Hai, perkenalkan namaku Riris pejuang LDR setahun belakangan ini. Ada hal-hal yang mau aku bagi ketika menjalaninya hingga sekarang. Penting ga penting tapi cukup membuat hatiku mereda di kala ingin melihat langsung wajahnya.
Aku dan kekasihku sekarang sudah melampaui banyak cobaan dan masalah, sebentar lagi kami akan menikah. Ya menikah kurang dari 3 bulan lagi. Kekasihku (calon suami) ini bekerja di sebuah perusaahan supplier Boiler. Konsekuensi yang didapat ialah dia sering keluar kota bahkan keluar negri.
Sendiri kemana-mana itu ngga enak, tapi mengajarkan untuk mandiri dan itu berhasil. Tak perlu merengek untuk ditemani kemana-mana karena keadaan memaksa melakukan sendiri tanpa kekasih.
Saat aku menulis ini pun kami masih terpisah jarak. Tak mengapa karena aku tau kami sebentar lagi akan bersama. Boleh jadi bahan renungan buat teman-teman penyintas LDR yang sedang menetapkan hati apakah benar yang kalian jalani saat ini.
LDR Mengajarkan Keikhlasan Bukan Pengalah yang Menyerah
Satu tempat yang aku benci hingga saat ini. Ya bandara. Aku ingat saat aku mengantarkannya ke bandara untuk bertugas ke Ghana-Afrika. Sejauh ini Tuhan menempatkannya bekerja untuk menjalani tugasnya sedih sekali rasanya. Ya tidak begitu lama memang, hanya 1 tahun. Tapi di kepalaku 1 tahun itu seperti jalan tak terbatas dan sangat luas. Akhirnya aku merelakannya pergi untuk tugasnya. Apalah yang menjadi ketakutanku? Jika dia berjanji pulang dengan membawa harapan yaitu menikah. Oke aku meredakan hatiku tak apa jalani saja dulu. Jika Tuhan mau dan berkehendak kami pasti berjodoh.
LDR Sebenarnya Bukan Musuh Tetapi Penyelamat Hubungan
Apa-apaan ini penyelamat hubungan?? Klise memang tapi trik LDR itu komunikasi dan kepercayaan. Kami terpisah waktu yang tidak sebentar yaitu 7 jam. Disaat aku bangun jam 5 pagi, disana sudah jam 10 malam. Di setiap pagi dia selalu bilang "Haiiiii banguunnn!!!!" dan aku menjawab "Ya sayang selamat tidur ya!!" 🙂 Lucu ya? Silakan tertawakan hal ini, tapi inilah yang kami jalani. Dia pulang jam 6 sore waktu setempat dan kalian tau disini sudah jam 1 dini hari. Ya setiap sabtu jam 1 dini hari aku selalu menunggu sampai terkantuk-kantuk. Itu pun hanya setengah jam video call karena mataku tidak kuat lagi. Tapi kami tidak pernah putus komunikasi. LDR mengajarkan keikhlasan dalam menjalani. Saat aku menangis menahan rindu, saat aku mencoret tanggal di kalender untuk penantian panjangku. Ahh syukurlah aku kuat ternyata.
Tetapi Bukan Berarti LDR Selalu Sepaham Dengan Kemauanku
Ada kalanya kita tak sengaja untuk tak sepaham. Ada juga pertengkaran kecil yang harus kita lalui. Ada hal sensitif yang tak boleh ditanyakan kepada mereka yang sedang jauh disana. "KAMU KAPAN PULANG??" Hanya pertanyaan singkat ini cukup membuat tidak enak hatinya. "Kamu pikir aku enak jauh dari keluargaku dan kamu? Kamu pikir enak makan disini dan tidur disini? Kamu pikir ini dan itu.." Ya tak mengapa ini cukup membuatku terdiam dan mencoba memahami keadaannya. Bukankah untuk mengerti atau tau kondisi seseorang kita harus mengandaikan diri kita di posisinya saat ini? Baiklah ini hanya masalah kecil. Senyumin saja dan jika kamu berhasil melaluinya centang besar kamu sudah mendewasakan diri untuk tidak mengambil pusing pertengkaran kecil ini.
Ada Hal Baik Bagi Orang yang Sabar Menunggu dalam Penantian, Doa yang di Panjatkan Tentu Saja Memberi Jawaban
Beberapa bulan setelah dia disana aku mendengar kabar baik melalui telepon. "Kamu siap menikahkan? Mama bakal datang buat bertemu orang tuamu beberapa minggu lagi. Maaf aku ga bisa ikut kerumah ya. Mama datang buat menunjukkan itikad baik aku serius untuk hubungan yang lebih baik lagi. Saat tau kabar itu aku sontak mengabari orang tuaku dong. Kabar baik ini tak boleh disimpan sendiri.
Aku bersyukur ternyata kita sedewasa ini dalam berkomitmen. Ini bukan masalah jarak atau waktu tapi tentang kesabaran bagi penyintas seperti aku. Yang ada hanya kalian perlu membiasakan diri. Dan berkomitmenlah karena setelah menikah pun hal yang sama yang akan dihadapi. Kalian kuat, kalian tangguh dan kalian spesial. Setelah penantian panjang aku bisa kembali menatap matanya walaupun tau dia pulang ini pun untuk pergi bertugas kembali. Tak apalah sebentar saja untuk mengobati kepuasan mata melihat dia lagi.
Buat teman-teman penyintas LDR boleh menjalani ini semua sambil berdoa ya. Kekuatan juga bisa didapat didalam doa. Tidak perlu takut menghadapi LDR. Toh yang terbaik sudah dipersiapkan di akhir. Tidak perlu terlalu meratapi kesendirian sementara ini. Hiburlah dirimu yang terjadi sekarang ini pun untuk masa depan kalian kelak. Kata terakhir sesama penyintas ialah “KALIAN HEBAT”. Bersahabatlah hai waktu! Bersahabatlah hai jarak! Aku sudah merelakan hatiku untuk kau kendalikan saat ini. Jangan kecewakan penantianku.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”