Aku seorang indigo yang melihat kehadiran seorang putri pada pernikahanku. Hanya berjarak tiga minggu uisa pernikahan, aku meihat dua garis. Suamiku dan aku langsung mencari dokter kandungan untuk memeriksakan keadaan janin yang sedang aku kandung.  Hingga pada pemeriksaan janin, dokter kandungan mengatakan bahwa hampir dipastikan jenis kelamin bayi yang nanti kulahirkan adalah seorang laki-laki. Sungguh aku merasa kebingungan, mungkin ada yang salah dengan apa yang kulihat. Â
Selama kehamilan, dokter kandunganku sangat koperatif. Memberikanku banyak ilmu. Hingga datanglah minggu ke tiga puluh delapan. Pemeriksaan kandungan terakhirku. Senin, 9 Maret 2020. Dokter kandunganku mengatur jadwal agar aku dapat segera melahirkan dalam seminggu ini. Beliau berpendapat bahwa usia kandungan sudah cukup, berat badan janin juga cukup, yang dapat mempermudah melakukan persalinan normal, sebelum berat badannya menjadi berlebih.
Keesokan harinya, aku membeli semua kebutuhan bayiku dengan semua uang tabungan yang aku miliki dari hasil berjualan online. Tinggal bersama mertua, beliau tidak memperbolehkanku belanja kebutuhan bayi sebelum ia lahir. Namun, keperluan bayi perlu dicuci terlebih dahulu, pikirku. Keesokan harinya aku seperti biasa mengikuti kelas yoga. Dipantau oleh dokter kandungan sebelum dan sesudah sesi yoga. Malamnya, perutku terasa sangat nyeri, suami meyakinkanku bahwa ini semua karena bayi semakin besar dan kehabisan ruang gerak. Â Aku beristirahat seperti biasa.
Jum’at, 13 Maret 2020, pagi itu badanku begitu tak mampu untuk bangun dari tempat tidur, sangat lemas. Aku juga tidak sanggup mengantar suamiku kerja. Aku tertidur lagi. Terbangun pukul sepuluh, aku merasakan ada sesuatu yang aneh pada tubuhku. Aku merasa akan melahirkan. Segera aku telepon suamiku, ia menyarankan agar aku memeriksakan diri ke klinik bersalin terdekat. Perawat menyatakan aku pembukaan satu. Segera aku urus administrasi untuk memindahkanku ke rumah sakit bersalin tempat dokterku praktek. Aku menghubungi suami dan dokterku. Kami masing-masing menempuh perjalanan menuju rumah sakit yang jaraknya sama-sama jauh.
Dokter datang, melakukan pengecekan terhadap kondisi janin. Sudah lebih dari satu jam dokter memeriksaku. Raut muka beliau terlihat semakin panik. Hingga, ia memintaku sabar dan meminta maaf. Stillbirth, bayiku meninggal dalam kandungan. Suami dan dokter berdiskusi sembari aku berharap ada mukjizat datang. Hingga akhirnya, suamiku menerima saran dokter untuk melakukan opeasi daurat pada proses persalinanku.
Janin yang aku kandung selama tiga puluh delapan minggu persis harus bisa aku relakan begitu saja. Hanya mampu memandang wajahnya saat sebelum dibungkus dengan kain putih untuk selama-lamanya. Bayi yang kudekap erat selama tiga puluh delapan minggu, menemani dan menghiburku, begitu lahir tak bisa kusentuh bahkan untuk sedetik saja. Anak surgaku begitu istimewa. Tangan yang tidak dapat aku gandeng di dunia, semoga dapat menggandengku di surga.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”