Saat itu kita sama-sama dilanda nestapa. Bingung tak tau memilih jalan yang mana, ingin bersama tapi sudah saling menghendaki berjalan sendiri-sendiri. Tak punya cukup keberanian untuk saling mengaku, bahwa kau dan aku masih ingin menjadi satu. Sesaat itu, kita beranjak dewasa.
Katamu kala itu Sebentar ya, ini tidak akan sia-sia. Aku terdiam mengaminkan.
Embun masih belum pergi, kau sudah siap menjalankan aktivitasmu. Sedangkan aku masih sibuk dirundung ragu. Namun, saat kau selesai akan semua itu, kau datang padaku. Bercerita tentang hari-hari yang amat menguras tenaga masa muda. Aku hanya seseorang yang senang untuk mendengar, tenang saat kau lepas bercerita dan diam saat kau bertanya perihal ke mana arah kita?
Meski begitu, kita sama-sama tak pernah saling menuntut. Aku tak mengharuskan kau datang setiap petang memberi kabar. Kau tak mempermasalahkan cerita siapa saja yang ingin aku dengar. Silakan, asalkan kamu tenang, jalani saja, nanti saat kau butuh tempat kembali, aku tetap di sini selalu menjadi penutup sebelum kita sama-sama terlelap.
Sudah dua tahun kita tak bertemu, tapi belum ada satupun yang berubah darimu, kecuali ikatan kita. Sudah bahagia dengan jalannya— jawaban ketika orang bertanya kita ini apa. Bertahun-tahun aku menjalani proses panjang dari hubungan yang hanya sejenak. Aku memahami bahwa ada tempat yang tak bisa sama-sama kita tinggalkan dan lupakan. Sejauh apa pun kita ingin pergi, sekuat apa pun kita mencoba saling lepas, pada akhirnya, aku selalu menjadi rumah untukmu berkeluh kesah dan kau menjadi hunian di hidupku yang penuh kesunyian.
Kau tak salah, Ya inilah aku, sepahit-pahitnya, akan aku bicarakan dan ceritakan, tidak ada yang aku tutupi. Aku yang selalu tak tau arah menanggapi setiap kejujuranmu itu. Kadang aku tak bisa lapang dada terhadap pengakuanmu, tapi aku harus menerima dan berterima kasih karena kau sudah terbuka terhadap semuanya. Tinggal aku saja yang terlalu kaku untuk menceritakan apa yang aku rasakan. Bagiku, bagaimana bisa semua tetap sama, jika masing-masing kita sudah memilih untuk tidak bersama. Namun nyatanya, sejauh ini kita tetap baik-baik saja tanpa sebuah petunjuk arah. Anggap saja aku tersesat di jalan yang bahagia.
Makna berpisah kita bukan untuk saling melupa, hanya saja agar mengerti untuk menghargai sesuatu saat itu menjadi milik kita. Saat semua pergi, kita hanya dilanda ragu untuk mengaku, menyesali tapi berharap kembali. Kita berdua jatuh untuk tetap tumbuh.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”