Kutitipkan Dia PadaMu, Tuhan

Aku bahagia bisa mengenalmu

Advertisement

Kau hadir di kala hatiku sedang terluka karena cinta. Hadirmu seakan menjadi penyejuk jiwa yang aku harapkan tatkala cintaku kandas bersamanya. Seiring berjalannya waktu, aku bisa melupakan bayang-bayangnya yang selama ini melekat erat dalam hidupku.

Kau tahu? Tak mudah bangkit kembali setelah peristiwa yang paling menyakitkan terjadi dalam hidupmu, terlebih bagi seorang wanita. Untuk bisa mendapat kepercayaan mengenal kembali sosok laki-laki saja butuh keberanian yang tiada terkira. Dan kau berhasil membuatku percaya.

Maret menjadi bulan awal perkenalan kita. Saat itu kau datang menemuiku di kota ini usai menyelesaikan urusan dinasmu di kota nan jauh di sana. Menjumpaimu untuk kali pertama tak mudah rasanya. Butuh kepercayaan diri dan kesiapan hati. Namun sosokmu begitu berbeda. Kau ramah dan terbuka, hingga berbincang denganmu nampak akrab dan menyenangkan. Saat itu kita terlalu asyik bercengkrama hingga malam kian larut pun seakan tiada terasa.

Advertisement

Sejak pertemuan pertama itu kita menjadi semakin akrab saja. Sering berkirim kabar via pesan-pesan singkat selalu kita lakukan meskipun jarang bisa berjumpa. Walau baru dua kali bertemu denganmu, kau sudah menjelma menjadi sosok yang berbeda. Denganmu, aku bisa bercengkrama dan berbagi cerita apa saja, tak jauh berbeda denganmu. Hanya saja, aku takut mengharapmu lebih dari ini, karena aku takut kembali terluka. Tapi aku tidak bisa mengingkari rasa di hatiku yang terus saja memikirkanmu.

Kau tak pernah tahu bagaimana gelisahnya aku saat tak ada kabar darimu. Namun apalah dayaku. Saat rindu datang, aku hanya bisa menyebut namamu dalam doaku, mendoakanmu, dan berharap kau yang jauh di sana tak pernah lupa denganku. Tak dapat kupungkiri, kenyamanan yang kau hadirkan, seiring berjalannya waktu menjadi benih-benih perasaan yang terus tumbuh di hatiku. Perasaan yang tak dapat aku cegah. Haruskah aku jujur padamu dan menyatakan segala yang kurasakan dalam hatiku?

Advertisement

Aku tahu, aku tak berhak atas dirimu. Kau adalah laki-laki yang bebas menentukan ke arah manakah jalan dan tujuanmu. Aku tak akan pernah menghalangimu. Berjalanlah dan terus kejar impian yang belum bisa kau tunaikan. Kelak suatu hari nanti, jika kau lelah berjalan, mampirlah menemuiku walau itu hanya sebentar dan untuk yang terakhir.

Aku akan menunggumu datang. Jika pun suatu ketika kau tak pernah datang, aku akan tetap tersenyum untukmu. Setidaknya kita pernah saling mengenal. Mungkin Tuhan hanya menciptakan kita untuk saling mengenal. Seandainya aku boleh meminta lebih pada-Nya, sudah tentu aku akan meminta hatimu dan berharap agar aku bisa menjadi teman yang akan terus berada di sampingmu seumur hidupku.

Aku ingin menemanimu dalam setiap perjalanan di hidupmu. Aku ingin agar aku menjadi salah satu alasanmu untuk pulang ke rumah setiap hari dan memandangimu tatkala aku membuka mata hingga menutupnya lagi. Tapi itu semua tergantung pada-Nya Sang Maha Sempurna. Terlepas dari apa pun takdir darinya nanti, aku sangat senang bisa berjumpa denganmu. Walau hanya dalam tempo yang singkat, aku senang bisa bertemu denganmu. Karena darimulah aku banyak belajar tentang hal-hal yang selama ini belum pernah aku dapatkan.

Terima kasih padamu yang tersayang, untuk segala nasihat yang sempat kau berikan. Kau selayaknya teman, kakak, saudara, dan bahkan lebih dari itu semua yang bisa membuka jalan pikiranku, yang mendorongku untuk bisa lebih maju dan lebih baik dari sebelumnya. Terimakasih telah datang di hidupku.

Aku menitipkanmu pada Tuhan, agar bisa menjagamu lebih baik dari aku.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mengajar, membaca, suka menulis...