Hello Desember, banyak yang menyambut kehadiranmu dengan suka cita namun ada pula dengan keluh kesah. Tanda tahun akan berganti dan lembaran baru akan tertulis kembali. Penghujung tahun, waktunya merapalkan kembali segala resolusi dalam setahun belaka. Mengevaluasi satu persatu ‘list resolusi’ yang terwujud maupun yang tetap akan jadi ‘PR’ untuk tahun yang baru.
Bulan Perenungan dan Suka Cita
Bagiku sendiri desember jadi perenungan. Tentang segala cerita yang telah ku lewati di sepanjang tahun. Desember bukan akhir dari ‘wish list’ yang tak terwujud. Masih ada kesempatan untuk melaluinya di waktu yang datang.
Bagiku desember harus dilewati dengan penuh senyum dan penuh semangat. Meski masih banyak rencana yang tak terwujud. Toh, masih ada waktu bukan tuk berusaha mewujudkannya.
Flashback On
Masih jelas dalam ingatanku. Januari 2018 harus aku lewati penuh dengan getir kehidupan. Berstatus ‘penggaguran bertitel’ setelah meski sempat mencicipi kerasnya dunia kerja. Beban terasa bertambah dengan gelar yang disandang. Cemas dan khawatir jika berlama-lama menganggur tanpa ada pemasukan, toh mau mintak uang pada orang tua rasanya, malu.
Sabar dan terus mengemis pada Allah untuk secepatnya diberi pekerjaan adalah doa yang berada pada urutan pertama disusul dengan harapan-harapan berikutnya.
“Fokuslah pada usaha, bukan pada hasil. Allah yang lebih mengetahui, Dia Maha Adil”
– Iqbal Hariadi
Kala itu aku belajar artinya sabar luar biasa. Dan di saat yang sama Allah seakan menguji imanku. Menguji kesetiaanku. Berkali-kali aku diuji dengan rasa cemburu yang amat sangat, ketika ku lihat teman ku satu persatu mendapatkan pekerjaan dengan begitu mudah.
Lalu aku berkata pada Allah, kenapa mereka begitu mudah? Mengapa mereka tidak melalui perjuangan panjang sepertiku? Lalu aku sempat meragukan keadilanNYA, sampai detik aku malu pada dia yang Maha Baik.
Pencari pembenaran
Berbulan-bulan berikutnya akhirnya hari itu datang. Aku bukan lagi seseorang yang bertopang dagu menunggu panggilan kerja, bukan lagi yang sibuk dengan berkas-berkas lamaran. Kini statusku seorang karyawan disebuah perusahaan swasta.
(Lagi) Seperti kebanyakan manusia yang selalu menutup mata dari nikmat yang Allah beri, tidak bersyukur dengan apa yang dijalani. Masih saja mengeluh dan terus mengerutuki aktivitas yang aku lalui, sampai detik Allah tampar aku dengan kisah yang membuat aku lagi dan lagi malu.
Kenapa aku terus mengeluh, bukankah banyak di luar sana yang sedang berjuang mencari kerja, lantas aku masih belum puas dengan yang diberiNya? Kenapa aku terus mencari kesalahan-kesalahan dari apa yang kini aku jalani, hanya sebatas pembenaran bahwa aku pantas mengeluh?
Seakan Allah ingin menunjukan padaku, betapa besar nikmat yang telah Dia beri. Berkali-kali aku di hadapi dengan kisah luar biasa dari orang sekitarku, yang membuat ku terdiam. Lalu dengan lirih aku berkata “ masalahmu tidak ada seberapanya dengan yang mereka alami”? “sulitmu ternyata lebih sulit dari mereka”, “jika kau menjadi mereka bisakah kau bertahan sekuat itu”.
Jatuh dan berdarah seorang diri
Tahun ini adalah tahun penuh pelajaran bagiku. Meski tak semua rencana terwujud bahkan masih banyak dari ‘list 2018’ ini yang belum terceklis tapi tak apa. Sepanjang tahun aku telah melewati banyak masalah kehidupan yang datangnya keroyokkan.
Aku telan pahitnya sakit penolakan dan bertubi-tubi cobaan yang Allah beri. Aku pendam seorang diri rasa sakitku, tangisku dalam doa panjang padaNya. Ya pada akhirnya, aku kembali jadi hamba yang hanya berharap padaNya.
#ManusiaBolehBerencana pada akhirnya yang memutuskan adalah sang skenario kehidupan yang sesungguhnya, Allah Azza Wa Jalla
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”