Mantra Korea Selatan yang Menguasai Industri Hiburan

Mugunghwa kochi pieotsumnida. Siapa yang tidak asing dengan sebaris kalimat sakti tersebut? pasti semua mengenali dan paham dari mana bahasa tersebut.

Advertisement

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin tidak terbatas, semua budaya masing-masing negara akan terserap. Lambat laun kita mengenal jika di Korea Selatan makanannya ada apa saja. Di Eropa—Belanda, Prancis, Jerman—itu makanan hingga budayanya seperti apa saja.

Sebaris bahasa Korea di awal tadi adalah sebuah mantra, sebuah panggilan untuk bermain.

Mungkin di Indonesia kita biasa mengenal dengan petak umpet. Permainan sederhana dimana satu orang menjaga teritorinya dan yang lainnya bersembunyi agar tidak ketahuan.

Advertisement

Namun, di Korea Selatan ada sedikit perbedaan. Satu orang tadi menjaga areanya agar jangan sampai orang tersebut melintasinya dan para pemainnya harus bisa bergerak secara perlahan agar tidak sampai ketahuan.

Permainan anak kecil memang. Namun itu diadaptasi menjadi sebuah serial thriller mencekam dan juga penuh dengan darah.

Advertisement

Jauh sebelum series Squid Game itu menyapa para penonton layanan tv berbayar, Korea Selatan sudah ‘menginvasi’ banyak negara termasuk Indonesia.

Saya salah satu ‘korbannya.’

Saya adalah korban dari budaya boyband Korea dan juga musik Korea atau biasa disebut K-Pop. Tapi saya tidak terlalu dalam untuk mengetahuinya. Hanya sebatas permukaannya saja.

Awal saya bertemu dengan dunia Korea mungkin di film atau series, saya lupa. Yang pasti saya tahu dan hapal beberapa aktor dan aktris asal Korea Selatan.

Di antaranya ada Lee Min Ho, kemudian ada Kim Bum, Shin Min Ah, Park Shin Hye, Gong Yoo, Hyun Bin, Lee Seung Gi, Song Hye Kyo, Song Jong-Ki, dan beberapa nama lainnya.

Itu dari layar kaca maupun layar perak. Dari boybandnya pun saya tidak kalah hapal. Ada Super Junior, TVXQ/DBSK, Big Bang, BTS, Blackpink, Girls Generation, 2NE1, Wonder Girls, EXO, NCT127, dan masih banyak yang lainnya.

Saya lagi-lagi terhipnotis oleh teman-teman perempuan semasa SMA dulu. Menonton Super Junior yang kala itu membawakan lagu Bonamana dan ikut menari. Ya, kamu tidak salah baca, ikut menari.

Saya melihat bawa pria-pria tersebut keren saja.

Anehnya adalah saya tidak tertarik dengan wanita-wanita Koreanya. Entah kenapa bagi saya wanita Korea itu sama semua wajahnya. Dan saya tidak bisa membedakan.

Juga karena kabar bahwa wanita Korea yang berkarir di dunia hiburan, sering sekali melakukan operasi plastik. Terlepas dari itu benar atau tidak.

‘Demam’ Korea itu berlangsung sampai saya kelas 3 SMA. 1 tahun lebih saya mengikuti gerak-gerik dan juga kabar yang paling baru dari nama-nama tersebut.

Sisanya mengerucut hanya menjadi Super Junior, Park Shin Hye. Sisanya sekarang malah banyak lagi yang baru, yang muda dan lebih enerjik.

Serangan bertubi-tubi dunia hiburan Korea Selatan tak cuma itu saja. Dari mulai musik, makanan, film, hingga ke budaya sudah diketahui oleh banyak negara termasuk Indonesia.

Makanannya, yang sekarang dengan mudah banyak dijumpai di Indonesia. Baik di dalam pusat perbelanjaan dan juga di restoran-restoran.

Kemudian filmnya yang berhasil menggemparkan dunia dengan judul-judul terkenal seperti Parasite, Memories of Murder, dan masih banyak lagi.

Hingga budaya yang membuat banyak pasangan suami-istri baru dari Indonesia ingin menjelajahi Korea. Ingin tahu seromantis apa dan seindah apa. Apakah sama dengan yang digambarkan di series atau film dari Korea?

Satu hal yang terlintas di benak saya setelah Korea Selatan berhasil melebarkan pengaruhnya di industri musik, film, dan budaya dunia adalah kok bisa?

Kok bisa mereka semasif ini? Segila ini? Dan sedahsyat ini?

Apakah ada resep khususnya? Resep yang hanya orang Korea Selatan saja yang tahu? Dan masyarakat di negara lain tidak bisa meniru ini?

Sudah banyak yang bertebaran berupa artikel, foto, video yang menjelaskan kisah unik di balik series Korea yang saat ini menjadi bahan pembicaraan yakni Squid Game.

Sang pembuat Squid Game mendapat puluhan hingga mungkin ratusan penolakan hingga akhirnya Netflix mau untuk memboyongnya ke layar kaca.

Ada perjuangan, ada penolakan, dan ada beribu alasan lagi dimana industri di Korea Selatan ini sekarang sedang mekar-mekarnya. Sedang terus merancang kejutan dan senjata andalan lainnya untuk melebarkan sayap bisnisnya.

Dari cerita, dari pengakuan beberapa pemain di Squid Game, kemudian sang pembuat series itu sendiri mungkin tidak akan percaya bisa sampai sebesar seperti sekarang.

Tapi ini adalah zaman digital. Zaman dimana apa yang mungkin kamu simpan sekarang, dan bila dikeluarkan di saat dan momen yang tepat, akan menjadi bunga mekar yang indah dan menawan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini