#ManusiaBolehBerencana; Saat Review Pencapaian Tahun 2018, yang Terbayang Malah Hubungan yang Kandas di Tahun 2018!

Dulu nulis resolusinya bareng kamu, sekarang review-nya aku sama siapa?

Hampir 85% manusia yang hidup di Bumi nan megah ini pasti pernah dan hampir setiap tahun membuat resolusi yang ingin dicapai pada tahun yang akan datang, begitu pun diriku. Setahun yang lalu tepatnya 30 Desember aku menulis beberapa resolusi tahun 2018 yang harus tercapai dan kini tak terasa tahun 2018 akan segera berakhir.

Advertisement

Kita telah tiba di penghujung tahun. Bagiku tahun 2018 ini adalah tahun yang sangat berkesan,meninggalkan pelajaran dan kenangan yang sangat berharga untuk aku kenang di kemudian hari. Sedikit kilas balik waktu aku menulis resolusi untuk tahun ini, aku sudah merancang targetku dengan sangat tepat dan berhati-hati dalam mewujudkannya, tapi hasilnya 1 dari 4 target itu gagal total dan meninggalkan pelajaran yang sangat berharga.

Kebayangkan gadis umur 22 tahun merantau jauh dari orangtua sepertiku pasti membuat resolui tak jauh-jauh dari soal pendidikan, karir ataupun percintaan. Sebelum tahun 2018 ini benar-benar berakhir aku menyempatkan diri untuk  duduk manis di meja belajar menatap buku harian merah jambu untuk membuka kembali resolusi tahun lalu yang sempat aku tulis. Ada perasaan menggebu-gebu saat pertama kali aku baca resolusiku untuk tahun ini,

Poin Pertama  : Lulus Kuliah di tahun 2018 dengan nilai IPK yang memuaskan (terwujud walau ada beberapa rintangan yang menerpa). Sebelumnya aku adalah seorang mahasiswi jurusan Adiministrasi Bisnis di salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Jakarta, aku sebut sebelumnya karena sekarang aku sudah menjadi alumni PTS tersebut tepatnya bulan April lalu aku telah resmi menyandang gelar S.AB dengan nilai IPK yang sangat memuaskan dan berhasil mengukir senyum di wajah ke dua orang tua ku. 

Advertisement

Untuk kebanyakan orang moment ini pasti menjadi moment yang sangat berharga begitupun dengan diriku, rasanya lega akhirnya segala jerih payah dan usahaku selama ini berhasil. di mana aku adalah anak sulung dari tiga bersaudara setelah tamat dari sekolah menengah atas aku memutuskan untuk merantau dengan tujuan kerja sambil kuliah, banyak orang-orang terdekat yang meremehkan keputusanku, ada yang berkata kuliah sambil kerja akan mengganggu kosentrasi dan mana mungkin gadis lemah sepertiku bisa bekerja paling juga nanti sakit-sakitan dan nyusahin aja deh, itu adalah ucapan mereka yang aku jadikan motivasi dan meyakinkan diriku atas niat yang aku miliki.

Memang 1 tahun pertama bagiku sangat sulit membagi waktu antara kuliah dan bekerja tapi perlahan aku menjelma menjadi gadis kuat yang mampu melewati semua itu. Setiap kali lelah menyapa aku selalu ingat senyum kedua orang tua ku, dan seperti keajaiban rasa lelah itu berubah menjadi semangat yang membara. Dari sinilah aku mulai mengerti bahwa semuanya bisa terwujud tergantung pada niat yang kita miliki bukan dari penilaian orang.

Advertisement

Poin kedua : Mencari kerja dikampung halaman yang lebih baik dari pekerjaan sekarang (terwujud tapi tak sesuai harapan). Selang 2 bulan setelah hari kelulusan itu aku kembali kekampung halaman berkumpul dengan orang tua dan keluarga di sini, sebelum pulang banyak sanak saudara yang menawarkan pekerjaan nyatanya setelah aku tiba mereka semua bungkam seolah-olah lupa akan tawarannya.

Terhitung 1 bulan aku belum mendapat pekerjaan, bolak balik perusahaan untuk memasukan CV dan berulang kali mengecek email kalau kalau ada panggilan interview kerja pikirku, namun semua jadi mimpi buruk selama 1 bulan tidak ada satu Perusahaan pun yang melirik CV ini. Penyesalan mulai menghampiri dan membuat aku berandai andai, andai saja aku tak segera pulang setelah lulus kuliah semua tak akan seperti ini? Andai saja aku masih bekerja sebagai staf admin di perusahaan terdahulu mungkin aku tak akan sengsara begini?

Andai aja aku punya modal dan bisa buka usaha sendiri? Arghhh… sebelum penyesalanku semakin menjadi-jadi aku mulai memperbaiki CV ku, ku tulis semua pengalaman dan kemampuan yang aku miliki. Sampai rejeki itu akhirnya menghampiri ada salah satu Perusahaan Ekspor Kopi yang melirik CV ku dan keesokan harinya aku dipanggil untuk tahap seleksi wawancara dengan owner perusahaan tersebut, hari itupun berlalu dan aku belum mendapatkan keputusan dari mereka, dua hari berlalu kabar baik itu tak kunjung datang juga, aku mulai pupus harapan dan berpikir kembali ke Jakarta untuk mencari kerja di sana, tapi hari ini aku mendapat pesan teks yang berisikan panggilan wawancara kedua, sontak aku girang dan bergegas untuk segera berangkat, sampai disana lagi-lagi kesabaranku diuji aku harus menunggu owner perusahaan itu selama tiga jam.

