ADVERTISEMENTS
Puisi 1: Tempat Segudang Ilmu
Siang itu
Terik matahari membasahi tubuh
Panas menusuk kulit
Tak ada sentuhan hembusan udara
Tapi tak ada lelah bagi penuntut ilmu
Berjuang melawan ganasnya
Sang Surya
Mengalah?
Tentu tidak….
Apalah arti kulit hitam nan bagus
Dibanding cita-cita yang belum digapai dari kecil
Cuaca esok menanti dengan setia
Kehidupan bahagia menjadi cita-cita
Walau selama jantung berdetak
Dan jiwa raga sudah terpisah
Di kehidupan itu kebahagiaan ingin dicapai juga
Perjuangan itu dirasakan
Tak pernah mengenal lelah
Di tempat segudang ilmu
Demi gelar sarjana
Yang singkat
ADVERTISEMENTS
Puisi 2: Dalam hatiku
Terdengar suara angin melambai-lambai
Nyanyian ombak menari-nari di pikiranku
Pasir putih yang bertaburan menghiasi kalbuku
Ingin ku berlari mengejar pelangi yang kelabu
Begitu indahnya senja itu?
Langit tersenyum malu melihat keindahannya
        Pikiranku terlintas……
        Akankah aku dapat menikmati keindahan senja itu?
        Tidak, Itu semua hanya mimpi
        Karena aku hanya berkhayal
        bisa kembali di kota itu lagi
        Mungkinkah aku kembali?
        Mengukir kenangan yang terlintas dalam benakku
ADVERTISEMENTS
Puisi 3 : Adonaraku
Dinginnya suasana pagi menusuk jiwaku
Seketika matahari pagi datang menyapa
Tiba nuansa baru yang mengajakmu dalam canda,
Tegakkan badan mu,
Rentangkan tanganmu,
Tuliskan batinmu,
Lalu, biarkan sang surya menghiasi alam ini
Alam yang begitu indah
Yang aku singgahi
Adonaraku..,…
Identitas kelahiranku
Raden sawah melahirkan petani ulung
Menghasilkan bahan kehidupan bagi setiap insan
Sangat bangga menjadi bagianmu
Aku berjanji pada diriku
Akan ku jaga selalu
Di mana pun itu dan kapanpun itu
Kubentakan kakiku selalu.
ADVERTISEMENTS
Puisi 4 : Bumiku Tempat Ternyaman
Bintang itu indah tapi hanya sementara
Langit itu indah tapi tak terlalu indah buat kehidupanku
Cahaya bulan juga indah tapi hanya ada saat malam
Matahari pagi pun indah tapi membuat panasnya tubuh
Tempat ternyaman yang berharga yaitu bumi
Di dalamnya banyak kebahagiaan yang bisa diperoleh
Yang menemani kita di waktu susah maupun duka
Dirimu adalah kehidupanku
Tempat untuk menggapai segenggam harapan
Yang menemani sepanjang perjalananku
Tak pernah menghianati hidupku
Selalu setia bersamaku
Walau kakiku selalu menginjak di tubuhmu
Kau tak pernah meninggalkanku.
Puisi 5 : Meja Tanpa Nama
Langit Indah bercampur dengan awan
Terik matahari merasa indah dari awan yang putih
Sang angin merasuk dalam jiwaku
Saat itu memberikan sejarah kau dan aku
Pertemuan yang mengawali suatu cerita
Tentang kisah kau dan aku
Tegaknya papan kayu yang menjadi saksi bisu
Sangat sederhana
Tapi bukti kisah kau dan aku akan dimulai
Coklat warna kulitnya
Berkaki seperti manusia tapi papan menyangganya
Tak bersuara dalam pola apapun
Jiwa dan raganya tak ada suara
Tak ada nama dalam dirinya
Tapi dia yang selalu menemani setiap pertemuan kau dan aku
Sebuah meja
Walau akan hancur
Tak bertahan lama karena dimakan binatang
Tapi bukti kisah kita tak akan usai dimakan waktu.
