Kalian pernah tidak berpikir bahwa diri kita ini terlalu egois dan tidak pernah peduli dengan kehidupan anak cucu kita. Kita lupa bahwa manusia tidak akan berhenti beranak pinak.
Dari tahun ke tahun bumi akan semakin tua, dan kerusakan lambat laun pun akan terjadi. Lalu apa yang harus kita lakukan? Paling tidak jika kita tidak bisa melakukan apa-apa yah jangan merusak. Tetapi banyak manusia yang tidak sadar bahwa aktivitasnya justru cenderung merusak bumi tercinta ini.
Ekosistem lingkungan darat maupun laut rusak akibat ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Acap kali kita menggunakan kantong plastik dan sedotan plastik ketika pergi belanja ke supermarket atau kafe. Lalu setelah tak terpakai lagi dengan seenaknya jidat kita membuangnya begitu saja.
Taukah jika sampah plastik baru bisa terurai setelah puluhan atau bahkan ratusan tahun? Tentunya bisa dibayangkan bagaimana wajah bumi kita jika sampah-sampah tersebut terus menumpuk. Selain tidak mampu terurai dengan cepat, sampah plastik tersebut bersifat desdruktif (menghancurkan).
Menurut data yang saya peroleh, Indonesia termasuk pemasok sampah plastik terbesar di dunia. Di Jakarta sendiri setiap tahun terdapat sekitar 7.000 ton sampah di mana sekitar 1.900 hingga 2.400 ton merupakan sampah plastik (KoranJakarta). Waow! Terbayang bukan jika setiap tahunya saja mencapai ribuan ton, apalagi 10 tahun, mungkin sudah jadi setinggi gunung tuh sampah.
Ada yang pernah melihat video seekor penyu yang hidungnya tersumbat sedotan plastik hingga berdarah-darah? Apa yang anda pikirkan setelah melihat video tersebut? Apakah kalian merasa bahwa kalianlah yang menyiksa dan membunuh mereka?
Secara tidak langsung memang betul kalian lah pembunuhnya. Kita selalu berteriak ketika ada perburuan penyu atau paus ilegal, tetapi kita tidak sadar bahwa kita juga sama saja pemburu seperti mereka.
Bedanya kita dengan para pemburu adalah mereka membunuhnya karena kepentingan ekonomi, sedangkan kita membunuhnya secara perlahan tanpa ada kepentingan apapun. Sangat biadab bukan.
Bahkan jika tidak ditangani secara serius, diperkirakan pada tahun 2050, volume sampah plastik akan melebihi jumlah ikan laut. Ngeri juga kali yah misalnya anak cucu kita makan plastik karena sudah tidak ada ikan dilaut. Ngeri bos!
Selain mengancam ekosistem dilaut, sampah plastik juga sangat mengancam ekosistem didarat. Akibat lama tak terurai, sampah plastik akan merusak ekosistem yang ada di tanah.
Sebagai anak pertanian yang pernah belajar tentang tanah, saya paham betul bahwa zat-zat kimia yang seharusnya tidak berada ditanah akan membunuh biota atau makhluk hidup yang berada ditanah. Kemunculan zat kimia dari sampah plastik akan mencemari tanah dan mempengaruhi tingkat kesuburan karena racun-racun zat kimia tadi membunuh pengurai.
Ayo perangi!
Sebagai anak muda sudah saatnya kita bergerak untuk menjaga kelestarian bumi kita ini. Jangan bersikap egois itu kuncinya. Berbagai cara bisa kita mulai dari diri kita sendiri. Mengurangi penggunaan plastik bisa menjadi salah satu solusinya.
Penggunaan tas dari anyaman bambu atau kain saat berbelanja, penggunaan botol minuman yang tidak sekali pakai dan penggunaan sedotan non plastik perlu digalakan. Saat berbelanja seringkali kita mengandalkan kantong plastik dari supermarket atau tempat belanja. Kenapa kita tidak coba membawa tas sendiri dari rumah? Bukanya itu juga lebih praktis dan hemat?
Jaman dulu pasti biasa lihat emak-emak kita ketika belanja bawa tas dari anyaman bambu atau dari bekas karung tepung terigu, iya kan? Nah kenapa tidak digalakan lagi seperti itu. Memang sampah plastik bisa didaur ulang,tapi biaya untuk mendaur tidak murah dan saat ini hanya negara maju yang baru melakukan pendauran tersebut.
Selain penggunaan tas dan botol minuman yang tidak sekali pakai, penggunaan sedotan non-plastik juga perlu digalakan. Sampah sedotan yang bertebaran dijalan dan dilaut sudah cukup kuat menjadi alasan kita untuk mengganti sedotan plastik ke sedotan non plastik.
Inilah titik penting bagi “perang terhadap sedotan” dan upaya menyeluruh untuk mengurangi sampah plastik. Kita bisa membeli sedotan berbahan stainless steel atau bambu. Belum ada seruan radikal untuk menghentikan produksi plastik saat ini juga.
Yang ada hanyalah ajakan berhenti menggunakan produk plastik, yang dipandang tidak efektif dalam mengajak lebih banyak orang lagi bergabung. Hal inilah yang mungkin bisa kita lakukan dan dimulai dari diri kita.
Perlu mengubah kebiasaan-kebiasaan kecil kita untuk mengubah hal besar didunia. Terlihat sepele memang dampaknya, seperti setetes buih air dilautan. Tapi kalian juga harus ingat bahwa laut sendiri terdiri dari kumpulan tetesan buih air.Ingat bumi kita milik Allah, kita Cuma ngontrak!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”