Budaya tata krama yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai kesopanan, kebaikan, dan kehormatan. Tapi, apakah kalian sadar bahwa nilai-nilai tata krama dalam kehidupan sehari-hari kita telah luntur? Pastinya setiap dari kalian pernah dan bahkan sudah menjadi kebiasaan dalam melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan tata krama bangsa Indonesia.
Dewasa ini kita tahu bahwa remaja saat ini sudah tidak menjunjung nilai tata krama bahkan, menurut Lia Kian Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP mengatakan “Generasi milenial Indonesia sudah krisis mental yang sudah tidak mengedepankan kesopanan, etika dan tata krama dalam bersosialisasi”.
Kita sedang dihadapi oleh masalah lunturnya tata krama yang diakibatkan oleh mudahnya masuk pengaruh asing mulai dari gaya bahasa, gaya hidup hingga gaya perilaku yang sangat tidak sesuai dengan tata krama bangsa Indonesia.
Gaya hidup yang sebebas-bebasnya
Gaya hidup kebarat-baratan atau biasa dikenal dengan Westernisasi merupakan suatu gaya hidup yang meniru kehidupan bangsa barat yang jelas tidak sesuai dengan budaya tata krama bangsa ini. Westernisasi membawa dampak yang buruk dalam kalangan remaja seperti hidup bebas dengan mengedepankan keinginan dan kesukaan tanpa memandang baik dan buruknya bagi mereka.
Narkoba, hedonisme, komsumtif, hidup bebas dan kecanduan game merupakan beberapa contoh dari gaya hidup kebarat-baratan. Dampaknya ialah Lebih dari 2 juta remaja Indonesia ketagihan Narkoba (BNN, 2004) dan menurut hasil survei Komnas Perlindungan Anak bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA, 2007) di 12 provinsi pada 2007 diperoleh pengakuan remaja bahwa :
“Sebanyak 93,7% anak SMP dan SMU pernah melakukan ciuman, petting, dan oral . Sebanyak 62,7% anak SMP mengaku sudah tidak perawan. Sebanyak 21,2% remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi. Dari 2 juta wanita Indonesia yang pernah melakukan aborsi, 1 juta adalah remaja perempuan. Sebanyak 97% pelajar SMP dan SMA mengaku suka menonton film biru.”
Survei di atas merupakan dampak nyata dari gaya hidup kebarat-baratan, begitu tinggi kasus buruk tersebut bahkan bisa jadi dalam kalangan remaja ini merupakan hal yang lumrah. Jika kasus ini terus menerus meningkat maka generasi kita akan hancur akibat dari terkikisnya budaya tata krama yang diakibatkan oleh gaya hidup bebas.
Tutur kata yang tidak sepantasnya
Sudah menjadi kebiasaan bagi para remaja untuk berkata yang tidak sesuai dengan tata krama. Kata-kata yang dilontarkan dari mulut sangat tidak patut dan mereka dengan bangganya mengatakan hal buruk tersebut berulang kali bahkan sudah melekat dalam bahasa mereka sehari-hari.
Remaja zaman sekarang ini merupakan representasi dari Lunturnya tata krama dalam gaya berbahasa. Seperti apa yang dikatakan oleh Abdul dan Leonie (2004:11) bahwa “bahasa sering dianggap sebagai produk sosial atau budaya, bahkan merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan itu. Sebagai produk sosial / budaya, tentu bahasa merupakan wadah aspirasi sosial, kegiatan masyarakat.
Bahasa bisa dianggap sebagai “cerminan zamannya”. Pernyataan Abdul dan Leoni sangat relevan dengan sekarang ini, dimana kebiasaan gaya bahasa yang buruk yang terus diucapkan dan dilontarkan lama-kelamaan akan membentuk sebuah budaya yang buruk. Apakah kalian menginginkan budaya buruk ini terus tumbuh dan berkembang dalam masyarakat? Jika tidak mari hilangkan kebiasaan buruk kita dalam berbicara agar budaya buruk ini akan hilang.
Hilangnya 5S dalam kehidupan sehari-hari
Budaya 5S terdiri dari salam, senyum, sapa, sopan dan santun kini telah pudar dalam kehidupan remaja. Dahulu kita selalu melakukan 5S kepada siapapun baik dikenal dan tidak ketika kita berpapasan, namun sekarang ini para remaja memilih diam dan tidak peduli saat berpapasan dengan orang lain. Budaya 5S ini seakan menghilang dari kehidupan bahkan, semakin kesini semakin pudar.
Menjadi sorotan presiden kita karena nilai 5S ini telah hilang “Saya sampaikan yang paling penting menumbuhkan nilai kesantunan, tata krama, karena dalam sekian tahun kita kehilangan nilai-nilai itu,” ungkap Jokowi. Ini membuktikan bahwa kita mengalami krisis 5S dan jika terus terjadi keadaan ini malah, kita yakin bahwa generasi muda akan menjadi generasi individual karena tidak memperdulikan dan menghormati orang yang ada disekitar. Ditakutkan kebiasaan ini akan menjadi turun menurun antar generasi dan hilangnya budaya 5S dikemudian hari.
Nah, lunturnya budaya tata krama di Indonesia sangat membawa dampak buruk bagi remaja saat ini. Kita kehilangan gaya hidup dan berbicara yang baik serta benar, lalu hilangnya budaya 5S di kehidupan sehari-hari kita. Mau dibawa kemana bangsa Indonesia ini jika generasi mudanya hancur? Apa kita akan kehilangan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia ataupun negara ini mudah terpecah belah.
Teringat pesan dari pejuang kemerdekaan Indonesia yaitu bapak Mohammad Hatta ia berpesan kepada generasi mendatang. Pesan tersebut berbunyi “Jatuh bangunnya negara ini, sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekedar nama dan gambar seuntaian pulau di peta.” Ujar Hatta dalam pidato peringatan kemerdekaan RI tahun 1963.
Jika seperti ini generasi kita maka Indonesia hanya namanya saja, kenapa? Karena saat ini, para penerus bangsa sudah tidak menjunjung lagi nilai budaya tata krama yang sejak dahulu kala dijadikan sebagai kebiasaan. Bangsa ini akan mudah terpecah belah dan gampang masuknya budaya yang jelas tidak sesuai.
Oleh sebab itu, mulai dari diri kita saja harus memperbaiki diri lalu kita menjadi contoh yang baik dikalangan kita agar mereka terpengaruh dengan kita sehingga tersebarnya kembali budaya tata krama yang sesuai dengan bangsa Indonesia.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”