Saya merupakan penduduk yang tinggal di kota yang bukan salah satu dari Jabodetabek. Saya lahir dan besar di kota tersebut dengan penduduk yang mayoritas memiliki tempat lahir yang sama pula. Kehidupan saya cukup tenang di sana. Dan saya cukup puas dengan kondisi kota tersebut.
Pagi hari bangun dengan suhu udara yang rendah, jalan yang sepi, dan ibu yang hampir menyelesaikan kegiatan memasaknya. Ketika berangkat sekolah pun, saya tidak pernah menemui masalah di perjalanan. Jalan raya tidak berisik oleh klakson, orang – orang sangat jarang membunyikan klakson mereka. Selain itu, tidak ada kemacetan di kota saya. Bahkan ketika hari kerja pada pukul 07.00 WIB hingga 09.00 WIB, jalan raya terpantau ramai lancar. Orang – orang begitu ramah dan baik, setiap kali saya tidak sengaja berkontak mata dengan orang asing, pasti kami saling tersenyum dan menganggukkan kepala sekali. Saya menyadari bahwa itu benar-benar menghangatkan hati setelah saya pulang dari salah satu kota di Jabodetabek.
Saat itu, saya sedang menghadiri acara pernikahan saudara saya yang terletak di salah satu kota di Jabodetabek. Semrawut. Itu kalimat pertama yang muncul di kepala saya ketika perjalanan menuju tempat acara. Kendaraan begitu banyak datang dari berbagai arah, suara klakson bersautan, dan tata letak kota yang tidak rapi, membuat saya merasa pusing dalam arti lain. Apalagi lajur yang begitu banyak membuat saya bingung menentukan arah lewat maps. Saya dan keluarga nyaris menyerah ketika tersesat sebanyak tiga kali, hingga maps tersebut mengarahkan saya melewati sebuah gang yang kecil.
Yang mengejutkan adalah gang tersebut juga macet oleh kendaraan besar seperti mobil. Orang – orang saling membunyikan klakson meskipun tahu bahwa tidak ada ruang untuk bergerak. Kondisi penyebrangan rel kereta juga mengerikan. Mungkin jika tidak ada relawan yang membantu mengatur arus kendaraan di sana, sudah banyak korban yang terjebak di tengah-tengah rel. Saya terus bertanya – tanya, kenapa orang mau tinggal di kota yang padat ini?
Singkat cerita, saya sampai di tempat acara dengan selamat dan tidak terlambat. Acara berlangsung lancar dan pada pukul 20.00 WIB saya sudah dalam perjalanan pulang menuju hotel. Puji syukur, jalanan tidak semacet sebelumnya dan saya sekeluarga pulang tanpa ada hambatan. Keesokan harinya, kami langsung pulang menuju kota kami.
Perjalanan singkat saya tersebut memberikan kesan yang menarik. Tentang betapa bersyukurnya hidup di kota kecil dan ketenangan yang mungkin akan lebih saya hargai nantinya. Saya tidak menganggap kota tadi lebih buruk daripada kota saya, melainkan kenyamanan saya ada di kota ini. Mungkin itu yang menjadi alasan untuk orang – orang di sana menetap adalah karena mereka menemukan ketenangan di sana, sama seperti saya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”