Lika dan Liku Menjadi Anak Pertama, Penuh Rintangan dan Suka Cita

Sudahlah jadi anak pertama, perempuan lagi


Siapa sih yang mau  terlahir menjadi anak pertama ? perempuan lagi.


Advertisement

Jika dari awal sudah mengetahui beban hidupnya seberat batu karang di lautan, pasti akan ku ajukan surat pengunduran diri semenjak hari pertama menjalaninya. Meskipun tidak berlaku bagi semua orang. Tapi ada beberapa anak pertama yang tidak beruntung menjadi anak pertama.

Dalam standar masyarakat, anak pertama selalu dianggap sebagai simbol untuk keluarganya dan adik-adiknya. Bahkan, ada yang beranggapan jika anak pertama sukses maka adiknya juga akan ikut sukses karena sudah berhasil menjadi contoh  yang baik bagi adiknya. Sungguh tidak adil, karena setiap anak memiliki perjalanan hidup yang berbeda. Lagian, sejak kapan anak pertama juga bertanggung jawab terhadap adik-adiknya. Sampai kapan pun, anak tetap jadi tanggung jawab orang tua.

Sebagai anak pertama yang menyaksikan orang tua berjuang dari nol, dan melihat bagaimana dinamika hubungan orang tua sedari kecil hingga dewasa tentu tidak mudah.  Apalagi jika dalam perjalanan hidupmu, memiliki perbedaan pandangan yang berbeda dengan orang tua. Seperti, orang tua maunya kamu menjalani kehidupan A. Tapi, kamu maunya menjalani kehidupan B. Seperti air dan minyak, tidak akan pernah menyatu.

Advertisement

Selanjutnya, dinamika hubungan anak pertama  tidak hanya berhenti di orang tua. Tapi juga adik-adiknya, terlebih jika berbeda jenis kelamin dan memiliki jarak yang jauh. Perbedaan era dan pergaulan semakin membuat berjarak. Percayalah, sudah tidak seperti air dan minyak lagi. Tetapi, sudah seperti api bertemu dengan api. Meskipun ini tidak berlaku pada semua hubungan.

Gambaran tersebut mungkin dapat di lihat dari series Upin dan Ipin. Bagaimana Kak Ros yang dibenci adik-adiknya hanya karena memiliki beberapa rules dan ingin adik-adiknya memiliki value dalam hidup. Namun, realitas bahwa anak lelaki akan selalu di bela ibu. Rasanya, membuat hidup semakin berat saja. Sebagai anak pertama yang di didik dengan penuh tekanan oleh orang tua, tentu saja merasa janggal dengan orang tua yang memiliki aturan yang lebih longgar pada anak ke dua dan ke tiga.

Advertisement

Hal-hal tersebutlah yang kemudian membuat hidup semakin berat. Padahal sebagai anak pertama, hanya ingin adik-adiknya tidak melalui jalan berliku yang pernah dijalani oleh sang kakak. Di satu sisi, ingin rasanya mengabaikan. Namun, apa daya ada hubungan darah yang tidak akan pernah putus sampai kapan pun.

Akhir kata, emang boleh ya kehidupan anak perempuan pertama berlika-liku? Mengejar umur orang tua, harus mampu berdikari di depan adik-adik sehingga bisa menjadi contoh yang baik, dan mencapai standar kehidupan lainnya yang kadang tidak masuk akal.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Freelance Content Writer dan Copy Writing