berselancar di Facebook ketika menyandang status pengangguran itu ternyata salah besar."
Memang benar. Melihat teman-teman berfoto dengan rekan kerja, memakai ID Card karyawan yang menggantung di leher atau terjepit di saku baju mereka, foto layar komputer atau laptop yang memamerkan pekerjaan mereka, atau menunggu rapat dengan atasan mereka, bikin beban psikologis ku semakin berat dan makin membenci hidup sendiri. Aku seharusnya bisa seperti mereka. Kenyataannya aku masih duduk, didepan laptop, mencari-cari lowongan pekerjaan di portal job.Â
Hatiku yang sudah sempit ini, jadi semakin sempit karena dipenuhi rasa iri dan kekesalan lainnya. Rasanya aku hampir gila hanya karena masalah ini. Bersyukur aku masih diselamatkan Allah SWT sehingga aku tidak gila. Entah hal spesifik apa yang menuntunku untuk menonton dan mendengarkan sebuah video ceramah dari seorang pemuka agama yang cukup terkenal di Indonesia. Yang ku ingat video itu sangat singkat, tapi sangat mengena dihatiku. Pelajaran yang aku dapat dari video itu adalah aku harus ikhlas menerima jalan yang Allah SWT berikan saat ini, dan tidak perlu terlalu pusing apalagi sampai stress memikirkannya.
Belajarlah berserah diri kepada Allah SWT, karena semuanya sudah diatur oleh-Nya. Rencana Allah jauh lebih baik daripada rencanaku.
Aku mulai mengisi waktu luang dengan mencoba hobi baru, belajar kemampuan apa saja yang dibutuhkan dunia kerja saat ini, belajar mengenal diri sendiri dan Allah SWT. Ternyata selama ini aku tidak terlalu mengenal diri sendiri. Pantas saja untuk menjawab pertanyaan kelebihan dan kekurangan ku sampai bingung, dan pengetahuan ku terhadap Allah SWT, dan agama Islam sangat minim. Aku mulai membiasakan diri untuk menonton video ceramah ustad-ustad yang ada di Youtube, mulai mengevaluasi sholatku yang masih banyak kekurangan, menambahkan beberapa sunnah yang dianjurkan, dan membiasakan diri berprasangka baik kepada Allah SWT. Oh iya tidak lupa juga untuk terus mencari lowongan pekerjaan yang sekiranya sesuai dengan kemampuanku.Â
Ternyata, jadi pengagguran itu ada untungnya juga. Aku tidak akan menjadi aku yang sekarang tanpa melalui masa-masa sulit itu. Meskipun aku belum berubah menjadi menusia yang sempurna , tapi setidaknya lebih baik dari sebelumnya.
Toh, tidak ada juga manusia yang sempurna. Dari jalan yang Allah berikan ini aku belajar bahwa kita tidak bisa menuntut segala sesuatu harus berjalan sesuai dengan apa yang kita rencanakan. Ketika itu terjadi, berhenti sebentar, tarik nafas, dan lapangkan hati untuk menerima semuanya.
Menolak kenyataan hanya akan membuat diri sendiri sengsara dan membuat kita jadi orang yang tidak pernah belajar apa-apa dari hidup. Ya sama saja dengan kita tidak naik kelas. Bedanya ini kelas kehidupan. Pengalaman menjadi pengangguran adalah suatu titik balik hidupku, dan bukan kekurangan atau hal memalukan. Walaupun masyarakat masih menganggap pengangguran adalah suatu hal yang buruk karena hanya menjadi beban saja. Tidak apa-apa. Semua orang bebas memilih sudut pandang, termasuk aku. Tinggal akunya saja mau memilih sudut pandang mana, dan aku memilih untuk tetap pada sudut pandang yang menurut ku baik. Ini cara Allah mendewasakanku.Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”