Banyak orang berpendapat bahwa orang-orang yang tidak mempunyai pasangan adalah orang-orang yang tidak “laku”, padahal ada berbagai macam alasan seseorang belum mempunyai pacar. Ada orang-orang tertentu yang justru bukannya tidak laku melainkan banyak menolak orang-orang yang mendekatinya dengan alasan tidak cocok. Banyak orang yang belum mempunyai pasangan karena belum menemukan orang (calon pasangan) yang tepat.
Jika mendengar alasan bahwa belum bertemu pasangan yang tepat, tidak sedikit orang yang menanggapi dengan berkata bahwa kriteria tidak usah terlalu tinggi atau tidak perlu terlalu pemilih dalam pacar, nanti susah dapat pacar. Banyak orang juga yang mungkin menyarankan untuk menurunkan standar jika menilai bahwa standar yang ditentukan terlalu tinggi.
Akan tetapi, bukankah sebenarnya hal yang wajar jika kita menginginkan yang terbaik untuk diri kita sendiri?
Mencari pasangan atau jodoh bukan hal yang mudah atau simple. Banyak orang yang berharap bahwa mereka dapat menikah sekali seumur hidup, jika mendapatkan pasangan yang “salah” bukankah bisa menjadi kesedihan atau bahkan penderitaan seumur hidup? Ketika seseorang mempunyai kehidupan baru (dalam hal ini menikah) seseorang pasti berharap bahwa hidupnya akan menjadi lebih baik dari sebelumnya, memilih pasangan yang “salah” dapat membuat seseorang mempunyai kehidupan yang tidak lebih baik atau bahkan lebih buruk dari sebelumnya. Maka, sebenarnya hal yang wajar jika ketika masih mempunyai waktu dan kesempatan untuk memilih (pada masa pencarian pasangan), seseorang berusaha keras memilih yang menurut mereka terbaik.
Seseorang memilih pasangan yang menurut mereka terbaik, sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang mereka tetapkan sendiri, baik itu yang mereka sadari atau tidak mereka sadari. Kriteria tertentu tersebut berbeda setiap orangnya, tergantung masing-masing orang. Ada orang-orang yang mungkin ingin mempunyai pasangan yang pendiam, tetapi ada orang-orang yang ingin mempunyai pacar yang aktif. Ada orang-orang yang ingin mempunyai pasangan yang cuek dan tidak otoriter, ada yang justru ingin mempunyai pasangan yang suka mengatur.
Kriteria seseorang biasanya tergantung dari kebutuhan dan karakteristik masing-masing orang, sehingga suatu hal yang wajar jika setiap orang mempunyai kriteria dan selera masing-masing yang pastinya berbeda-beda. Oleh karena itu, sebenarnya tidak ada kriteria yang lebih baik dibandingkan kriteria yang lain. Akan tetapi, karena kriteria dan karakteristik orang berbeda-beda, tidak sedikit orang yang merasa bahwa kriteria mereka lebih baik daripada kriteria orang lain, bukan hanya kriteria untuk pasangan mereka sendiri tetapi juga untuk pasangan orang lain.
Sebagai contoh, ketika perempuan mempunyai pasangan yang jauh lebih tua, lebih pendek, atau lebih bodoh dari perempuan tersebut, tidak menutup kemungkinan bahwa orang-orang terdekatnya tidak setuju dengan keputusannya tersebut. Pada saat itu, mungkin banyak orang-orang terdekatnya tidak begitu setuju atau bahkan menyarankan untuk putus. Mereka mungkin merasa bahwa pasangannya tidak cocok dengan perempuan tersebut dan perempuan tersebut seharusnya mendapat laki-laki yang misalnya lebih kaya, lebih pintar, dsb. Mereka merasa bahwa kriteria pasangan untuk perempuan tersebut versi mereka, lebih baik daripada kriteria perempuan tersebut sendiri. Jika orang-orang terdekat tidak begitu menyetujui pendapat atau kriteria kita, tidak jarang bahwa orang-orang terdekat kita akan menyampaikan pendapat mereka secara terus-menerus kepada kita, sehingga membuat kita juga semakin aware dan mulai mempertanyakan pilihan atau kriteria kita.
