Kampus Lain Minggir Dulu, Ini Alasan Kuliah di UNS Itu Salah Satu Keberuntungan

kuliah di UNS

Memilih kampus itu ibarat mendapatkan jodoh, cocok–cocokan. Seperti halnya saya, diterima UNS tanpa diduga–duga, yang awalnya pun saya tidak pernah berfikiran untuk apply masuk ke sana. Banyak pengalaman saya selama berkuliah di kampus tercinta tersebut, dari mulai bagaimana suasananya, teman–temannya, tempat nongkrongnya, sampai perasaan rindunya setelah lulus.

Advertisement


Kamu belum tahu UNS itu apa ? Wah mainmu kurang sore nak.


Mari saya beri tahu dulu.

Sedikit saya cerita sejarah, pemerintah kala itu memutuskan untuk membentuk perguruan tinggi negeri dengan menggabungan beberapa universitas yang berada di kota Surakarta, resminya pada tanggal sebelas Maret pukul 10.00 tahun 1976 diumumkanlah sebuah Keputusan Presiden Indonesia tentang pembukaan Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret, seperti layaknya universitas lain untuk mempersingkat nama maka ditentukanlah akronimnya bernama UNS, namun, sesuai dengan Keputusan Presiden No. 55 tahun 1982 terdapat sedikit pergantian nama yang lebih ringkas, awalnya Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret menjadi Universitas Sebelas Maret tanpa mengganti akronim UNS.

Advertisement

UNS berlokasi di pinggiran kota Solo, ya betulan kota Solo bukan yang kaleng–kaleng. Kampus ini nggak kalah romantis dengan UGM dan nggak kalah berkesan seperti di ITB, jadi nggak ada alasan untuk menolak kampus ini.

Selama saya berkuliah dan tinggal di Solo kurang lebih 5 tahun, saya mendapatkan banyak alasan kenapa saya betul–betul sedih saat lulus karena harus melepas Solo yang sudah saya anggap sebagai kampung halaman saya sendiri, jadi sampai saat ini pun, kalau ada hari libur, selalu saya sempatkan berkunjung ke Solo sekalian mlipir ke UNS.

Advertisement

Bagi adik–adikku calon mahasiswa, saya punya referensi dan alasan bagus kenapa kalian harus apply ke kampus ini.

Punya reputasi di Indonesia

Jangankan kamu, saya pun yang awalnya belum menjadi mahasiswa UNS, saya betul–betul tidak tahu UNS itu kampus apa, lokasinya di mana, kualitasnya seperti apa, ya alasannya mudah saja, karena UNS kalah pamor dengan kampus tetangga di kota sebelah. Tapi banyak yang tidak tahu juga ternyata UNS punya kualitas yang tidak kalah juga dengan tetangga sebelah. Saya sebagai alumni, tentu dengan berbangga hati menyampaikan bahwa UNS adalah salah satu jajaran kampus terbaik yang ada di negara ini.

Per hari ini saya menulis artikel, UNS berada di posisi 10 universitas terbaik di Indonesia versi Webometrics, lalu mengukuhkan posisi 8 universitas terbaik di Indonesia versi 4ICU, lalu UNS menjadi salah satu kampus percontohan area ramah lingkungan dengan komitmen membangun kampus yang green area, hal ini ditunjukkan dengan menempati posisi 7 UI GreenMetric The Most Sustainable Campus in Indonesia. Belum lagi saat ini UNS terus melakukan pembenahan untuk menjadi WCU (World Class University) bersama seluruh kampus terbaik di negara ini.

Merujuk dari data pendaftar SBMPTN tahun 2019, UNS secara nasional menduduki peringkat kedua dengan mencatatkan total pendaftar di rumpun Soshum 24.442 peminat dan di rumpun Saintek 24.293 dengan total peminat 49.735 peserta. Maka kesimpulannya, semakin tinggi peminat di suatu kampus, maka daya saing pun akan semakin ketat, sehingga berpengaruh terhadap proses penyeleksian, tentu yang akan terpilih dan lolos adalah putra putri terbaik bangsa. Itu tahun 2019, kita tunggu saja di tahun ini berapa peminat yang mendaftar ke UNS.

Biaya hidup yang sangat mengejutkan

Mohon maaf sekali bukannya sombong, seperti layaknya mahasiswa rantau lainnya, kami di kota metropolitan, sebut saja daerah Jabodetabek terkenal dengan biaya hidup yang cukup tinggi. Untuk makan sehari saja, kami perlu merogoh kocek yang tidak sedikit, saat saya menjadi mahasiswa di UNS, saya terkejut bukan main dengan biaya hidup yang begitu murah. Kami di UNS kerap memilih Burjo, warung makan yang sudah dijelaskan panjang lebar oleh Dicky Setyawan atau warung PokWe (Jipuk Dewe) atau warung makan prasmanan yang kita bisa memilih sendiri makannya apa dan lauknya pakai apa. Luar biasa murah, saya tidak bisa sebutkan nominalnya, sebab nominal menurut saya cukup subjektif.

Belum lagi biaya kos di Solo yang sudah all-in termasuk WC di dalam dan ada wifi-nya juga cukup bersahabat di kantong kami anak rantau. Apalagi memilih kos–kosan yang lebih ekonomis lagi dengan pilihan tidak ada wifi dan wc diluar ada pilihan yang bagus juga untuk menghemat biaya.

