Hidup di era media sosial memang sungguh unik. Ketika kita memposting suatu kesenangan, entah itu sedang berjalan-jalan atau memotret makanan dan minuman terkini, orang akan dengan mudah menganggap hidup kita hanya berisi kesenangan dan hidup dalam kebahagiaan selalu. Namun, lain halnya jika kita tak pernah memposting apapun di media sosial. Hidup kita dianggap menyedihkan, tidak ramai dan tak ada yang menyenangkan dalam hidup kita.
Hanya dari postingan media sosial yang mungkin hanya berdurasi 24 jam atau lebih, orang sudah bisa menilai hidup orang lain tanpa dia tahu kehidupan asli orang tersebut. Pada dasarnya setiap orang pasti hidup dalam suka dan duka. Ada masanya kebahagiaan menghampiri, tapi pasti kesedihan pun akan datang di lain hari. Intinya, suka dan duka dalam kehidupan pasti akan datang silih berganti. Hanya saja, tentu tak semua orang nyaman memperlihatkan kesedihannya di media sosial. Beberapa orang memilih menutup rapat kesedihan yang sedang ia rasakan dari media sosial. Entah itu saat sedang patah hati, ditinggal seseorang yang disayang, masalah di bidang pekerjaan, hingga ada hubungan buruk dengan keluarga ataupun teman.
Maka sangat lucu rasanya jika sebuah postingan di sosial media mampu menjadi tolok ukur kebahagiaan hidup seseorang. Padahal suka dan duka dalam kehidupan adalah hal yang takkan terpisahkan. Hanya tinggal bagaimana cara kita memilah mana hal yang ingin kita posting di media sosial, mana yang hanya untuk konsumsi pribadi.
Selain golongan orang yang menjadikan postingan di media sosial sebagai tolok ukur kebahagiaan seseorang. Ada lagi golongan unik lainnya di era media sosial ini, yaitu orang yang menganggap seseorang tak pernah berusaha atau tak pernah melakukan apapun hanya karena tak pernah memposting apapun di laman media sosial nya. Orang ini akan melihat seseorang dari apa yang nampak saja di hadapan matanya. Mudah menilai orang tanpa mengetahui latar belakang atau usaha apa saja yang telah dilakukan oleh orang tersebut.
Sebagai contoh, orang ini akan dengan mudah mengomentari bentuk tubuh orang lain dan menganggap orang tersebut tidak pernah berolahraga sama sekali. Kesalahan pertama, mengomentari bentuk tubuh orang lain adalah perbuatan yang tidak terpuji. Kedua, dari mana Ia mengetahui bahwa orang tersebut tak pernah berolahraga? Apa Ia mengetahui kegiatan orang tersebut selama 24 jam? Apa ia benar – benar mengetahui segala usaha yang telah orang tersebut lakukan? Hanya karena seseorang tak pernah memposting kegiatannya saat berolahraga, bukan berarti Ia tak pernah mengusahakan kesehatan untuk tubuhnya.
Kita takkan pernah tahu apa saja yang sudah seseorang lewati dalam hidupnya. Usaha apa saja yang sudah dilakukan, kegiatan apa saja yang ia lakukan setiap harinya. Kita sebenarnya sungguh tak berhak menilai orang hanya berdasarkan dari apa yang nampak di mata kita. Lagipula, alangkah lebih baiknya jika kita diam, daripada mengucapkan kata yang sekiranya kurang baik.
Lantas, bagaimana kita harus bersikap jika bertemu dengan golongan – golongan orang tersebut? Kita mungkin takkan pernah bisa mengendalikan pikiran orang lain. Juga takkan pernah bisa mengatur sudut pandang orang terhadap kita. Maka, diri kitalah yang harus bisa untuk mampu mengendalikan perasaan dan sikap kita atas penilaian orang lain. Mungkin akan terasa kurang nyaman dengan anggapan orang – orang tersebut. Tapi memang inilah resiko hidup di era sosial media seperti saat ini.
Selain mengendalikan perasaan atas penilaian orang lain, kita juga bisa untuk memilah apa saja yang ingin kita posting di sosial media. Dengan itu kehidupan kita pun hanya benar-benar diketahui oleh orang-orang yang tulus peduli dengan kita dan memang ada di sekeliling kita. Atau bisa juga kita gunakan kemajuan sosial media ini untuk memposting hal-hal informatif ketimbang memposting kehidupan diri kita sendiri. Apapun peruntukkannya, sudah seharusnya sosial media kita gunakan sebagai wadah untuk menuangkan hal positif.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”