Makna Santri Zaman Now yang Sedang Ramai Dibicarakan

22 Oktober merupakan hari yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai hadiah untuk para santri. Lahirnya hari besar ini berawal dari seruan resolusi jihad yang dikobarkan oleh K.H Hasyim Asy'ari guna membakar semangat para santri untuk mencegah kolonialisme kembali menduduki tanah air kita.

Advertisement

Berbagai kegiatan untuk memperingati hari santri sudah tersebar di berbagai daerah. Hari santri ibarat lebaran ke tiga untuk para santri. Harus kita ingat, bahwa sejarah tidak pernah lupa mencatat para santri pada zaman perjuangan sebagai pahlawan-pahlawan yang menolong masa depan bangsanya. Bahkan Kiai Hasyim Asy'ari pernah berpesan, bahwa membela tanah air dari penjajah hukumnya fardlu’ain atau wajib bagi setiap individu.

Perlu kamu garis bawahi juga, di era milenial ini, santri bukan sekedar yang mondok saja, tapi dia yang berjiwa santri dan bersifat santri, itulah santri yang sebenarnya. Begitu kata Mustofa Bisri alias Gusmus yang kini menjadi pimpinan pondok pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang sekaligus sastrawan yang karya-karyanya selalu bijak dan memukau.

Ngomong-ngomong soal santri, di zaman milenial ini banyak pendapat tentang santri zaman now menurut santri sekaligus alumni Ponpes Al-Inaayah, Rawakalong , Gunung Sindur Bogor. Yuk simak apa saja santri zaman now menurut mereka?

Advertisement

1. MENJAGA TRADISI LAMA

Kata abang satu ini, santri zaman now adalah santri yang menjaga tradisi lama meski berada di zaman milenial. Artinya, kebiasaan-kebiasaan baik santri harus tetap dipupuk meskipun berada di zaman yang berbeda. Ulama bersepakat bahwa santri disebut juga Al-Muhafadhotu Alal Qodimis Wal Akhdu Bil Jadidil Ashlah ( Memelihara budaya-budaya tradisional yang baik dan mengambil budaya-budaya baru yang lebih baik).

Advertisement

( Wildan Muzakki, Mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

2. BERANI BERPOLITIK

Santri zaman now menurut ane, santri yang harus mengetahui geo ekonomi dan politik dengan berlandasan Ahlusunnah Wal Jama’ah. Why? Karena santri tidak diragukan lagi soal ilmu keagamaan hanya tinggal mengaplikasikanya. Dan kenyataannya, pemerintahan (ekonomi dan politik) di Indonesia perlu kita ketahui, kita kawal dan kita kritisi.

(Muhammad Lutfi, Mahasiswa STAI AL-HIKMAH Jurusan Pendidikan Agama Islam, Aktivis PMII)

3. MENINGKATKAN POTENSI DIRI

Berbicara masalah santri, tentu kita berbicara masalah potensi diri yang dikembangkan melalui perspektif kemandirian, juga tak lepas dari pengabdian akhlak dan jiwa keislaman untuk mengaplikasikannya di era kontemporer ini. Di zaman sekarang ini, santri harus terus berbenah mengasah kemampuannya yang siap menghadapi berbagai tantangan dan siap menjadi para pemimpin masa depan Syubbanul Yaum Rijalul Ghod yang berarti pemuda hari ini adalah pemimpin di masa yang akan datang tanpa melepaskan jiwa pengabdian, akhlak dan jiwa keislamannya.

(Achmad Syauqi Maki, Mahasiswa fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Hukum Tata Negara (Siyasah), Pegiat Literasi Komunitas “Pulpen”)

4. BERANI MENGAWAL PEMERINTAHAN

Santri zaman now harus berani memperhatikan setiap lini gaya kepemimpinan pemerintahan. Artinya, sebagai santri, walau hidup di serba keterbatasan, tapi tidak boleh luput dengan informasi di luar terutama politik. Hilangkan kata haram untuk berpolitik biar tidak dijajah sama legitimasi teologis sesat, karena sejarah menoreh institusi keagamaan semacam pondok pesantren dijadikan sebagai instrumen yang efektif bagi kampanye politik. Jadi bahaya kan, kalau santri buta dengan politik? Selain itu, santri zaman now tidak gaduh hanya soal isu pribumi karena masih banyak hal lain yang menjadi informasi penting untuk diserap dan dikaji para santri.

