Di dunia yang sangat luas ini tentunya banyak hal yang ingin kita coba dan pelajari. Saat kecil, kita belajar duduk, berdiri, berjalan, sampai akhirnya semakin bertambah umur kita mulai bisa berlari. Biasanya ketika umur mulai beranjak itulah timbul gejolak ingin mencoba hal-hal dan pengalaman baru yang belum dicoba sebelumnya. Fase itu seringnya muncul pada masa-masa remaja. Saat remaja, kita mulai menyadari bahwa dunia ini terlalu luas untuk kita cuma diam saja dan tidak mencoba yang bisa diperdalam.Â
Tidak cuma perubahan hormon atau mulai ingin tampil menarik, masa-masa remaja membawa gejolak berapi-api. Makanya kebanyakan orang tua menambah pengawasan mereka ketika anak mulai beranjak remaja. Karena saat gejolak berapi-api itu muncul, remaja bisa berisiko kehilangan kendali.
Misal melihat temannya melakukan A, penasaran tuh, jadinya dicobain juga deh. Iya kalau hal yang bikin penasaran itu positif, seandainya bukan hal baik dan malah menjerumuskan?Â
Fase remaja disebut fasenya penuh penasaran. Melihat teman-teman di kelompok sosialnya punya A, punya B, punya C, timbul rasa ingin memiliki hal sama. Ada juga yang saking inginnya melakukan hal A, mereka nekat melakukan hal A tanpa peduli apakah hal itu baik atau menjerumuskan. Yang penting, hilang deh rasa penasarannya.
Tapi tidak semua gejolak mengarah ke hal-hal negatif aja ya. Ada juga kok gejolak positif, misalnya ingin tau bakat mereka apa lalu mulai deh tuh menggali potensi. Para remaja yang suka bersosialisasi mulai memberanikan diri untuk ikut organisasi OSIS. Hal-hal semacam itu belum tentu juga membosankan. Tergantung bagaimana pribadi masing-masing.Â
Saya pun merasakan gejolak itu. Melihat teman-teman bisa di bidang basket, saya mencoba basket. Teman-teman bisa di bidang nyanyi, saya mencoba nyanyi. Walaupun pada akhirnya semua yang dicoba itu ternyata tidak cocok dengan bakat saya. Fase-fase bergejolak begini umumnya ketika memasuki umur 17 tahun. Atau justru ada yang sekitar umur 15-16 tahun mulai ingin coba ini itu.Â
Beruntungnya, Ibu saya memberikan saya kesempatan melakukan apa pun yang disukai. Dalam artian hal-hal yang positif ya. Tidak bisa dipungkiri kadangkala Ibu saya menyelipkan nasihat. Tidak sedikit Ibu jadi ekstra khawatir. Ingin membebaskan anaknya tapi sadar kalau anaknya sudah bukan anak kecil. Ingin mengatur tapi takut anaknya gimana-gimana. Ya… walaupun masih ada strict parents atau orang tua yang benar-benar mengekang anaknya melakukan ini-itu.Â
Saat gejolak-gejolak di masa remaja itu muncul, para remaja seperti diuji. Bagaimana mereka bisa menahan diri atas hal-hal yang sekiranya tidak baik untuk mereka. Untuk mengatasi itu, sebenarnya bisa kok para remaja yang sedang mengalami gejolak yang mengarah ke hal tidak baik untuk mengalihkan hasrat itu ke hal positif lain.
Contohnya ikut organisasi OSIS, mengetahui bakat kalian apa supaya bisa tau ekstrakulikuler yang sekiranya cocok buat kalian, atau cobain aja beberapa ekstrakulikuler di sekolah sampai ketemu yang cocok. Bisa juga untuk kalian yang suka bikin prakarya mengalihkan kesukaan itu dengan mulai praktik membuat sesuatu. Hasilnya bisa dijual, dapat penghasilan deh!
Pada fase ini juga, orang tua seringnya jadi lebih protektif. Tidak jarang dari kita yang suntuk karena mendengar nasihat-nasihat mereka. Padahal kalau dipikir, nasihat mereka nggak ada salahnya juga. Apa yang mereka lakuin pada akhirnya ingin yang terbaik buat kamu. Nah, di sini juga peran kamu sebagai remaja yang sudah mulai tau apa keinginan dan sekiranya menurutmu itu bertujuan baik, mulailah memberanikan diri buat berbicara.
Bukan melawan loh ya, tapi mencoba menjalin komunikasi sama mereka. Karena di sinilah juga hubungan antara orang tua dan anak-anak diuji. Apakah para remaja bisa lebih berani untuk menjalin komunikasi dan tau apa yang terbaik buat mereka? Apakah orang tua pun bisa lebih mencoba mengerti apa keinginan para remaja?Â
Apa pun yang terjadi di dirimu pada akhirnya kembali ke kamu. Gimana kamu bisa mengendalikan gejolak yang muncul itu dan gimana kamu bisa mengalihkan ke sisi yang lebih menguntungkan. Memang kita lebih baik menikmati setiap fase-fase di hidup. Tapi kalau ada suatu masa kita melakukan hal yang membawa penyesalan, kan nggak enak juga.
Apalagi penyesalan besar yang bisa terbawa di diri kamu sampai di masa depan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”