Setelah berjalan hampir jauh dan menerobos ruang waktu yang panjang, jujur ingatanku belum pudar tentangmu. Sering kali kata "ikhlas" dianggap hal yang remeh, namun apa makna dari kata ikhlas itu sendiri? Seandainya waktu itu kita tidak bertemu, akan kah ada perasaan itu?
Mungkin aku tidak akan merasakan patah hati sedalam ini. Kamu pasti paham, memiliki rasa ini memang bukan hal yang mudah. Sama halnya dengan memutuskan untuk membangun hubungan denganmu 4 tahun yang lalu. Banyak sekali yang berubah dalam hidupku, mulai dari kepribadian buruk yang mulai terkikis nyata. Cara pandang untuk melihat luas dunia, bahkan membiasakan diri mengucapkan kata maaf dan terima kasih yang sebelumnya belum kukenal.
Kamu pribadi yang sederhana namun terlalu membekas untuk kulupakan. Setelah melalui proses panjang, akhirnya kita ada di ujung obrolan soal kelanjutan hubungan. Aku masih belum percaya bahwa hanya denganmu aku bisa membahas soal pernikahan dan benar bisa membayangkan itu dengan jelas. Bagaimana bisa saat itu aku langsung klik denganmu dan percaya bahwa kamu bisa bertanggungjawab untuk komitmen ini?Â
Tapi hidup memang sebuah pilihan, bagaimana memilih untuk tetap tinggal namun hidup dengan rasa ragu atau memilih pergi mengikhlaskan untuk berbenah. Pilihan yang sulit memang, tapi mengikuti kata hati juga bukan hal yang salah. Kita sudah hampir mewujudkannya!Â
Namun semua berubah tanpa perlu hitungan bulan. Lewat perdebatan yang alot pagi itu, kamu memutuskan untuk pergi dengan alasanmu yang berbelit. Jujur aku kacau semenjak hari itu, aku harus benar-benar membiasakan diri tanpa campur tanganmu. Tak terhitung berapa kali senja sudah menghiasi relung hati. Tak peduli banyak hati yang sudah menyapaku, entah aku hanya tertarik denganmu. Belum ada yang bisa melebihi kualitasmu. Kata hatiku masih berpihak padamu.
Terima kasih kamu, masa lalu yang sempat berdiskusi panjang soal pernikahan denganku. Karenamu aku menyadari ikhlas itu bukan sekedar kata-kata, tapi harus dimaknai dengan tulus. Saat aku menulis ini, aku sudah sangat rela dengan kepergianmu dan semua tentangmu. Sudah tidak ada harapan yang aku sematkan, kamu hanya segelintir masa lalu yang aku doakan dalam diam. Aku enggan mendendam dan telah berhasil menyusun emosi dengan rapi. Apabila benar kamu takdir yang pernah aku yakini, kita akan bertemu disaat yang tepat. Tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”