Terkadang pilihan atau kriteria yang kita tentukan memang belum tentu benar-benar yang terbaik untuk kita dan tidak ada salahnya mempertimbangkan pendapat atau pandangan orang lain. Akan tetapi, jangan sampai pandangan orang lain lebih mempengaruhi kita dibandingkan diri kita sendiri, karena seperti halnya kita yang dapat “salah”, pandangan atau pendapat orang lain juga dapat “salah”.
Setiap orang mempunyai persepsinya masing-masing akan hal-hal tertentu. Baik atau tidaknya seseorang tergantung dari persepsi masing-masing orang tersebut. Ada orang yang mengatakan bahwa jika seseorang suka menolong maka orang tersebut adalah orang baik, tetapi ada orang yang mengatakan bahwa orang yang suka berbagi adalah orang baik. Hal tersebut memperlihatkan bahwa pandangan seseorang terhadap sesuatu, dalam hal ini baik atau tidak, tergantung dari persepsi atau definisi seseorang terhadap hal tersebut.
Selain itu, sifat yang terlihat dari luar juga belum tentu merupakan sifat asli seseorang. Seorang psikopat biasanya terlihat tidak mempunyai masalah dalam kehidupan sosialnya, bahkan ada yang dikenal sangat baik dan ramah oleh tetangga-tetangganya. Ketika seseorang mengenal diri kita maupun pasangan kita, seseorang hanya melihat dari luarnya saja, hanya sedikit orang-orang yang bisa mengenal diri kita seperti kita mengenal diri sendiri.
Orang yang paling mengenal sampai ke dalamnya kita seharusnya adalah diri kita sendiri, bahkan mungkin orang yang paling dekat sama kita tidak mengenal kita sebaik diri kita sendiri. Kita yang mengetahui apa yang kita butuhkan dan kita inginkan, baik itu secara disadari maupun tidak disadari. Ketika kita suka berbicara di depan umum, orang mungkin akan mengatakan bahwa kita mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, padahal belum tentu seperti itu.
Bisa saja sebenarnya kita minder, hanya saja karena tuntutan pekerjaan atau tuntutan lainnya maka kita mau tidak mau sering berbicara di depan umum. Orang yang mengetahui hal tersebut mungkin hanya diri kita sendiri, oleh karena itu sebenarnya yang mengetahui kriteria seperti apa yang cocok buat diri kita adalah diri kita sendiri.
Hanya saja, terkadang kita memang perlu orang lain untuk membuat kita semakin sadar akan diri kita sendiri. Sebagai contoh ketika kita terlalu lama bekerja atau bermain, terkadang kita memerlukan orang lain mengingatkan kita untuk makan, mandi, atau sekedar istirahat. Kita sebenarnya sadar bahwa kita perlu makan, mandi, atau istirahat, hanya saja karena terlalu asyik melakukan kegiatan kita, kita jadi mengabaikan atau melupakan makan, mandi, atau istirahat. Hal tersebut terkadang kita lakukan tanpa disadari, sehingga kita memerlukan orang lain untuk bisa mengingatkan, memberi tahu ,atau menegur kita.
Setiap orang mempunyai kriteria yang biasanya sesuai dengan preferensi masing-masing, yang berbeda satu sama lain. Kenyamanan dan selera seseorang berbeda-beda, sehingga seharusnya seseorang tidak terlalu terpengaruh dengan pandangan seseorang mengenai kriteria pasangan yang harus dimiliki. Sebagai contoh, ketika seorang perempuan mempunyai pasangan yang lebih pendek darinya, mungkin orang-orang akan memberikan tanggapan-tanggapan tertentu atau ketika perempuan yang cantik dan kaya menikah dengan laki-laki yang berwajah biasa-biasa saja dan ekonominya juga biasa-biasa saja, maka akan ada banyak tanggapan-tanggapan yang mungkin cenderung negatif.