Bensin? Halah mahasiswa mau kemana sih? Ppaling ya ke kampus–kosan, kampus–kosan saja, mau muter ke Solo pun termasuk tidak bakal menghabiskan banyak bensin juga, kalo motormu Supra lho ya~

Kalo UKT? Haduh, jangan deh sensitif. Tapi yang jelas UNS merupakan kampus dengan biaya yang cukup murah dibandingkan dengan kampus–kampus lainnya menurut saya lho ya. Jangan didemo.

Lokasi kampus yang ngangeni

Kalau bicara UNS, tidak bisa dipisahkan dengan green campus-nya. Memegang predikat kampus percontohan untuk penghijauan, tidak bisa dipungkiri kampus UNS merupakan kampus yang memiliki suasana adem dan sejuk. Di setiap spot kampus, dipenuhi dengan pepohonan yang menambah suasana sejuk dan ademnya.

Nah yang paling ikonik ini, kalau memasuki musim hujan, biasanya kampus UNS serasa seperti kampus di Jepang. Bunga–bunga dari Pohon Angsana ini mulai berguguran di musim penghujan biasanya September–November. Coba kamu lihat di Google “Angsana UNS” atau “Sakura UNS”, banyak gambar–gambar yang menunjukkan suasana musim gugur ala UNS. Betul–betul serasa di Jepang.

Bicara fasilitas? UNS punya fasilitas lengkap yang menunjang aktivitas mahasiswanya. Ada Masjid, Gereja, Pura, Vihara, dan Klenteng. Mau olahraga? Ada jogging track-nya, lapangan olahraga di setiap fakultas pun punya, mau fitness pun bisa, mau main bola di lapangan besar ada.


Lokasi–lokasi tersebut cukup menggambarkan betapa ngangeni-nya UNS bagi saya dan alumni–alumni lainnya.


Kotanya menyenangkan

Selama saya bersekolah disana, tentu rugi rasanya kalau nggak plesiran keseluruh sudut di kota Solo. Tidak usah ragu dan tidak usah bimbang bagi mahasiswa dari luar kota, di Solo kamu bisa sesuka hati nongkrong di mana saja yang kamu mau. Ada coffee shop, ada mall, ada angkringan, ada food corner, ada konser dan pertunjukan musik, welah banyaklah pokonya.

Dulu saat saya masih berkuliah di sana, tempat beberapa spot favorit saya selama berkuliah di sana ada jus bhayangkara yang ada di sekitaran kompleks Stadion Sriwedari mulai buka biasanya siang menuju sore sekitar pukul 2 atau 3 siang dan tempat itu terus dipenuhi pengunjung menjelang maghrib. Atau melipir agak jauh lagi di sekitaran jalan Adisucipto menuju arah Colomadu atau bandara Adisoemarmo, yang hobi susu hangat banyak berjejeran susu segar Shi-Jack, ya tidak hanya di jalan Adisucipto saja ya, Shi-Jack juga bertebaran di titik–titik kota Solo, kalau sekarang tentu sudah berubah mungkin ya.

Kalau malam minggu, ada teman begadang tentu tidak lupa untuk mlipir nge-wedang ronde di pertigaan Gladak, tepatnya di pojok jalan pas di samping GPIB Penabur. Semakin malam, semakin banyak pula pengunjung yang datang terutama bagi pasangan muda yang memadu kasih, tempatnya pun terbilang cukup sederhana, hanya beralaskan tikar serta ditemani wedang ronde yang hangat. Tidak kalah syahdu bukan seperti anak–anak indie ?

Mau cari buku bekas untuk kuliah? Tidak usah khawatir, kalau di Jakarta punya Kwitang, kalau di Solo punya BuSri (Mburi Sriwedari), berlokasi tepat di belakang Stadion Sriwedari yang berada di pusat kota Solo, terdapat satu area kompleks tempat para pedagang kios buku berjejeran menjajakan berbagai macam buku–buku perkuliahan, sekolah, fiksi, non fiksi, novel, dll. Bagi kaum mahasiswa yang berkantong tipis, ketimbang ke Gramedia, BuSri adalah pilihan tepat untuk hunting buku–buku.

Atau kamu anak Jekardah, yang nggak bisa hidup tanpa nonton konser musik atau pagelaran seni lainnya? Wah jangan salah, Solo pusatnya budaya gengs, di Solo ada Benteng Vastenburg yang biasanya rutin menggelar pegalaran seni yang rutin digelar contohnya seperti Solo Performing Arts (SIPA) dan Solo City Jazz. Di Balaikotanya juga demikian, festival kebudayaan pun sering sekali digelar, yang paling ikonik adalah pasar gede di Solo yang punya jam di tengah–tengahnya mengingatkan saya seperti monument tugu di Jogja.

Nah, yang ini favorit saya. Kalau sudah sore, ya sekitar jam 4 atau jam 5an, saya sengaja datang ke area bandara Adi Soemarmo, melihat pesawat landing. Ya, ini betul–betul terjadi dan fakta. Warga sekitar begitu senang menghabiskan sore hanya untuk sekedar melihat pesawat yang landing, bahkan mereka kerap menggelar lapak disambi minum es degan (es kelapa muda) yang dijajakan di sekitar area tersebut. Ada satu spot, di luar pagar besi bandara, begitu banyak warga duduk bersantai sambal menunggu pesawat landing, bahkan ada yang sampai parkir di mobil lho, betul–betul asyik kan.

Sudah tidak ada habisnya deh.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Teman Ngopi yang Baik