Manusia, Mimpi dan Porsi

Ketika Anda jatuh cinta, kebahagiaan akan membuat Anda sulit tertidur karena kenyataan lebih baik dibandingkan mimpi Anda.-Dr.Seuss

Menatap mentari di ufuk timur, membuatku berfikir bagaimana masa depan akan tercipta. Kadang aku berfikir, bukankah mentari akan terbenam dan tak tak lagi bersinar di batas waktunya? Dan bukankah, seperti itu pula, masa depan gemerlang seseorang-pun pasti akan sampai di masa terpuruknya?

Advertisement

Benar. Itu pertanyaan bodoh. Hanya pemikiran bodohku yang lupa akan tuntunan takdir di bumi masa millenial ini.

Kita yang harus memiliki pangkat, kita yang harus terlihat berjabatan tinggi, kita yang akan terlihat terpandang jika berseragam.

Tapi, apa selalu ada bahagia di belakang semua itu ?

Advertisement

Seringkali tidak. Keegoisan oknum yang menghancurkan mimpi seseorang, hanya demi sebuah pandangan orang, yang bahkan tak ikut serta dalam pencapaian kesuksesannya. Seharusnya ia bercermin, melihat sisi indah yang dimilikinya, dan bangun keteguhan di dalamnya.

Bukankah banyak kata bijak yang mengatakan

Advertisement

" Allah Swt. memberi masing-masing umatnya jalan dan bakat yang berbeda."

lalu untuk apa ia dipaksakan menjadi orang lain dan memperlajari sesuatu yang tak suka ia pelajari ?

Lalu untuk apa bakat yang Allah SWT berikan jika ditoleh pun tidak oleh pemilik-Nya ?

Bukankah dari kata bijak itu sendiri-pun, tersirat bahwa seseorang harus menjadi diri sendiri. Ia yang memiliki 'ini', dan orang lain yang memiliki 'itu'. Tak ada kesempurnaan pada diri manusia hingga ia dilahirkan dengan memiliki 'ini' dan 'itu' dengan sempurna.

Begitulah manusia biasanya. Meremehkan sebuah bakat hanya demi pencapaian yang terpandang oleh orang lain saja. Kadangkala aku prihatin, dengan cita seorang anak yang tenggelam begitu saja hanya karna tuntunan mereka-mereka di hidupnya.

Kalian, Sang pemimpi!

Sebelum sang mentari kembali hadir dengan panasnya esok, loncatnya, raih angan dan harapmu dengan jalan bahagiamu. Bukankah sukses tanpa bahagia adalah sebuah kopi yang kurang manis gulanya ?

Kuingat seorang kepala sekolah pernah berkata seperti ini kira-kira :

"Seorang sejarawan, tidak perlu menghafal biologi seorang atlet, tidak perlu rumitnya fisika.

Juga, seorang seniman yang tidak perlu bisa memecahkan masalah matematika"

Tiap orang punya porsi dan sisi indahnya masing-masing. Kau hanya membutuhkan apa yang pas menjadi bumbu hidupmu. Karna dalam masakan, semahal apapun sebuah bumbu, jika ia tidak cocok dengan masakan yang kau beri, lalu untuk apa bumbu itu tetap dicampuradukkan? Ia tak akan menjadi sedap, bahkan mungkin berasa aneh. Jadi, takar bumbumu sendiri. Jadikan masakanmu terasa nikmat di lidah orang-orangmu. Hias cantik, hingga mereka tahu, bumbumu pantas bersanding dengan masakan itu.

Teruslah bermimpi, dan menolehlah ke ATAS, bukan BELAKANG atau SAMPING.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalammasyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."