Akan tetapi, sebenarnya daripada menanggapi tanggapan-tangapan tersebut, yang paling penting adalah orang-orang yang menjalani hubungan tersebut. Jika sebenarnya orang-orang yang menjalaninya baik-baik saja, enjoy, dan tidak terlalu bermasalah, kenapa harus mendengarkan pendapat orang lain? Pendapat-pendapat tersebut memang dapat dijadikan pertimbangan atau saran, akan tetapi jangan sampai pendapat tersebut terlalu mempengaruhi diri kita dan hubungan yang dijalani. Ketika kita merusak hubungan kita atau putus karena terlalu mendengarkan pendapat orang lain, yang merasakan sakit karena putus adalah diri kita sendiri, orang lain tidak merasakan apa yang diri kita rasakan. Ketika kita menyesal atas keputusan kita karena terlalu mendengarkan pendapat orang lain, yang merasakan penyesalan juga hanya diri kita sendiri, orang lain tidak dapat merasakan penyesalan yang kita rasakan.
Jika kita sendiri merasa bahwa kriteria kita terlalu tinggi dan banyak, sehingga sulit menemukan pasangan yang cocok. Kita mungkin memang harus mengevaluasi lagi kriteria kita dan mengurangi kritteria-kriteria tertentu. Sebenarnya dalam menentukan kriteria, seseorang tidak perlu terlalu banyak dan detil. Ketika seseorang sudah jatuh cinta pada orang lain, biasanya seseorang tidak terlalu memperhatikan kriteria-kriteria yang dibuat sebelumnya. Bahkan dalam kasus-kasus tertentu, seseorang bisa mendapat pasangan di luar kriterianya.
Ada pepatah yang mengatakan ketika sudah jatuh cinta bahkan kotoran hewan terasa seperti cokelat.
Banyak juga lagu-lagu yang menyiratkan bahwa cinta datang secara tidak terduga atau cinta itu buta. Ketika kita sudah jatuh cinta, maka kita tidak terlalu fokus sama kriteria-kriteria sendiri. Akan tetapi, sebenarnya kriteria itu perlu sebagai pegangan atau petunjuk jalan.
Ketika menentukan kriteria pasangan, seseorang mungkin dapat memberikan penilaian terhadap kriteria tersebut, dimulai dari kriteria yang paling penting hingga yang tidak begitu penting atau kriteria tambahan. Kriteria yang paling penting itulah yang dapat dijadikan sebagai pedoman. Pedoman atau petunjuk jalan memang tidak terlalu penting bagi orang-orang yang sudah mengetahui jalan yang akan dilalui dengan baik atau jika tidak mempunyai tujuan yang jelas mau pergi ke mana.
Akan tetapi, pedoman tersebut dapat dijadikan sebagai pengingat bahwa seseorang mempunyai tujuan atau goal yang ingin dicapai, atau ketika jalanan sudah berubah jauh dari yang kita bayangkan atau yang pernah kita lalui, setidaknya kita tidak akan nyasar jauh karena ada satu tujuan jelas yang ingin dicapai. Namun, terkadang kita memang perlu bersikap fleksible, mungkin memang ketika ingin mencapai tujuan, ada jalan-jalan alternatif yang memang lebih enak untuk dijalanin atau lebih sesuai dengan kita, maka kita bisa melewati jalan tersebut. Mungkin juga ketika kita sedang jalan, kita tiba-tiba ingin pergi ke daerah lain, sehingga pedoman tersebut tidak terlalu penting atau berguna lagi.
Walaupun pedoman tersebut belum tentu berguna, setidaknya pedoman tersebut membuat seseorang keep on track dan mempunyai tujuan yang jelas. Ada saat-saat tertentu yang mungkin mengharuskan kita melakukan revisi terhadap pedoman atau kriteria kita, akan tetapi jangan sampai kita menurunkan kriteria atau mengganti pegangan kita karena merasa helpless atau daripada tidak dapat pacar, sehingga kita asal memilih pasangan atau yang penting mendapat pasangan.
Jika kita untuk menentukan kriteria saja tidak berani yang terbaik untuk diri kita sendiri, bagaimana kita bisa benar-benar mendapatkan yang terbaik untuk diri kita?
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.