ADVERTISEMENTS
Puisi 6: Bersandar Dalam Kelam
Kegalauan menghampiriku di tengah-tengah malam
Sudut rumah pun ikut menjadi tempat sandaran
Setiap senyumku, ruang ini menjadi saksi
Tak berkata, hanya terdiam dalam keheningan
Tapi dirimu tak pernah membuatku menangis
Tak seperti mereka yang berbicara dan bernyawa
Mereka yang telah meninggalkan luka dalam hidupku
Menaruh kerikil tajam dalam pijakan kakiku
Kau tetap tenang melihat dan mendengar keluh kesahku
Memberikanku tempat untuk bersandar
Dalam seduanku,
Kau memberikan sejuta kenangan untuk ku tabung di sini
Meski sebuah kota kecil yang tak berjiwa
Tak bernyawa,
Tak berasa,
Tak bercipta,
Tapi dirimu selalu mengisi semua cerita
Sebuah kisah dalam sejenak umur hidupku.
ADVERTISEMENTS
Puisi 7 : Ku Rindu Mama
Setiap kupenjamkan mataku, selalu terlintas senyummu
Setiap kali ku tutup telingaku dari bisingnya kota,
Terdengar selalu kau memanggil namaku
Setiap kupandang langit yang biru, dadaku menjadi terasa sesak,
Bagai rindunya seorang anak terhadap pelukan ibunya
Mah…..
Setiap kali aku mendengar burung-burung berkicau
Aku selalu sedih dan terdiam
Karena kesunyian dan kesendirian yang menghampiriku
Selalu teringat belaian kasih sayangmu
Mah…..
Bayang-bayangmu selalu terlintas
Di setiap kekosongan pikiranku
Karena engkau yang selalu kucinta dan selalu ku sayang selamanya .
Puisi 8 : Diam
Dia Diam
Diam
Diam
D i a m
Kata-kata Yang tak pernah terucap
Kalimat yang tak pernah dilontarkan
Tuhan
Dia kembali terdiam
Membisu
Tuhan
Begitu diam dirinya
Hingga
Takut temukan lagi kunci
Untuk membuka pintu hatinya.
Puisi 9 : Jatuh Hati
Hadirmu dalam hidupku, mewarnai kehidupanku
Begitu tidak mengerti diriku
Apa yang aku rasakan
Perlahan-lahan kupahami kehadiranmu
Kadang aku merasa rindu
Kadang aku merasa bimbang
   Tapi aku tak percaya
   Kau sudah membuatku tak berdaya
Untuk ungkapkan apa yang sedang aku rasakan
Mungkinkah ini jatuh hati?
   Bahagia dan sedih timbul karena cinta
   Hidup begitu hampa tanpa cinta
Hari penuh warna karena adanya cinta
Datang membawa sejuta kebahagiaan
Kemudian pergi meninggalkan luka
   Sempurnanya cinta dihiasi rasa setia dan percaya
   Karena setia dan percaya
   mampu menguatkan dua insan
   Menjadikan cinta akan abadi selamanya.
Puisi 10 : salahkah ?
Salahkah ?
          Saat kau hadir, ku tak sadar akan tergila
Salahkah ?
          Pertemuan yang singkat tak membawa kesan apapun
Salahkah ?
          Konflik asmaramu membuatku dekat denganmu
          Hingga ku tak sadar telah ada getaran di dadaku
          Seperti sihir yang menyedotku dalam dilema ini
Salahkah ?
          Jika kekaguman menguasai naluriku
          Ku tak peduli akan apapun
          Hanya satu namamu yang menggerakkanku
          Seperti boneka
  Dan salahkah bila aku memilih hati di atas cinta
  Dari tali persahabatan?
  Kamu yang punya kuncinya
Salahkah aku?
   Bila aku seperti keledai yang tak pernah
   Mencium rumput saat kau berlari jauh sekali
   Hingga ku tak bisa melihat bayangmu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”