Di Wuhan, Korea Selatan, dan Italia skenario lockdown terbukti berhasil. Jumlah pasienpun menurun dengan cepat hanya dalam beberapa bulan. Hal ini karena dukungan masyarakat dan pemerintah yang memiliki kapasitas. Masyarakat di sana memiliki edukasi yang cukup dan komunikasi antar pemerintah dan warganya berjalan dengan baik. Tidak seperti di Indonesia, masih belum adanya komunikasi yang baik antara pemerintah dengan masyarakatnya.
Pemerintah di Cina dan Italia juga memiliki sumber dana yang mampu untuk mencukupi kebutuhan masyarakatnya. Indonesiapun memiliki sumber dana juga, namun tidak bisa mencukupi semua orang yang ada di negara ini. Keberhasilan Wuhan, Korea Selatan, dan Italia karena penerapan pola dimana virus pada manusia dipaksa mati dengan antibodi. Virus di luar tubuh manusia dibiarkan mati, hilang, atau dimusnahkan. Strategi yang digunakan adalah total lockdown. Semua isolasi diri di rumah masing-masing dan masyarakatnyapun taat akan aturan ini.
Penerapan lockdown di Indonesia memang tampaknya cukup sulit. Masyarakat yang memiliki pola pikir jika bertahan di rumah saja akan makan apa. Belum lagi masyarakat yang masih nakal untuk menyelenggarakan pesta-pesta dan masih kumpul-kumpul. Di Wuhan dan Italia pemerintah memiliki solusi jika masyarakat tetap lockdown di rumah maka makan mereka akan terjamin, jika mereka keluarpun mereka akan didenda ratusan euro. Memang lockdown ini memerlukan bantuan dari semua pihak, tidak hanya satu pihak saja yang bekerja keras.
Keadaan di atas membuat lockdown agaknya memang gagal untuk diterapkan di Indonesia. Pemerintahpun mengakalinya dengan penerapan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar. Namun, dirasa cara inipun juga kurang efektif. Masyarakat masih banyak yang keluar rumah dan beraktivitas normal layaknya tidak sedang terjadi apa-apa. Belum lagi penerapan PSBB yang ada di Jakarta dan status Jakarta yang menjadi episentrum pandemi yang membuat warganya banyak berbondong-bondong untuk mudik ke kampung halaman. Panah-panah merah kasus persebaran virus corona ini sudah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Di sini, skenario lockdown memang dikatakan gagal dan tidak berhasil untuk diterapkan di Indonesia.
Ditambah dengan berbagai kabar yang beredar bahwa Presiden Joko Widodo memang akan mengatur aktivitas kembali normal mulai Juni mendatang. Hal ini menandakan bahwa warga harus hidup berdampingan dengan Covid-19. Tidak bisa dipungkiri lagi, lambat laun hal seperti ini akan terjadi. Semua memiliki risiko masing-masing. Penerapan PSBB berbulan-bulanpun kalau masyarakat masih kurang taat protokol pemerintah akan percuma. Apalagi imbasnya ke perekonomian. Pemerintah tidak bisa terus menerus menyokong masyarakat Indonesia yang jumlahnya lebih kurang 270 juta ini.
Disisi lain, masyarakat tidak bisa mencari uang dan mendapatkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ekonomi tidak berjalan lancar, negara sedang krisis. Mengingat jika aturan hidup dengan pandemi ini diberlakukan, memiliki risiko nyawa masyarakat sendiri yang jadi taruhannya. Herd Immunity dimana yang memiliki imun dan kesehatan yang kuat dia menjadi yang bertahan.
Dampak dari penerapan Herd Immunity ini mungkin dirasakan oleh oranag tua daripada kelompok usia lainnya. Apalagi di antara mereka masih ada yang menanggung beban keluarga, harus membanting tulang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka. Lalu, tenaga medis ‘dipaksa’ harus lebih banyak bekerja. Dilansir dari Aljazeera (20/3/2020), Herd Immunity mengacu pada situasi dimana cukup banyak orang dalam suatu populasi yang memiliki kekebalan terhadap infeksi sehingga dapat secara efektif menghentikan penyebaran penyakit tersebut.
Menurut WHO, orang tua atau orang yang memiliki penyakit rentan seperti diabetes atau kanker paru-paru mudah terpapar virus corona. Hal ini dikarenakan kekebalan tubuh dan imun mereka yang lebih rendah daripada yang lainnya. Penerapan Herd Immunity ini menyebabkan virus yang menjangkiti tubuh akan diserang oleh antibodi ini. Antibodi kita akan menyusun diri untuk melawan virus corona ini. Maka nantinya akan muncul 14 harian atau kurang dimana antibodi kita yang menyusun serangan ke virus corona ini.
Hingga antibodi yang khusus nanti akan terbentuk untuk virus corona ini. Setelah terbentuk antibodi alami ini, maka tubuh akan kebal terhadap virus corona. Ketika sudah banyak masyarakat yang terjangkit virus ini akan terbentuk sekawanan manusia yang sudah kebal virus corona. Inilah skenario yang dinamakan dengan Herd Immunity. Herd Immunity berat untuk disampaikan. Secara ilmiah, 60-70% masyarakat akan terjangkit. Mayoritas yang bertahan akan membentuk antibodi alami, sedangkan yang rentan akan gugur.
Memang, dengan penerapan sistem Herd Immunity dampak positif yang ditimbulkan juga banyak seperti pandemi akan cepat berakhir, akan terbentuk manusia baru yang lebih kebal, manusia mudah beradaptasi dengan penyakit baru, dan kondisi perekonomian tidak terhambat perkembangannya. Dengan adanya penerapan Herd Immunity ini memang aktivitas akan berjalan normal kembali.
Ekonomi dan perdaganganpun akan berjalan dengan lancar kembali. Tidak ada hambatan untuk ekspor maupun impor. Pada akhirnya penerapan Herd Immunity ini akan membantu perekonomian suatu negara akan kembali normal lagi. Jikalau memang Indonesia akan menerapkan sistem Herd Immunity ini harus dikaji dengan sangat matang dan mempertimbangkan risiko yang ada didalamnya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”