Manusia merupakan salah satu makhluk yang dinamis. Sering kali manusia dianggap berubah, entah menjadi lebih baik maupun lebih buruk. Namun, sebenarnya apakah kita benar-benar berubah atau hanya berkembang sesuai dengan keadaan yang kita jalani?
Mengutip Science Daily, menurut Bleidorn seorang ilmuwan psikologi dari University of California menyatakan adanya fakta bahwa kepribadian seseorang bisa berubah. Namun perubahan tersebut bersumber dari peristiwa-peristiwa yang terjadi secara intens maupun berarti bagi orang tersebut. Hal itu yang menyebutkan peristiwa tersebut dapat berdampak pada kepribadian seseorang.
Menurut pernyataan tersebut, manusia tidak bisa serta merta berubah begitu saja. Dalam perubahaan tersebut, diperlukan sebuah peristiwa atau mungkin variabel yang cukup besar untuk mempengaruhinya. Selain besar, variable tersebut juga harus cukup intens dihadapi seseorang tersebut.
Lalu apabila kita tidak menemui peristiwa-peristiwa tersebut, apakah kita tidak akan berubah?
Manusia bisa jadi tidak berubah dengan cepat atau dratis pada satu waktu, apalagi dengan belum menemui peristiwa-peristiwa tersebut. Namun manusia bisa berkembang di setiap waktunya.
Seseorang dapat berkembang sesuai dengan apa yang dialami pada momen-momen yang ia alami. Entah menuju berkembang menuju kesebuah yang baik ataupun sebaliknya, keduanya merupakan hal yang relatif. Perkembangan ini yang bisa membuat seseorang “terlihat” berubah pada kesehariannya.
Peristiwa yang seseorang alami dikesehariannya, bisa jadi pemantik ia untuk berkembang sesuai dengan apa yang ia dapatkan pada peristiwa tersebut. Pengalaman yang ia rasakan, menjadi suatu “pembelajaran” bagi dirinya, lalu menjadi perkembangan dari dirinya.
Bahkan jika terdapat dua orang yang mengalami peristiwa yang sama, belum tentu mereka berkembang kearah yang sama. Hal ini dipengaruhi dari pengalaman apa yang mereka dapatkan serta bagaimana mereka merespon pengalaman tersebut.
Hal ini tentu juga bisa kita rasakan pada keseharian kita. Seperti kita sedang melakukan suatu kegiatan, lalu melihat atau mengalami sebuah peristiwa “kecil” tapi mengembangkan kita secara tidak langsung.
Seperti jika seseorang sedang jogging mengelilingi daerah rumahnya. Ia bisa saja menjumpai seorang ibu yang menjadi tukang parkir, manusia “gerobak”, ataupun sekelompok anak kecil yang mentertawakan sol sepatunya yang copot.
Mungkin untuk beberapa orang, ketiga peristiwa tersebut bisa saja menjadi “angin lalu” tanpa makna apapun. Namun bagi orang tersebut, ketiga hal itu bisa saja menambah sudut pandangnya akan sesuatu.
Bisa saja dengan melihat seorang ibu yang menjadi parkir menjadi suatu hal yang berarti bagi dirinya. Hal ini terkait perjuangan dalam menjalani hidup, agar tidak menyerah dengan keadaan, ataupun perjuangan seorang perempuan demi keluarganya.
Melihat perjuangan manusia “gerobak” sebagai proses menjalani hidup di mana setiap orang akan memiliki “daerah perjuangannnya” masing-masing. Bisa melihat perjuangan orang tersebut dan tidak menyerah dengan keadaan menjadi sebuah hal yang mungkin dia tidak akan dapatkan jika hanya memilih rebahan di kasurnya.
Selanjutnya dengan menghadapi gerombolan “netizen” dunia nyata bisa juga menjadi pengalamannya. Kelompok anak kecil yang ia temui di saat sepatunya rusak, menanyakan soal keadaan sepatunya, dan tak lama menertawakannya merupakan suatu pengalaman yang bisa ia maknai pula.
Hal tersebut terkait dengan kesamaan anak kecil tersebut dengan netizen. Perbedaannya hanya pada alat dan tempat mereka berkomentar miring kepada orang yang bahkan baru atau belum pernah mereka jumpai. Miris bukan?
Namun kembali lagi, pemaknaan dari setiap orang bisa saja berbeda dan hal tersebut setiap orang memiliki jalannya untuk berkembangnya masing-masing. Dengan memaknai hal-hal yang dilalui sehari-hari, tidak perlu sebuah peristiwa besar atau intens untuk merubah kita, dengan peristiwa kecil pun kita tetap bisa berkembang sedikit demi sedikit menuju ke arah lebih baik.
Pada akhirnya, manusia bukannya tidak dapat berubah, tapi butuh “sesuatu” untuk memicu hal tersebut. Di sisi lain, manusia akan cenderung berkembang sedikit demi sedikit sesuai dengan dasar yang sudah dia punya, melalui pemaknaan dari peristiwa keseharian yang ia lalui.
Oleh karenanya, perkuat dasar kita lalu berkembang dengan keseharian ke arah yang kita anggap baik dan benar.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”