Aku adalah salah satu orang yang pernah membantah kepada ibu ku sendiri. Bagaimana tidak saat ibuku menyuruhku untuk tidak ikut diksar pada waktu itu tapi aku tetap nekat ikut, dibenakku tidak berpikir apa apa aku cuma berpikir bagaimana badan bisa tetap kuat dari berangkat sampai pulang diksar.Â
Pagi itu sekitar jam 7 pagi aku berangkat diksar ditemani dengan kakakku. Kakakku membantu membantu membawakan barang barang yang aku bawa dan meletakkannya kedalam bagasi dari mulai tas carrier yang berat nya sampai 60 kg, Matras, dan lainnya. Setelah sampai di titik perkumpulan aku mengeluarkan barang barang yang telah aku bawa dari bagasi.Â
Disitu kita menunggu teman yang lain datang, setelah semuanya sudah datang jam 9 lebih tepatnya aku berangkat ke lokasi tujuan ke hutan disalah satu desa lebakbarang pekalongan. Disana banyak medan yang terjam yang harus aku lewati bersama teman temanku. Tanah yang licin dan bebatuan yang runcing itulah yang harus dihadapi, Melelahkan sekali. Belum sampai disitu saja.Â
Banyak medan yang harus aku lewati panas, hujan, badai kita harus kuat karena dari situ kita diuji sebagai syarat masuknya mapala di kampusku. Tak terasa hari semakin gelap minimnya penerangan dan kita semua mengeluarkan senter dari tas untuk menerangi tanda tanda arah jalan yang kita lalui, perut terasa lapar akhirnya kita berhenti disalah satu tempat yang datar dan nyaman disitu kita mulai membuat kompor medan.Â
Ya, kompor yang dibuat sangat sederhana dengan media kaleng bekas sebagai pengganti kompor, diisi dengan kapas dan spiritus. Sebelumnya buatlah lubang terlebih dahulu sedalam kurang lebih 10 cm kemudian dimasukkannya kaleng tersebut yang di dalam nya sudah diisi kapas dan spiritus. Ambil 2 ranting dan letakkan disisihnya untuk mengisi oksigen. Kemudian nyalakan api di bagian kapas, setelah itu letakkan panci yang sudah diisi air.Â
Kali ini aku dan teman teman akan memasak mi. Setelah kita menunggu sekitar setengah  jam akhirnya mi yang sudah dimasak sudah matang. Kami langsung memakannya bersama bersama. Setelah itu kita melanjutkan perjalanan yang sebelumnya sudah diberi tanda sama kakak kakak senior. Apabila dari kita membuat kesalahan kita langsung disuruh pus up sebanyak 20 kali dengan menggendong carrier.Â
Sangat melelahkan dan terkadang juga kita disuruh memakan dedaunan yang ada di hutan sebagai bentuk dari materi survival ( perlindungan diri) ya itu termasuk perlindungan diri apabila berada di hutan dan merasa sangat lapar. Dalam hatiku berkata Ya Allah kuingin pulang, aku tidak kuat kuingin dirumah saja dan bisa makan enak Tetapi aku semakin berpikir aku harus kuat, aku bukan anak manja, Ya aku harus kuat.
Dari sini dapat ku simpulkan bahwa kita tidak seterusnya hidup senang, bahwa bumi itu berputar tidak selamanya diatas. Dan manusia merupakan makhluk sosial yang kapan saja pasti butuh bantuan dan solidaritas yang tinggi dari aku yang selalu merasa kecapean dalam berjalan di jalanan yang sangat terjal disitulah ada teman teman ku yang selalu membantu. Susah, senang kita lalui bersama
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”