Musik masih menjadi hiburan yang paling banyak diminati masyarakat dunia, termasuk masyarakat Indonesia. Musik kerap menjadi tempat untuk menyalurkan emosi, serta menjadi alat berkomunikasi. Sejumlah musisi mengaku pernah menyampaikan pesan melalui karya seni musik.Tak heran jika musik terus menerus berkembang dari waktu ke waktu. Â
Sejumlah konser musik yang sempat diselenggarakan di Indonesia menandakan tingginya peminat musik di negeri ini. Mengutip dari goodstats.id terdapat beberapa konser di Indoensia dengan penonton terbanyak yang pertama ada Iwan Fals (2014) dengan jumlah penonton 350 ribu, kedua Kantata Takwa (1991) sebanyak 150 ribu, ketiga Slank Virus (2002) sebanyak 80 ribu, keempat Dewa 19 (2023) sebanyak 75 ribu, dan terakhir Blackpink dengan penonton sebanyak 70 ribu.
Konser musik tak hanya digelar dari sebuah acara yang diadakan oleh sekolah, suatu organisasi, atau bahkan acara besar. Namun, dari penyanyi ternama itu sendiri juga mengadakan konser di beberapa negara, seperti Coldplay, Westlife, Raisa, Tulus, Dewa, dan lainnya. Melansir kemenparekraf.go.id, pada tahun 2023 ada 10 konser dan festival musik yang akan hadir di Indoensia.
Ada beragam alasan masyarakat Indonesia saat menghadiri konser musik. Dari mulai menyukai suasana di konsernya, tempat untuk hiburan, dan juga mengikuti tren.
Suka nonton konser selain ngeliat mereka langsung, bisa ngerasain euphoria-nya langsung jadi senang banget sih bisa nyanyi-nyanyi bareng member dan fans yang lainnya. Kalo menurut aku nonton konser itu termasuk tren dan hiburan juga sih, apalagi sekarang lagi zaman-zamannya artis luar negeri dateng ke Indonesia, ungkap Muthia, mahasiswa Malang yang menyukai konser musik.
Permasalahan yang Biasa Terjadi di Konser Musik.
Apakah konser musik sebagai hiburan atau sekedar mengikuti tren. Banyak permasalahan di balik konser musik yang populer akhir-akhir ini. Permasalahan itu muncul dari aksi penyelenggara konser yang tidak profesional maupun perilaku penonton yang terkesan "ugal-ugalan".
Banyak penggemar yang senang dengan kedatengan para idolanya untuk konser di Indonesia, tetapi pastinya tidak sedikit pula di luar mereka juga memanfaatkan momen ini untuk sekedar menjadi tren saja.
Calo menjadi masalah yang sering ditemui di tengah tren konser musik. Mereka membeli tiket dalam jumlah banyak yang kemudian dijual lagi dengan harga yang tinggi. Perbuatan para calo tersebut cukup meresahkan masyarakat Indonesia.
Banyaak banget calo dan orang-orang yang  FOMO (fear of missing out-takut ketinggalan trend) untuk dapate tiketnya, bahkan jadi business gitu dan harganya gila-gilaan jadi tren calo itu pasti ada dan mungkin juga untuk beberapa grup yang besar banyak orang yang cuman FOMO kalo engga konseran makanya beli di calo, ucap fans k-pop NCT Dream, bernama Shasa.
Mudahnya mengaskses pembelian tiket menjadikan siapa saja dapat melakukannya. Semakin besar nama penyanyinya maka semakin banyak pula masyarakat yang ingin menontonnya, bahkan banyak pula yang hanya ingin ikut-ikut saja tanpa adanya unsur penggemar.
Mereka hanya ingin merasakan tren yang sedang marak tersebut sehingga membuat penggemar geram dan saling bersaing untuk mendapatkan tempatnya di konser musik itu sendiri.
Sindiran demi sindirian banyak di lontarkan penggemar kepada mereka yang hanya mengikuti tren, atau yang sering katakan FOMO dibanyak platform sosial media. Apalagi saat ini banyak artis besar, seperti Blackpink, Coldplay, NCT, Suga BTS dan lainnya yang datang berdekatan untuk konser di Indonesia.
"Akhirnya, Coldplay ada di Indonesia, alhamdulillah. Bakal FYP FYP pasti ini. Siap-siap war tiket, beli gelang-gelang lampu, asik," ujar Arif Brata di akun instagram miliknya yang bersandiwara layaknya orang-orang FOMO.
"Jangan tanya-tanya lah personelnya siapa. Yang penting kita nikmati karyanya. Jago dia main gitar, kayak Moldy juga," lanjut  Arif Brata. Video Arif Brata pun menjadi ramai dilihat dan banyak komentar yang sependapat dengan ia.
"Biar FOMO asal geol (gaul)," komentar salah satu warganet.
"Si paling Coldplay," timpal komentar warganet lainnya.
Menjadi FOMO Apakah Salah?
Sejak awal mereka para penggemar sudah merasa waswas tidak kebagian tiket dengan kehadiran kelompok FOMO dan juga menurut mereka kesempatan untuk mendapatkan tiketnya akan menjadi lebih kecil.
Dengan demikian, penggemar yang tidak mendapatkan tiket mengaku terganggu dengan keberadaan masyarakat yang hanya sekedar ikut-ikutan tak mau ketinggalan tren.
Akan tetapi, keberadaan orang-orang yang hanya mengikuti tren tidak dapat sepenuhnya disalahkan karena ini merupakan hal yang wajar jika ada acara yang besar, terlebih lagi konser musik. Ada sebagain dari penggemar merasa ini umum dan selama tidak mengganggu kenyamanan sesama maka tak masalah dengan keberadaan mereka.
Mereka yang hanya ingin menikmati trennya saja juga memiliki hak untuk terlibat dalam pengalaman tersebut dan merasakan ikatan dengan orang lain yang juga mengikuti konser yang sama.
Nggak mengganggu sih orang-orang yang nonton konser cuman ikutin tren, asal emang mau tau lagunya terus engga yang cuma rekam-rekam aja doang. Kalo kayak gitu kan udah ganggu kitanya terus diliat sama artisnya juga gaenak, ujar penyuka nonton konser, Carissa.
Dalam psikologi, FOMO awalnya dipahami sebagai respon negatif yang dialami oleh seseorag ketika mereka merasa tertinggal dari kelompok sosialnya. Studi juga menunjukkan bahwa orang yang menghadapi FOMO memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk merasa tertekan secara psikologis untuk tetap terhubung dan berinteraksi dengan orang lain (Beyens, dkk, 2016). Bagi mereka yang mengalami FOMO, keterlibatan dalam media sosial menjadi hal yang menarik.
Nah, kalian sendiri termasuk penonton konser yang hanya mengikuti tren atau hiburan sebagai penggemar?
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”