Jenuh bosan menghampiri tapi demi mendapatkan suatu pekerjaan aku rela menunggu. Tentu saja teori yang mengatakan hasil tidak akan menghianati prosesnya terbukti setelah penantian berhari hari bahkan menunggu berjam-jam aku diterima bekerja diperusahaan ini tapi dengan gaji dibawah UMR (Upah Minimum Regional) dengan masa percobaan selama enam bulan senyumku merekah tapi hati sedikit kecewa.

Pikirku tak apalah aku terima gaji segitu yang penting bekerja dan tak merepotkan orang tuaku. Hari-hari pun berlalu tepat awal bulan Desember ini aku mendapatkan penyesuaian gaji dari Perusahaan karena penilaian kerjaku cukup bagus. Kutarik kembali kata-kata penyesalanku tempo hari, #ManusiaBolehBerencana tapi Tuhan telah mengatur segalanya karena meski pekerjaan sekarang tak sesuai dengan pekerjaan dahulu, tapi yang sekarang banyak memberikan ilmu baru, pelajaran berharga dan yang pasti dekat dengan orangtua.

Poin ketiga : Menikah dengan Dia (GAGAL TOTAL) hiks..hiks aku butuh tisu untuk review bagian ini, senyum manisnya masih menghantui pikiranku, janji manisnya masih bertebaran di kepalaku. Mungkin secangkir coklat panas bisa menghilangkan bayangannya (pikir ku), tanpa ragu kuteguk secangkir coklat panas  lalu kembali menatap poin ketiga dalam tulisanku.

Dia adalah sosok laki-laki yang menjalin hubungan denganku selama enam tahun, dari awal hubungan kami tak seperti pasangan lain, pasalnya kami ldr selama bertahun-tahun. bertemu hanya beberapa kali dalam setahun. Dan tahun kemarin saat aku menulis poin ini dia masih berada disampingku kami melewatkan tahun baru bersama, tanpa aku sadari itu menjadi tahun terakhir kami bersama.

Setiap kali kusebut namanya hatiku terluka, aku menyesal menyetujui keputusannya untuk mengajakku menikah tapi tak berterus terang dengan orangtuaku tentang hubungan ini dan aku tak mampu meyakinkan mereka bahwa dia yang terbaik untukku, aku tak mampu melawan penolakan orangtua ku terhadap dia. Aku begitu bodoh dan tak berbuat apa-apa untuk mempertahankannya dan lebih memilih membiarkan dia pergi dengan satu pesan terakhir  yang meremukan hatiku.

Belajarlah berdiri sendiri, jujurlah terhadap dirimu dan orang sekitarmu meski tanpa aku lagi, sekeras apapun kita mencoba restu orang tua adalah segalanya”. Tuhan.. ini salahku, aku yang tak mampu terbuka akan hubungan percintaan dengan mereka sampai akhirnya harus menelan pil pahit ini, andai dari awal aku terbuka dan lebih bersikap jujur akan hubungan yang tengah ku jalani mungkin semua tidak akan berakhir seperti ini, bolehkah aku mengharapkan dia kembali sembari memperbaiki diri ini ?

Poin keempat : Menulis di Hipwee (Terwujud dong), sebenarnya ini adalah resolusi yang selalu ada setiap tahunnya tapi baru di tahun 2018 ini tercapai, pasalnya setelah aku kembali ke kampung halaman aku punya banyak waktu luang untuk menyalurkan hobi menulisku. Di samping itu, dia adalah alasanku untuk menulis karena aku ingin mengenangnya lewat tulisan-tulisan yang aku rangkai menjadi sebuah cerita.

Lucu yah tulisan yang aku kirimkan ke Hipwee semua bertujuan untuk mengenang dia dan semua masa-masa indah yang pernah kami lewati serta berharap dia akan membacanya. Terkadang inspirasi menulis itu datang dari pengalaman baik dan buruk yang kita alami. Jika kamu tak punya keberanian untuk mengungkapkan isi hati mu cobalah tuangkan lewat tulisan yang akan merangkum semua isi hatimu.

Ahh.. mata ku berkaca-kaca setelah menyelesaikan ini. Ingin rasanya memperbaiki kegagalan yang sudah terjadi dan memperbaiki diri menjadi lebih baik. Sembari menulis resolusi tahun 2019 nanti dalam hati aku berkata lirih selamat tinggal tahun 2018 kamu tidak akan ku lupa, dan selamat datang tahun 2019 kepadamu ku gantungkan segala harapanku satu tahun kedepan, semoga kamu bisa menjadi teman terbaikku.

“Kamu punya masalah, prestasi dan kenangan? Tapi ragu untuk cerita atau curhat sama siapa? Coba deh ambil sebuah pena dan secarik kertas mulailah menyalurkan isi hati serta pikiranmu nikmati setiap lekuk tulisan yang dihasilkan oleh jemari tangan, yakin deh hatimu jadi lebih tenang”.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Berawal dari rasa merangkai kata berakhir cerita.