Merantau adalah salah satu langkah pendewasaan diri. Kita bisa merasakan arti kehilangan dan memiliki secara bersamaan. Merantau juga mengajarkan kita rasa syukur dan agar lebih mendekatan diri kepada Yang Maha Kuasa.Â
Bagi yang belum pernah merasakan merantau. Mungkin belum pernah merasakan yang namanya hidup sendiri, semua masih di tanggung orang tua. Ya, walaupun saat merantau tetap di kirim uang bulanan. Tetapi, pada saat merantaulah kita jadi belajar untuk mengelola uang dengan baik agar bisa tahan sampai akhir bulan.
Yang paling terasa dari hal merantau adalah rindu. Biasanya saat seseorang belum pernah merantau, dia pasti ogah-ogahan kalau di suruh sama orang tua, terutama ibu. Betul kan? Tetapi, saat merantau rasanya lebih ingin dekat dengan orang tua, rasanya untuk mengobati kerinduan ingin sekali menuruti segala perintah orang tua.
Tapi, di masa pandemi corona ini semuanya benar-benar sangat terasa berbeda. Memang masih bisa berpuasa seperti biasa, namun kali ini di dalam situasi yang berbeda, semuanya sangat dibatasi. Apalagi, saat nanti lebaran tidak bisa mudik.
Di sinilah kita diuji arti kesabaran. Biasanya hari Lebaran kita gunakan untuk berkumpul bersama keluarga, sekarang kita harus bersabar menjalani Lebaran sendirian. Sholat ied ditiadakan. Nanti mungkin akan terasa aneh, tapi itulah keputusan yang terbaik.
Mengingat di perantauan kita tidak memiliki saudara kecuali teman seperjuangan. Dan kita tidak memiiki uang kecuali uang yang ada di saku saja. Ketika nanti kita bisa pulang kampung, kita pasti akan menangis ketika memeluk orang tua karena saking rindunya.
Di tengah kota perantauan itu, kampung halaman adalah yang paling dirindukan.  Selalu berharap akan pulang. Biasanya momen Lebaran adalah hal yang paling ditunggu karena diusahakan untuk pulang.
Walau sudah terbiasa agar tegar hidup di perantauan. Mencoba selalu mengatakan baik-baik saja. Kenyataannya sedih akan kerinduan tak mampu terbendung apalagi di momen lebaran ini. Menangis sesekali untuk meluapkan semua itu mungkin akan terasa lebih lega.
Tapi, memang benar akan kata seseorang obat kerinduan yang paling manjur adalah pertemuan. Tapi, apa mau di kata, saat ini kita semua harus di rumah saja. Menanti akan kapan bisa pulang menemui keluarga. Kita yang di perantauan tetap bersabar hati untuk tidak mudik dulu, dan memberi waktu lebih untuk kita muhasabah diri, instropeksi diri, dan lebih mendekatkan diri ke sang Pencipta.
Untukmu yang berada beda kota dengan keluarga, sangat rindu dengan keluarga tentunya. Rindu berbuka bersama, tarawih bersama dan makan sahur bersama. Ramadan tahun ini mencoba bersabar dengan sendiri dulu ya, kawan.
Semoga pandemi ini cepat berlalu dan kita semua bisa bertemu lagi dengan orang-orang tercinta. Agar menggenapkan rasa rindu ini yang sudah terbendung tak tertahankan.Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”