Tentang rindu yang menyesakkan dada. Kala jumpa telah menjadi ketidakmungkinan
Meratapi sepi adalah kesia-siaan. Menangis hingga mataku sembab pun hanya melelahkan. Benar rupanya menahan rindu tanpa bersua itu berat. Kamu mungkin tidak akan kuat.Â
Aku membenci jarak yang memisahkan kita. Menggutuknya seolah-olah dia adalah hal yang paling penuh dosa. Sebenci itu aku pada jarak yang menghentikan langkah kita untuk bersama. Jarak kita begitu jauh memberi kekosongan pada ruang dalam hidupku. Menghilangkan semangat dalam hidupku.Â
Ku titip rindu pada setiap bulir hujan yang turun membasahi bumi kepadamu.
Semoga kamu bisa merasakan rintik rindu dari aku yang kian melangsa. Dinginnya hujan tidak mampu meredam gemuruh didada tak hilang sedikit pun rasa rindu dihati. Justru sendu hujan membawa aku terbuai dalam kenangan kita bersama. Hingga aku tidak mampu menahan tangis kesedihan.
Ingin aku memelukmu, membawamu dalam dekapku.Â
Tentang rindu yang melangit. Aku meyapa kamu pada semesta yang memilikimu.Â
Kenapa waktu temu kita begitu singkat. sangat berat bila rindu ini tak berujung dengan temu. Sakit sekali bila rindu ini tak terbalas dengan hadirmu yang kurindu.Â
Berkali-kali aku memohon nyatanya dunia kita sudah tak sama lagi. Rinduku tinggalah semu. Aku dipaksa menelan kepahitan seorang diri.Â
Â
Saat aku sudah pada titik tidak mampu lagi menahan pahitnya kerinduan.
Aku menangis sesegukan di pusaramu. Tempat dimana aku melampiaskan rindu. Tempat temu kita yang Allah ciptakan. Meratapi kepergianmu yang begitu cepat. Aku menyangkal jika semua hanya mimpi buruk. Namun ditampar oleh kenyataan, kamu sudah tak disisiku lagi. Batu nisan itu bertuliskan namamu.Â
Aku lepas rindu yang terus menyesakkan dadaku, membuatku sulit untuk menghembuskan nafas.
Aku titip rinduku yang telah menggunung dalam doa-doa panjang pada setiap sujudku. Aku titip padamu Ya Allah, segala hal yang aku cintai. Pada dia yang telah lebih dulu meninggalkanku.
Kuatkan aku Ya Allah, ikhlaskan aku melepasnya bersamaMu. Aku menyadari kini aku tidak baik-baik saja. Aku takut jika terus begini aku akan semakin lemah dan tak berdaya.Â
Â
Dari aku , ibu yang merindukanmu anak-anakku.. Setiap hari dalam setiap nafasku, aku rindu tangan-tangan mungil itu memelukku.Â
Aku rindu mencium dan mendekapmu . Memberi kehangatan pada tubuhmu yang kedinginan. Aku rindu dengan tingkah polosmu saat mendengar celotehku, meski tahu kamu tidak dapat membalas ucapanku namun binar matamu menjadi penyejuk hatiku.Â
Nak.. Rindu ini tidak dapat digambarkan oleh kata-kata. Terkadang ibu hanya mampu menangis dalam doa-doa yang ingin dilantunkan.Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”