(Randy Ramadhan, Alumni Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Unpad 2011, Tour Guide Pulau Tidung)

5. MEMBUKA WAWASAN DAN MENCARI PENGALAMAN YANG LUAS

Santri zaman now ialah santri yang tidak anti terhadap pengetahuan-pengetahuan baru, santri yang mau berkarya di bidang keahliannya masing-masing dengan niat untuk berdakwah. Selain itu, di tengah era teknologi yang semakin berkuasa ini, santri juga harus berani melawan hoax serta cerdas menyaring informasi yang belum jelas keshahihannya. Jangan lupa juga, santri adalah yang berani melawan korupsi dan memberantas para koruptor!

(Nila Munasari, Mahasiswi Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif HIdayatullah Jakarta, Pegiat Sastra Komunitas Lensa)

6. PERCAYA DIRI

Santri zaman now harus punya basic percaya diri supaya dia bisa berkontribusi di masyarakat, harus membiasakan diskusi supaya banyak mendapat ilmu dari beragam macam sisi. Kenapa harus percaya diri dan senang diskusi? Jelas, supaya para santri mampu menjadi agen pembaharuan. Dengan diskusi, santri bisa menyerap berbagai informasi yang menjadikannya tidak sekedar ikut-ikutan atau taqlidul a’ma.

(Nadya Syafira, Mahasiswi Bahasa dan Sastra Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Katanya santri identik dengan sarung ,baju koko dan pecinya yang nyentrik. Sebagai santri zaman now, wawasannya juga jangan sampai kalah nyentrik. Masa-masa menjadi santri bisa disebut masa-masa yang paling berkesan, karena cuma jadi santri kamu bisa ngerasain nikmatnya ngaji kitab sampai ngantuk-ngantuk alias sampai nyium lantai, mandi dan segala macam yang harus ngantri tingkat dewa, sandal yang menjadi sesuatu yang paling berharga karena kalau sandal hilang itu keselnya naudzubillah, apalagi pas mau ke masjid bagian ta’lim udah stand by dan kita masih nyari sandal yang dipinjem tetangga sebelah. Belum lagi waktu kita telat dan siap-siap menerima hukuman maut dari bagian killer zaman past.

Cuma jadi santri kamu bisa nikmatin makan pake nampan serasa makan pizza hut, kamu yang hobinya kabur pasti berpengalaman banget digundul, gak ada air putih air keran pun jadi, paling bête saat kantong tipis dan belum kunjung dijenguk. So, yang terakhir jangan ngaku santri kalau kamu belum pernah ngerasain surat-suratan. Duh, jadi ngangenin yaa.

Intinya, gak ada kata mantan buat para santri, meskipun dia sudah alumni kalau tetap menjalankan perintah ilahi dan mau berkembang untuk negeri. Mungkin masih banyak lagi seribu satu kisah santri yang tidak bakal mati dan bikin kamu cengar-cengir sendiri. Santri zaman now atau zaman past, keduanya tetap santri dan kamu pasti punya pendapat sendiri apa sih santri zaman now menurut kamu. And The Last, santri bukan hanya slogan, tapi sebuah doa dan takdir baik sang Maha Penyayang. Teruntuk kita semua, semoga kita mampu menjadi pribadi santri yang bermanfaat buat banyak orang. Aamiin.

Selamat Hari Santri

Ayo Mondok!!

Nila Munasari, 22 Oktober 2017

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Gadis sederhana, Pecinta sastra, penyuka Milo dan pengagum kamu.