Satu dari lembar pada badan almanak terdapat urutan lima pada bulan, angka pada baris awal menandakan hari Buruh internasional. Di sela-sela kata Buruh adalah penjara pekerja yang ditahan atas tuduhan upah. Penjara makna para Tuan-tuan pemberi upah.
Upah lima belas untuk menghidupi nyawa lima puluh belas. Membeli beras, sayuran, lauk-pauk, garam, gula, hingga terasi untuk menikmati perih, atas jari-jari yang terisolasi. Anak-anak menagih janji untuk diberi sesuatu dari jemari. Di dalam lemari berharap terisi baju-baju dan mainan baru untuk dipamerkan nanti.
Saling menagih dan memperingati hingga lupa jati diri lalu keringat meniduri perih. Keringat berjatuhan sungguh deras, menggenangi Istana Tuan. "Cepat kuras," ujar Tuan. "Kuras dengan sesuatu yang pantas," sergah Buruh. "Kami tak ingin tempat tidur kami tergenang keringat," lakukan saja perintah kami. " Segerakan sesuatu yang pantas, jika kalian tak bisa memenuhi. Tidak hanya keringat yang menggenangi, tapi air mata kalian juga akan menggenangi," sambat Buruh.
Keringat Buruh dan Air mata Tuan beradu, menimbulkan masalah tanpa solusi. Alih-alih mencari perdamaian, menggunakan  layanan konstan untuk meningkatkan keuntungan Negarawan. Iuran kesehatan, tunjangan hari tua, hingga kematian. Seharga beras untuk makan sepuluh hari, Buruh tak sakit disuruh sakit. Membiayai sakit padahal sedang sehat. Kami sakit pergi ke rumah sakit, dikasih obat seharga tomat. Padahal kami mebayar seharga cokelat.Â
Harga dan sakit kini menjadi probabilitas neraca, pertukaran kata dan makna. Jika ada adalah kata maka makna adalah tiada. Surga-surga adalah harga, siapa yang mampu menempuh harga akan mendapatkan surga. Surga tanpa rencana adalah bencana, bencana adalah Buruh yang sakit. Tidak bisa lagi menjalakan mesin milik Tuan. Tuan-tuan berkata " Kapan kamu sembuh, mesin kami tak bisa membiayai sakitmu,"
Mesin rusak dikasih perawatan, Buruh sakit dikasih peringatan. Surat sakit mejadi tawanan, untuk penghargaan mesin yang menawan. Ketika para Tuan sakit. Buruh tak boleh mengungkit. Ketika Buruh terjangkit para Tuan mengungkit "Ayuk bangkit, jangan jadi parasit,"
Ketika Buruh dan Para Tuan sakit, Negarawan mengungkit "Bayar Pajak, jangan jadi parasit." Para Tuan berobat dengan khikmat dikasih obat rasa cokelat. Tanpa telat para Tuan meminum obat, lalu bangkit sembuh dari sakit kemudian mencengkik Buruh yang sedang sakit untuk bangkit. "Kami sakit Tuan,"Â
"Peduli amat tentang penyakitmu, kerjakan kalau tak sanggup. KELUAR"
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”